Model Penyerapan Emisi CO

4.5 Penggunaan Model

Model yang dibuat digunakan untuk mengatasi permasalahan emisi CO 2 kota, khususnya Kota Bogor. BAPPEDA 2012 menyatakan bahwa terdapat 8 unsur Program Pengembangan Kota Hijau P2KH yaitu green planning and design, green open space, green waste, green energy, green building, green community , green transportation, dan green water. Kota Bogor mengutamakan 3 unsur yaitu green planning and design, green open space, dan green community. Pada penelitian ini dikembangkan 5 tahapan upaya pengurangan emisi CO 2 selain 3 unsur P2KH tersebut. Skenario yang dikembangkan diantaranya mempertahankan RTH, pengelolaan sampah organik, substitusi energi rumah tangga, substitusi bahan bakar kendaraan bermotor, dan penghijauan. Skenario tersebut kemudian dapat dibandingkan dengan kondisi sekarang dan digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan publik. 4.5.1 Kondisi Awal Emisi CO 2 Kota Bogor Business as Usual Sebelum dibuat skenario-skenario mitigasi emisi CO 2 Kota Bogor, dilakukan simulasi kondisi awal terlebih dahulu atau disebut juga business as usual BAU. Hasil perbandingan antara emisi CO 2 dan serapan CO 2 Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 11. Berdasarkan model yang dibuat terlihat bahwa terdapat gap yang sangat tinggi antara emisi CO 2 kota dan serapannya. Besarnya emisi CO 2 Kota Bogor tahun 2012 adalah 2 536 861 ton dan mencapai 20 027 878 ton pada tahun 2042, sedangkan serapan CO 2 Kota Bogor di tahun 2012 sebesar 113 893 ton dan menurun hingga 93 844 ton pada tahun 2042. 12:05 PM Sun, Nov 16, 2014 Page 1 2012 2020 2027 2035 2042 Tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 10000000 20000000 1: Serapan CO2 kota 2: Emisi CO2 kota 1 1 1 1 2 2 2 2 Gambar 11 Perbandingan emisi CO 2 dan Serapan CO 2 Kota Bogor pada kondisi business as usual

4.5.2 Skenario Tahap I: Mempertahankan Luas Minimum RTH

Skenario ini mempertahankan luas minimum RTH Kota Bogor yaitu 30 dari luas kota. Luas Kota Bogor adalah 11 850 ha BAPPEDA 2010, maka luas minimal RTH kota seluas 3 550 Ha. Konversi RTH harus dihentikan apabila sudah mendekati angka tersebut. Berdasarkan skenario tahap I ini, mulai tahun 2017 luasan RTH dipertahankan 3 582 ha dengan serapan CO 2 sebesar 67 260 ton. Serapan CO 2 Kota Bogor menjadi sekitar 110 000 ton setelah ditambahkan dengan serapan CO 2 lahan terbangun. Berdasarkan skenario ini, laju pembangunan pada tahun 2017 ke depan hanya sebesar laju konversi tanah terbuka yaitu 9.8 per tahun. Dengan demikian, pemerintah kota dianjurkan untuk mempersiapkan tempat tinggal yang berkembang vertikal seperti apartemen atau rumah susun dan menekan pertumbuhan penduduk. Hasil dari skenario ini dapat dilihat pada Gambar 12. 11:16 AM Sun, Nov 16, 2014 Page 1 2012 2020 2027 2035 2042 Tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 90000 105000 120000 1: Serapan CO2 kota BAU 2: Serapan CO2 kota skenario 1 1 1 1 2 2 2 2 Gambar 12 Perubahan serapan CO 2 tutupan lahan tontahun setelah upaya mempertahankan luas RTH minimum

4.5.3 Skenario Tahap II: Pengelolaan Sampah Organik dan Kotoran Ternak

Pengelolaan sampah organik dan kotoran ternak termasuk dalam P2KH yaitu green waste. Berdasarkan kondisi umum Kota Bogor dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Bogor, 70 sampah yang dihasilkan berupa sampah organik dan 30 sampah anorganik. Skenario ini diterapkan dengan mengolah 70 sampah penduduk dan 100 kotoran ternak besar menjadi biogas. Setiap harinya seekor sapi dapat menghasilkan 20 kg kotoran yang dapat diproduksi menjadi 0.36 m 3 biogas BPTP Bali 2011. Pada pengolahan sampah menjadi biogas, setiap ton sampah menghasilkan 40 m 3 biometan atau setara dengan 9.72 m 3 LPG Ananthakrishnan et al. 2013. Perubahan emisi CO 2 peternakan setelah pengelolaan sampah organik dan kotoran ternak dapat dilihat pada Gambar 13.