Skenario Tahap IV: Substitusi Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

luar wilayah Kota Bogor dengan tujuan tetap menetralkan emisi CO 2 Kota Bogor. Hasil skenario tahap V dapat dilihat pada Gambar 17. 6:12 AM Mon, Nov 17, 2014 Page 1 2012.00 2019.50 2027.00 2034.50 2042.00 Tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 10000000 20000000 1: emisi kota 2: serapan co2 kota plus penghijauan 1 1 1 1 2 2 2 2 Gambar 17 Perbandingan emisi CO 2 kota dan serapan CO 2 kota dengan penghijauan Program penghijauan dapat dikatakan lebih menguntungkan jika dibandingkan perdagangan karbon. Dari segi biaya, penanaman membutuhkan dana lebih rendah dibandingkan perdagangan karbon. Diasumsikan biaya penanaman Rp 17.25 jutaha, maka biaya total penanaman per unit industri berkisar antara Rp 1 milyar sampai Rp 4.25 milyar per tahunnya. Pada perdagangan karbon, harga CO 2 diasumsikan US 5.2ton, maka biaya yang harus dibayar tiap unit industri sesuai dengan CO 2 yang dilepaskan, yaitu berkisar antara US 91 472 sampai US 376 428 per tahun atau setara dengan Rp 1.1 milyar sampai Rp 4.6 milyar. Penghijauan dilaksanakan selama 20 tahun yaitu 2016 sampai 2036 dan dapat dilanjutkan dengan pemeliharaan tanaman atau penanaman dengan intensitas yang lebih rendah, sedangkan perdagangan karbon harus dilakukan selama unit industri tersebut beroperasi. Selain dari segi biaya dan jangka waktu pelaksanaan, penghijauan juga dapat dikatakan sebagai investasi masa depan, sedangkan perdagangan karbon hanya menetralkan emisi CO 2 yang dilepaskan pada saat tahun tersebut. Oleh karena itu penghijauan lebih dianjurkan dibandingkan dengan perdagangan karbon.

4.6 Dinamika Sistem Penyerapan CO

2 Kota Bogor Sistem penyerapan emisi CO 2 secara keseluruhan dibentuk oleh banyak faktor yang saling terkait. Kombinasi skenario mitigasi dari berbagai sektor dapat diterapkan untuk menurunkan emisi CO 2 Kota Bogor. Penurunan emisi CO 2 mencapai 2.79 juta ton pada tahun 2042 dengan kombinasi keseluruhan skenario mitigasi. Emisi CO 2 yang dapat diturunkan dengan skenario-skenario tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap emisi CO 2 Kota Bogor. Hal ini dikarenakan sebagian besar emisi yang dihasilkan berasal dari pemakaian listrik Karbon netral dan industri. Sektor industri menyumbangkan 80 dari total emisi CO 2 kota, yaitu sekitar 14 juta ton CO 2 . Berdasarkan data BPS, tahun 2008 terdapat 114 industri besar dan menengah yang beroperasi di Kota Bogor dan menjadi 147 unit pada tahun 2012. Untuk mengatasi hal tersebut, luasan RTH dipertahankan dan ditingkatkan dengan penghijauan. Program penghijauan selain yang dibebankan pada sektor industri, juga dapat dilakukan secara pribadi. Emisi CO 2 yang dihasilkan setiap individu di Kota Bogor emisi per kapita sebesar 0.467 ton CO 2 tahun dihitung berdasarkan limbah dan emisi respirasi per individu. Emisi tersebut dapat dinetralkan dengan penanaman. Diasumsikan serapan CO 2 sebuah pohon sebesar 0.29 ton CO 2 pohontahun, maka emisi per kapita dapat dinetralkan dengan penanaman 2 batang pohonorangtahun. Kajian mengenai pentingnya RTH bagi wilayah perkotaan sebelumnya pernah dilakukan oleh Joga dan Ismaun 2011 untuk kasus di DKI Jakarta. Dalam bukunya, dinyatakan bahwa emisi terbesar di DKI Jakarta berasal dari transportasi 92 dengan penyerapan CO 2 salah satunya dari RTH. Meskipun demikian, RTH di Kota Jakarta cenderung memiliki fungsi sebagai resapan air untuk mencegah banjir karena daerahnya yang rawan banjir. Penelitian pemodelan emisi CO 2 sebelumnya juga dilakukan di Jepang oleh Guy dan Levine 2001. Pada penelitian tersebut, emisi CO 2 yang dihasilkan di Jepang pada tahun 1996 adalah 214 038 081 ton CO 2 . Target penurunan emisi CO 2 di Jepang sebesar 14 982 666 ton CO 2 tahun. Dibandingkan dengan penelitian tersebut, target emisi yang harus diturunkan di Kota Bogor cenderung lebih tinggi. Hal ini dikarenakan target penurunan emisi di Jepang adalah 7 dari total emisi tahun 1996 berdasarkan Konferensi Kyoto, sedangkan pada penelitian ini penurunan 10 emisi CO 2 per tahun dengan penanaman merupakan target menetralkan emisi Kota Bogor. Penelitian Guy dan Levine menggunakan skenario reforestasi untuk mereduksi emisi CO 2 yaitu seluas 120 607 hatahun untuk jangka waktu 10 tahun 2001 – 2011. Reforestasi tersebut dipenuhi dengan mengkonversi area perkotaan menjadi hutan dan menormalkan kembali fungsi sempadan sungai dan RTH di Jepang. 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Emisi CO 2 Kota Bogor tahun 2012 sebesar 2 536 861 ton dan terus meningkat setiap tahunnya, sedangkan total serapan CO 2 kota 113 893 ton dan terus menurun setiap tahunnya. Sangat dibutuhkan upaya pengendalian emisi dan peningkatan serapan CO 2 . Upaya mengelola sampah organik menjadi biogas dapat menurunkan 90 emisi peternakan dan 41 emisi sampah. Menggunakan bahan bakar nabati dan ramah lingkungan biodiesel dan biogas dapat menurunkan emisi transportasi sebesar 60 dan menurunkan emisi LPG hingga 100. Upaya terbaik mengatasi permasalahan emisi CO 2 Kota Bogor adalah dengan melaksanakan alternatif mitigasi diiringi program penghijauan.