Submodel Peternakan Model Spesifik

4.4 Evaluasi Model

Model yang dibuat perlu dievaluasi untuk mengetahui kesesuaiannya dengan dunia nyata. Terdapat tiga tahapan evaluasi model yaitu mengevaluasi kelogisan model, kesesuaiannya dengan konsep model, dan perbandingan dengan data aktual Purnomo 2012. Tahap pertama dan kedua evaluasi, mengambil contoh emisi CO 2 transportasi. Evaluasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 yaitu hubungan antara jumlah kendaraan dengan emisi CO 2 yang dihasilkan. Berdasarkan tabel tersebut semakin banyak jumlah kendaraan maka emisinya juga semakin tinggi, maka model dapat dikatakan logis dan sesuai konsep. Tabel 6 Hubungan jumlah kendaraan dan emisi yang dihasilkan Tahun Jumlah roda 2 unit Emisi roda 2 ton 2012 55 444 7 208 2013 56 442 7 337 2014 57 458 7 470 2015 58 492 7 604 2016 59 545 7 741 Sumber: Data simulasi Pada penelitian ini, evaluasi model tahap ketiga dilakukan dengan contoh data penduduk Kota bogor. Perbandingan data penduduk berdasarkan simulasi dengan data aktual Badan Koordinasi dan Penanaman Modal BKPM dapat dilihat pada Gambar 10. Terlihat bahwa grafik yang terbentuk antara data simulasi dan data nyata tidak berbeda jauh. Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil evaluasi, model dapat mewakili kondisi kenyataan di lapangan. Sumber: Data simulasi dan http:regionalinvestment.bkpm.go.idnewsipididdemografipenduduk [diunduh pada 27 Oktober 2014] Gambar 10 Perbandingan jumlah penduduk nyata dan simulasi

4.5 Penggunaan Model

Model yang dibuat digunakan untuk mengatasi permasalahan emisi CO 2 kota, khususnya Kota Bogor. BAPPEDA 2012 menyatakan bahwa terdapat 8 unsur Program Pengembangan Kota Hijau P2KH yaitu green planning and design, green open space, green waste, green energy, green building, green community , green transportation, dan green water. Kota Bogor mengutamakan 3 unsur yaitu green planning and design, green open space, dan green community. Pada penelitian ini dikembangkan 5 tahapan upaya pengurangan emisi CO 2 selain 3 unsur P2KH tersebut. Skenario yang dikembangkan diantaranya mempertahankan RTH, pengelolaan sampah organik, substitusi energi rumah tangga, substitusi bahan bakar kendaraan bermotor, dan penghijauan. Skenario tersebut kemudian dapat dibandingkan dengan kondisi sekarang dan digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan publik. 4.5.1 Kondisi Awal Emisi CO 2 Kota Bogor Business as Usual Sebelum dibuat skenario-skenario mitigasi emisi CO 2 Kota Bogor, dilakukan simulasi kondisi awal terlebih dahulu atau disebut juga business as usual BAU. Hasil perbandingan antara emisi CO 2 dan serapan CO 2 Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 11. Berdasarkan model yang dibuat terlihat bahwa terdapat gap yang sangat tinggi antara emisi CO 2 kota dan serapannya. Besarnya emisi CO 2 Kota Bogor tahun 2012 adalah 2 536 861 ton dan mencapai 20 027 878 ton pada tahun 2042, sedangkan serapan CO 2 Kota Bogor di tahun 2012 sebesar 113 893 ton dan menurun hingga 93 844 ton pada tahun 2042. 12:05 PM Sun, Nov 16, 2014 Page 1 2012 2020 2027 2035 2042 Tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 10000000 20000000 1: Serapan CO2 kota 2: Emisi CO2 kota 1 1 1 1 2 2 2 2 Gambar 11 Perbandingan emisi CO 2 dan Serapan CO 2 Kota Bogor pada kondisi business as usual

4.5.2 Skenario Tahap I: Mempertahankan Luas Minimum RTH

Skenario ini mempertahankan luas minimum RTH Kota Bogor yaitu 30 dari luas kota. Luas Kota Bogor adalah 11 850 ha BAPPEDA 2010, maka luas minimal RTH kota seluas 3 550 Ha. Konversi RTH harus dihentikan apabila sudah mendekati angka tersebut. Berdasarkan skenario tahap I ini, mulai tahun