dijadikan sebagai data dasar dalam kegiatan pengelolaan dan pelestarian Owa Jawa.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk : 1.
Mengetahui pola aktifitas harian dan waktu-waktu bersuara Owa Jawa. 2.
Mengetahui tipe suara yang dikeluarkan oleh Owa Jawa. 3.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bersuara pada Owa Jawa.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan : 1.
Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak pengelola dalam rangka penyempurnaan pengelolaan populasi dan habitat Owa Jawa di kawasan
Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 2.
Dapat bermanfaat dalam kegiatan ekowisata untuk menentukan waktu terbaik pengamatan perilaku Owa Jawa di alam.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bio-Ekologi Owa Jawa
1. Taksonomi
Klasifikasi ilmiah bagi Owa Jawa berdasarkan warna rambut, struktur tubuh, suara dan beberapa perbedaan penting lainnya menurut
Napier and Napier 1967 adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Filum :
Chordata Subfilum
: Vertebrata
Kelas :
Mamalia Ordo
: Primata
Super Famili : Homonoidae Famili
: Hylobatidae
Genus :
Hylobates Spesies
: Hylobates moloch Audebert 1798
Menurut Sinaga 2003, genus Hylobates dapat dikelompokkan ke dalam empat subgenus berdasarkan jumlah kromosom yang dimilikinya,
yaitu sebagai berikut : 1
Subgenus Nomascus Miller, 1933 yang memiliki jumlah kromosom 52, terdiri dari : Hylobates concolor, Hylobates leucogenys, dan Hylobates
gabriella. 2
Subgenus Symphalangus Gloger, 1841 yang memiliki jumlah kromosom 50, diwakili oleh satu jenis yang tersebar di pulau Sumatera
yaitu Symphalangus syndactylus. 3
Subgenus Bunopithecus Matthew and Granger, 1923 yang memiliki jumlah kromosom 38 dan diwakili oleh jenis Hylobates hoolock.
4 Subgenus Hylobates Illinger, 1811 dengan jumlah kromosom 44 dan
meliputi jenis Hylobates lar, H. agilis, H. moloch, H. muelleri dan H. klossi.
2. Morfologi
Berdasarkan ukuran tubuh dan perkembangan perilakunya, Kappeler 1981 membagi Owa Jawa ke dalam 4 kelas umur, yaitu sebagai
berikut : 1
Bayi infant : 0-18 bulan, individu dengan ukuran tubuh sangat kecil, masih dibawa dan digendong oleh induk betinanya.
2 Anak-anak juvenille : 18 bulan-5 tahun, individu yang belum tumbuh
dengan maksimal, warna bulu mendekati dewasa, mampu melakukan perjalanan sendiri, tetapi cenderung masih dekat dengan induk.
3 Pra-dewasa sub-adult : 5-7 tahun, individu dengan perkembangan
hampir maksimal, masih tinggal dalam kelompok tetapi lebih sering memisahkan diri dan belum matang secara seksual.
4 Dewasa adult : 7 tahun, individu yang telah memiliki ukuran tubuh
maksimal, dan hidup berpasang-pasangan. Genus Hylobates merupakan primata tidak berekor, memiliki
kepala kecil dan bulat, hidung tidak menonjol, rahang kecil, rongga dada pendek tetapi lebar, rambut tebal dan halus. Menurut Supriatna 2000,
tubuh Owa Jawa ditutupi rambut yang berwarna kecoklatan sampai keperakan atau kelabu. Sutrisno 2001 juga menambahkan bahwa Owa
Jawa memiliki warna rambut yang sangat lebat berwarna abu-abu keperakan yang terdapat di seluruh tubuhnya. Tetapi rambut tersebut tidak
terdapat pada bagian kulit wajahnya. Genus Hylobates memiliki telapak tangan dan pergelangan kaki
yang panjang, begitu juga dengan telapak kaki dan pergelangan kakinya, hampir dua kali panjang tubuhnya. Hal ini erat kaitannya dengan
penggunaan anggota tubuh untuk bergerak atau lokomasi secara arboreal Napier dan Napier, 1967 dalam Purwanto, 1992.
Genus Hylobates jantan dewasa memiliki berat badan berkisar antara 4.300-7.928 gram, sedangkan betina dewasa 4.100-6.800 gram.
Panjang badan dan kepala jantan dewasa berkisar antara 403-635 mm, sedangkan betina dewasa 408-622 gram Napier dan Napier, 1967 dalam
Purwanto, 1992.
B. Habitat dan Penyebaran
Menurut Hoogerwerf 1970 dalam Kuswanda 1999, Owa Jawa dapat ditemukan pada beberapa habitat mulai dari garis pantai sampai dengan
ketinggian 1.400-1.600 m d.p.l. Kappeler 1984 membagi habitat Owa Jawa ke dalam zona vegetasi hutan dataran rendah 0-500 m d.p.l, hutan dataran
tinggi 500-1.000 m d.p.l dan hutan sub pegunungan atau pegunungan bawah 1.000-1.500 m d.p.l, dengan tempat rendah, pohon-pohon tumbuh dengan
rapat, tinggi besar, tajuk berlapis-lapis. Sebagai hasil adaptasi ekologis, Owa Jawa dapat mendiami habitat hutan campuran dengan ketinggian antara
1.000-2.000 m d.p.l dengan topografi bergelombang sampai pegunungan Pasang, 1989.
Menurut Nowak 1999, tidak ditemukannya Owa Jawa pada daerah yang lebih tinggi kemungkinan disebabkan oleh perubahan vegetasi yang
memiliki kekayaan jenis lebih rendah, pohon jarang dengan tajuk yang tidak lebat dan kokoh sehingga akan menyulitkan pergerakan Owa Jawa sebagai
satwa arboreal. Ditambahkan oleh Kappeler 1984, Owa Jawa merupakan genus Hylobates yang membutuhkan pepohonan besar dengan tajuk rapat dan
memiliki percabangan yang tumbuh horizontal untuk membantu mereka dalam pergerakan yang bersifat brankiasi.
Owa Jawa adalah primata endemik yang hanya ditemukan di areal hutan yang terletak di Jawa Barat. Penyebarannya meliputi wilayah Gunung
Honje, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Masigit, Gunung
Tampomas, Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Gunung Tilu, Gunung Papandayan dan pernah dilaporkan daerah penyebarannya mencapai Gunung
Slamet dan Dieng di Jawa Tengah Kuswanda, 1999.
C. Populasi