3. Lama Owa Jawa bersuara yaitu total waktu yang digunakan Owa Jawa
untuk bersuara selama waktu aktif dalam satu hari. 4.
Frekuensi, jumlah atau banyaknya perilaku bersuara per satuan waktu. 5.
Kondisi fisik lingkungan cuaca, suhu dan kelembaban pada saat pengamatan.
Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka mengenai kondisi umum lokasi penelitian dan wawancara dengan berbagai pihak yang
terkait.
D. Metode Pengambilan Data
Pengamatan perilaku bersuara pada Owa Jawa dilakukan melalui metode scan sampling dengan interval waktu 10 menit. Pengamatan
dilakukan setiap hari berdasarkan waktu aktifnya Owa Jawa. Pengamatan dan pengambilan data di lapangan dilakukan selama 36 hari mulai tanggal 14 Juli
2008 hingga tanggal 26 Agustus 2008. Waktu pengamatan dimulai saat Owa Jawa mulai melakukan aktifitasnya yaitu pada pukul 05:45 sampai dengan
pukul 06:20 WIB dan diakhiri pada pukul 16:00 sampai dengan 17:20 WIB. Pengamatan perilaku untuk setiap kelompok Owa Jawa dilakukan
secara berselang. Pengamatan terhadap kelompok A dilakukan pada tanggal 17, 18, 19, 24, 25, 26, 28, 29, 30 Juli serta 3, 7, 8, 9, 18, 21, 22 dan 23 dan 25
Agustus 2008. Sedangkan pengamatan terhadap kelompok B dilakukan pada tanggal 14, 15, 16, 21, 22, 23, 31 Juli serta 1, 2, 4, 5, 6, 11, 12, 13, 19, 20 dan
26 Agustus 2008. Pengamat harus menjaga jarak dengan kelompok Owa Jawa yang diikuti agar tidak mengganggu aktifitas hariannya. Jarak pengamat
dengan individu Owa Jawa tergantung pada posisi Owa Jawa di atas tajuk dan kondisi topografi.
Sedangkan pencatatan data dilakukan dengan metode continous recording, untuk mencatat kejadian perilaku yang terjadi, baik frekuensi
maupun lamanya terjadi suatu perilaku. Suara Owa Jawa direkam dengan menggunakan digital recorder.
E. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dua cara yang meliputi analisis deskriptif serta analisis grafik dan tabel.
1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif merupakan penguraian dan penjelasan mengenai parameter-parameter yang diukur dan diamati. Data suara yang diperoleh
dipaparkan dalam bentuk spektogram dengan menggunakan program software Spectogram 16.
2. Analisis grafik dan tabel
Analisis grafik dan tabel digunakan untuk menjelaskan hubungan antara parameter-parameter yang diukur dan diamati dengan metode grafik
dan tabel serta interpretasinya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Ukuran Kelompok Owa Jawa
Kelompok Owa Jawa yang diamati sebagai objek selama dilakukan pengamatan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS adalah
sebanyak dua kelompok. Untuk memudahkan kegiatan pengamatan, diberikan sistem penamaan terhadap masing-masing individu dan kelompok
yang akan diamati. Ukuran kelompok A lebih besar dibandingkan dengan kelompok B,
yaitu sebanyak empat individu, sedangkan kelompok B berjumlah tiga individu. Kecilnya ukuran kelompok pada Owa Jawa berkaitan dengan
konsekuensi dari sistem monogami yang dianut oleh marga Hylobatidae. Ukuran kelompok Owa Jawa di TNGHS termasuk ukuran kelompok Owa
Jawa yang seimbang, karena terdiri dari sepasang jantan dan betina dewasa beserta Owa Jawa muda Kappeler, 1981.
Dipilihnya kedua kelompok Owa Jawa tersebut sebagai objek pengamatan adalah atas dasar pertimbangan kondisi topografi yang masih
memungkinkan pengamat untuk mengamati aktifitas kedua kelompok.
Tabel 1. Ukuran kelompok Owa Jawa yang diamati
No. Kelompok
Nama Jenis Kelamin
1 A Aris
Jantan dewasa Ayu
Betina dewasa Asri
Betina pradewasa Amran
Anakan 2 B
Kumis Jantan dewasa
Kety Betina dewasa
Kumkum Anakan
Kelompok A merupakan kelompok Owa Jawa yang lebih toleran terhadap kehadiran pengamat di sekitarnya dibandingkan dengan kelompok
B. Hal ini berkaitan dengan wilayah kelompok A yang berada di jalur interpretasi loop trail sepanjang Cikaniki sampai Citalahab HM 6-HM 17,
yang biasa digunakan pengunjung TNGHS sebagai sarana untuk melintasi kawasan, sehingga Owa Jawa kelompok A lebih terbiasa bertemu dengan
manusia dan lebih bisa mengabaikan kehadiran pengamat. Sedangkan wilayah kelompok B berada pada jalur yang lebih jarang dilewati oleh
pengunjung HM 17-HM 33 sehingga kelompok B menjadi lebih sensitif terhadap kehadiran manusia dan lebih memilih untuk menyembunyikan dan
menjauhkan diri dari pengamat. Tingkat sensitifitas Owa Jawa juga dipengaruhi oleh kondisi betina
dewasa dari kedua kelompok Owa Jawa yang masih membawa anakan dalam gendongan. Kedua betina tersebut masih menjaga jarak yang cukup jauh
dengan pengamat yang dianggap dapat membahayakan dan untuk itu, betina dewasa lebih banyak berada pada tajuk bagian atas dengan kanopi yang lebih
rapat dan lebih tersembunyi sebagai upaya perlindungan bagi anakan terhadap kehadiran pengamat.
a b
Gambar 1. Betina dewasa dan anakan, a kelompok A, b kelompok B
B. Aktifitas Harian