Perilaku Bersuara Studi Perilaku Bersuara Owa Jawa (Hylobates Moloch Audebert, 1798) Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat

Owa Jawa akan memilih tajuk yang lebih rendah untuk melindungi diri dari sengatan sinar matahari. Aktifitas sosial merupakan aktifitas yang berkaitan dengan interaksi antar individu Owa Jawa di dalam kelompoknya serta interaksi antar kelompok Owa Jawa. Aktifitas sosial yang dilakukan kelompok Owa Jawa meliputi berkutu-kutuan grooming, yang biasa dilakukan oleh seluruh individu dalam kelompok. Menurut Nowak 1999, berkutu-kutuan merupakan salah satu cara untuk memperkuat ikatan sosial dan interaksi antar individu Owa Jawa. Leighton 1987 dalam Rahayu 2002 menyatakan bahwa primata termasuk Owa Jawa mengalokasikan 5 dari waktu aktifnya untuk berkutu-kutuan. Aktifitas sosial yang lain adalah bermain playing yang dilakukan oleh individu muda serta aktifitas bersuara calling yang dilakukan oleh individu dewasa.

E. Perilaku Bersuara

Perilaku merupakan suatu ekspresi yang disebabkan atau ditimbulkan oleh semua faktor yang mempengaruhinya. Perilaku terbentuk dan merupakan fungsi dari faktor-faktor eksogenous, endogenous, pengalaman dan fisiologis. Salah satu perilaku sosial yang terlihat antar kelompok Owa Jawa salah satunya berupa perilaku bersuara. Menurut Strier 2000, perilaku bersuara merupakan salah satu bentuk komunikasi Owa Jawa baik terhadap individu dalam kelompoknya, kelompok lain di sekitarnya maupun dengan lingkungannya. Perilaku bersuara pada Owa Jawa merupakan aktifitas awal dan utama yang membedakannya dengan jenis primata lain. Tenaza 1975 dalam Purwanto 1992 menjelaskan bahwa perilaku bersuara yang dilakukan oleh kelompok-kelompok primata diduga merupakan salah satu bentuk mekanisme ruang space mechanism. Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku bersuara merupakan upaya berkomunikasi dengan kelompok lain dan untuk menandai daerah teritorinya Napier dan Napier, 1985. Selain itu, Purwanto 1992 juga menyatakan bahwa perilaku bersuara dilakukan pada pagi hari menjelang dan sesudah matahari terbit, siang hari serta sore hari menjelang matahari terbenam. Perilaku bersuara yang dilakukan oleh Owa Jawa di pagi hari dimaksudkan agar suara dapat dengan mudah didengar oleh kelompok Owa Jawa lain, yang menunjukkan batas teritori dimana mereka berada. Menurut Tenaza 1976 dalam Sutrisno 2001 perilaku bersuara yang dilakukan oleh jantan berfungsi sebagai alat untuk menarik perhatian betina, sedangkan suara yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh individu berfungsi untuk mengurangi resiko pemangsaan altruisme. Perilaku bersuara juga dilakukan oleh individu jantan yang sedang mengalami proses penyapihan dan dilakukan jauh dari kelompok utamanya yang berfungsi sebagai panggilan bagi individu lain untuk membentuk kelompok baru dan menunjukkan kesiapan aktifitas seksual. Menurut Chivers 1980, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku bersuara Owa Jawa, yaitu cuaca, kelimpahan pakan, musim kawin, kepadatan populasi dan adanya panggilan oleh kelompok lain. Tipe suara yang dikeluarkan oleh anggota famili Hylobatidae ini berbeda pada tiap spesies, suara gabungan duet antara jantan dan betina hanya dikeluarkan oleh enam spesies famili Hylobatidae, yaitu semua genus Bunopithecus, Nomascus dan Symphalangus. Duet dan suara solo jantan hanya dikeluarkan oleh empat spesies, yaitu Hylobates agilis, Hylobates lar, Hylobates muelleri dan Hylobates pileatus. Sedangkan Owa Jawa Hylobates moloch dan Hylobates klossii berbeda dengan jenis Hylobatidae pada umumnya, kedua jenis ini tidak mengeluarkan aktifitas nyanyian duet antara pasangan jantan dan betina Geissmann, 2004. Menurut Supriatna 2000, terdapat empat jenis suara yang dikeluarkan oleh Owa Jawa, yaitu suara betina sendiri untuk menandakan daerah teritorialnya, suara jantan yang dikeluarkan saat berjumpa dengan kelompok tetangga, dan saat jantan mengalami proses penyapihan yang biasanya dilakukan agak jauh dari kelompok utamanya. Suara yang dikeluarkan bersama antar anggota keluarga saat terjadi konflik, dan suara dari anggota keluarga sebagai tanda bahaya. Menurut Sutrisno 2001, terdapat tiga jenis suara yang dikeluarkan oleh Owa Jawa, yaitu suara pada pagi hari morning call yang dilakukan oleh individu betina dewasa. Suara tanda bahaya alarm call yang dikeluarkan saat keadaan bahaya karena adanya predator dan untuk melindungi daerah teritorialnya, jenis suara ini dikeluarkan oleh semua anggota kelompok. Serta suara pada kondisi tertentu conditional call yang dikeluarkan oleh individu Owa Jawa tanpa alasan tertentu. Owa jantan memiliki suara yang lebih keras dengan frekuensi pendek- pendek, sedangkan Owa betina memiliki kemampuan bersuara lebih lama dibandingkan jantan. Selain itu, betina juga memiliki frekuensi dan tempo suara paling tinggi serta paling lama Sutrisno, 2001. Kappeler 1981 menyatakan bahwa suara Owa Jawa sangat keras sehingga dapat terdengar sampai sejauh 500-1.500 meter dari posisi Owa itu sendiri. Pohon-pohon dengan tajuk emergen dipilih menjadi tempat favorit bagi Owa Jawa untuk bersuara. Kappeler 1981 menyatakan pohon-pohon yang dijadikan lokasi bersuara oleh Owa Jawa umumnya berada di bagian tengah wilayah jelajahnya, meskipun tidak menutup kemungkinan pohon- pohon yang dijadikan lokasi bersuara oleh Owa Jawa tersebut berada di batas wilayahnya. Pada pohon pakan yang sedang berbuah, biasanya Owa Jawa akan melakukan aktifitas bersuara sekaligus aktifitas makan untuk 2-3 hari berturut-turut. Purwanto 1992 menambahkan, saat melakukan perilaku bersuara, Owa Jawa memanfaatkan tajuk pohon bagian atas yaitu pada ketinggian 33- 47 m. Perilaku bersuara paling rendah dilakukan pada pohon dengan ketinggian 23 m, yang biasanya berlangsung saat melakukan aktifitas makan. Menurut Chivers 1980 pemilihan tajuk bagian tengah dan atas dimaksudkan agar suara yang dikeluarkan Owa Jawa mampu terdengar dengan jarak yang lebih jauh. III. KONDISI UMUM LOKASI

A. Sejarah Kawasan