3.3.4 Evaluasi Model
Evaluasi model dilakukan untuk mengetahui kesesuaian model dengan dunia nyata. Model dibandingkan dengan realita atau model lain untuk kasus yang
serupa. Selanjutnya evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui kesesuaian perilaku model dengan hasil yang diharapkan berdasarkan konsep model.
3.3.5 Penggunaan Model
Model digunakan untuk memudahkan pengambilan keputusan atau alternatif penyelesaian masalah. Pada fase penggunaan model dilakukan pendataan
alternatif yang mungkin ditempuh dan selanjutnya dijalankan melalui pemodelan.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan langkah-langkah pemodelan yang dilakukan, hasil dan pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.1 Isu, Tujuan, dan Batasan
Isu utama yang menjadi dasar pemodelan ini adalah besarnya emisi CO
2
Kota Bogor. Berdasarkan analisis data tahun 2012, emisi CO
2
Kota Bogor mencapai 2 536 861 ton, sedangkan serapan CO
2
Kota Bogor pada tahun yang sama 113 893 ton. Dibutuhkan upaya meningkatkan serapan CO
2
dan menurunkan emisi CO
2
kota. Dalam hal ini serapan yang dimaksud adalah Ruang Terbuka Hijau RTH. Kebutuhan RTH dapat dianalisis dengan prinsip netralisasi
CO
2
karena salah satu fungsi RTH adalah sebagai serapan CO
2
Medha 2009. RTH Kota Bogor pada tahun 2012 memiliki luas 3 926 Ha. Meskipun luas
RTH tersebut masih memenuhi ketentuan 30 dari total luas Kota Bogor, tetapi belum mencukupi kebutuhan serapan emisi CO
2
. Hal ini dikarenakan perkembangan perkotaan dan RTH berkebalikan. Semakin lama RTH semakin
menurun karena pembangunan, sedangkan aktivitas perkotaan semakin maju karena pembangunan tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu dan laju
pembangunan, maka gas buang yang dihasilkan penduduk semakin bertambah. Oleh karena itu dilakukan penelitian berbasis pemodelan untuk mengetahui
kecenderungan kebutuhan serapan CO
2
Kota Bogor. Pemodelan yang dilakukan juga bertujuan mengetahui skenario terbaik menurunkan emisi CO
2
Kota Bogor.
Batasan pemodelan ini adalah pemodelan hanya mencakup wilayah Kota Bogor. Pemodelan dijalankan untuk rentang waktu 30 tahun terhitung sejak 2012
sampai 2042. Penyerapan CO
2
oleh RTH dihitung berdasarkan daya serap CO
2
masing-masing bentuk RTH dan luasannya. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 1, yang dimaksud dengan RTH adalah area
memanjangjalur danatau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam. Berdasarkan definisi tersebut, pada pemodelan ini RTH tersusun atas bentuk tutupan lahan sawah, ladang, perkebunan, hutan, serta semak dan
rumput. Meskipun berupa bangunan atau fasilitas umum, tetapi pada lahan
terbangun masih terdapat kemampuan menyerap CO
2
. Hal ini dikarenakan dalam dokumen Ijin Mendirikan Bangunan IMB diterapkan Koefisien Dasar Hijau
KDH minimal 20 dari area terbangun. Proporsi tersebut dipertahankan sebagai salah satu bentuk RTH privat berupa taman Medha 2009. Maka dari itu
kemampuan menyerap CO
2
lahan terbangun juga ditambahkan dalam perhitungan serapan CO
2
kota. Sumber emisi pemodelan ini berasal dari sektor industri, transportasi, pemakaian listrik dan gas alam, sampah rumah tangga, dan
peternakan.
4.2 Konsep Model
Konsep model penyerapan CO
2
Kota Bogor dituangkan dalam Gambar 2. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep loss-gain emission
dari aktivitas penduduk perkotaan. Model simulasi yang dibangun terdiri dari satu model utama yaitu model penyerapan emisi CO
2
dan beberapa submodel yaitu submodel serapan CO
2
, submodel transportasi, submodel industri, submodel pemakaian listrik dan gas, submodel rumah tangga, serta submodel peternakan.
Berdasarkan konsep model, aktivitas-aktivitas penduduk bersifat menambah emisi CO
2
, sedangkan RTH kota bersifat mengurangi emisi CO
2
. Upaya-upaya untuk mengurangi emisi CO
2
dalam konsep model diantaranya gasifikasi dan penggunaan biodiesel, substitusi LPG dengan biogas, pengelolaan sampah organik
menjadi biogas, dan reforestasi.
Gambar 2 Konsep model dinamika penyerapan emisi CO
2
Kota Bogor
4.3 Model Spesifik
4.3.1
Submodel Serapan CO
2
Submodel serapan CO
2
menggambarkan besarnya serapan CO
2
kota berdasarkan tutupan lahan. Diasumsikan laju peningkatan lahan terbangun berasal
dari konversi RTH sebesar 7.8 per tahun dan pembangunan lahan terbuka 9.8