Vegetasi Satwa Kondisi Biotik

dengan latosol coklat, asosiasi latosol merah, latosol coklat kemerahan dan literit air tanah, komplek latosol kemerahan dan litosol, asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu.

3. Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, iklim di daerah TNGHS dan sekitarnya tergolong tipe iklim B dengan nilai Q sebesar 24,7, yaitu tipe iklim tanpa musim kering dan tergolong ke dalam hutan hujan tropika yang selalu hijau. Adapun curah hujan rata-rata 4.000-6.000 mmtahun, musim hujan terjadi pada bulan Oktober–April dan musim kemarau berlangsung pada bulan Mei–September dengan curah hujan sekitar 200 mmbulan. Jumlah hari hujan setiap tahunnya rata-rata 203 hari. Suhu rata-rata harian 20-30 °C dan kondisi angin dipengaruhi oleh angin muson yang berubah arah menurut musim. Di sepanjang musim kemarau angin bertiup dari arah timur laut dengan kecepatan rendah. Kelembaban udara rata-rata sebesar 80.

4. Hidrologi

Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan wilayah tangkapan air yang sangat penting bagi wilayah sekitar kawasan. Dari kawasan TNGHS mengalir beberapa sungai yang berair sepanjang tahun. Di sebelah utara mengalir tiga sungai besar, yaitu sungai Ciberang, Ciujung dan Cidurian yang mengalir ke arah Jakarta, Serang dan berakhir di Laut Jawa. Di sebelah selatan mengalir sungai Cisukawayana, Cimaja dan Cibareno yang bermuara di pantai Pelabuhan Ratu serta sungai Citarik di sebelah timur.

C. Kondisi Biotik

1. Vegetasi

Diperkirakan lebih dari 1.000 jenis tumbuhan terdapat di kawasan TNGHS. Berdasarkan ketinggiannya di atas permukaan laut, ekosistem hutan pegunungan TNGHS dapat diklasifikasikan ke dalam tiga zona, yaitu zona Colline, pada ketinggian 500-1.000 m d.p.l yang didominasi oleh jenis-jenis Rasamala Altingia excelsa, Puspa Schima wallichii, Saninten Castanopsis acuminatissima dan Pasang Quercus sundaicus; Zona Sub-montana berada pada ketinggian 1.000-1.500 m d.p.l serta didominasi oleh jenis-jenis Ganitri Elaeocarpus ganitrus, Kileho Saurauia pendula dan Kimerak Weinmania blumei. Pada zona Montana yang berada pada ketinggian 1.500-2.211 m d.p.l, didominasi oleh jenis-jenis Jamuju Dacriocarpus imbricatus, Kiputri Podocarpus nerifolia dan Kibima Podocarpus imbricatus. Selain itu juga tercatat 258 jenis anggrek, 12 jenis bambu, 13 jenis rotan, jenis-jenis tanaman pangan, hias dan tanaman obat seperti Kantung Semar Nepenthes sp. dan Palahlar Dipterocarpus hasseltii yang merupakan jenis tumbuhan unik dan langka yang terdapat di TNGHS. Khusus di sekitar puncak Gunung Salak juga terdapat jenis-jenis tumbuhan kawah dan hutan lumut.

2. Satwa

Kawasan TNGHS memiliki berbagai tipe ekosistem yang merupakan habitat dari berbagai jenis satwa langka dan dilindungi. Mamalia primata yang terdapat di dalamnya antara lain adalah Owa Jawa Hylobates moloch, Surili Presbytis comata, Lutung Trachypithecus auratus dan Monyet Ekor Panjang Macaca fascicularis. Satwa ungulata yang ada antara lain Kijang Muntiacus muntjak, Kancil Tragulus javanicus dan Babi Hutan Sus scrofa. Sedangkan untuk satwa karnivora yang ada antara lain Macan Tutul Panthera pardus dan Kucing Hutan Felis bengalensis. Kawasan TNGHS juga merupakan surga bagi berbagai jenis serangga yang unik dan indah seperti kupu-kupu, kumbang dan burung. Saat ini di TNGHS juga tercatat 244 jenis burung di kawasan ini dan 32 di antaranya adalah endemik pulau Jawa, seperti Elang Jawa Spizaetus bartelsi, Ciung-mungkal Jawa Cochoa azurea, Celepuk Jawa Otus angelinae, Luntur Gunung Harpactes reinwardtii dan Rangkong Badak Bucheros rhinoceros yang merupakan jenis langka dan terancam punah. IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu