Massa Karbon tonCha HASIL dan PEMBAHASAN

1. Komposisi utama bahan penyusun gambut, dimana pada komponen serasah dan tanah gambut hampir sama, dan kondisinya yang selalu dalam keadaan tergenang anaerob, yaitu dibawah permukaan air tanah, sehingga proses dekomposisi bahan-bahan gambut berjalan lebih lambat dibandingkan komponen tanah mineral. 2. Dalam siklus karbon, proses timbal balik fotosintesis dan respirasi selluler menyediakan suatu hubungan antara lingkungan atmosfir dan lingkungan terestrial. Tumbuhan mendapatkan karbon, dalam bentuk CO 2 dari atmosfir atau lingkungan melalui stomata daunnya dan menggabungkannya ke dalam bahan organik biomassanya sendiri melalui proses fotosintesis. Sejumlah bahan organik dalam vegetasi yang jatuh di atas gambut tersebut kemudian menjadi sumber karbon bagi serasah dan tanah gambut.

5.4 Massa Karbon tonCha

Penetapan massa karbon dilakukan pada 40 contoh uji masing-masing 20 contoh uji untuk sersah dan tanah gambut yang di ambil dari 4 petak ukur di lokasi penelitian. Penetapan massa karbon pada tanah mineral tidak dilakukan dalam penelitian ini karena selain kadar karbonnya rendah, kedalaman tanah mineral yang merupakan lapisan dibawah gambut tidak dapat diukur. Hasil perhitungan massa karbon untuk ke empat petak ukur disajikan pada Tabel 8. 29 Tabel 8 Massa karbon serasah dan tanah gambut di areal RKT 2008 PT. DRT No Lokasi petak ukur Massa karbon tonCha Serasah Tanah gambut 1 I 43,44 10033,54 2 15,50 8196,77 3 28,53 3582,66 4 21,43 9278,82 5 9,29 7330,79 Rata-rata 23,64 7684,51 1 II 31,94 6677,96 2 32,22 8618,82 3 18,17 9953,30 4 16,66 7929,49 5 34,04 4792,66 Rata-rata 26,61 7594,45 1 III 8,77 8208,10 2 31,93 6260,62 3 37,12 5561,04 4 19,14 4512,34 5 20,97 4797,84 Rata-rata 23,60 5867,99 1 IV 19,18 4977,56 2 35,92 3288,48 3 29,50 3819,39 4 36,51 5071,01 5 17,90 4999,60 Rata-rata 27,80 4431,21 Berdasarkan data pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa massa karbon dalam lapisan serasah di petak ukur I berkisar 9,29-43,44 tonCha dengan rata-rata 23,64 tonCha, pada petak ukur II berkisar 16,66-34,04 tonCha dengan rata-rata 26,61 tonCha, pada petak ukur III berkisar 8,77-37,17 tonCha dengan rata-rata 23,60 tonCha, dan pada petak ukur IV berkisar 17,90-36,51 tonCha dengan rata- rata 27,80 tonCha. Massa karbon dalam lapisan serasah di petak ukur I berkisar 3.582,66- 10.033,54 tonCha dengan rata-rata 7.684,51 tonCha, pada petak ukur II berkisar 4.792,66-9.953,30 tonCha dengan rata-rata 7.594,45 tonCha, pada petak ukur III berkisar 4.512,34-8.208,10 tonCha dengan rata-rata 5.867,99 tonCha, dan pada petak ukur IV berkisar 3.288,48-5.071,01 tonCha dengan rata-rata 4.431,21 tonC ha. Massa karbon rata-rata di areal penelitian pada lapisan serasah adalah 25,41 tonCha dan pada lapisan tanah gambut adalah 6.394,53 tonCha. Massa karbon hasil penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Istomo 2001 di areal IUPHHK PT. DRT di Riau, yang menghasilkan massa karbon sebesar 2.959,8 tonCha dengan kedalaman gambut 2-3 m, 4.614,9 tonCha dengan kedalaman gambut 4-5 m, dan 5.184,3 tonCha dengan kedalaman gambut 6-7 m. Perbedaan massa karbon hasil penelitian ini dengan hasil penelitian Istomo 2001 diduga disebabkan pada perbedaan areal pengukuran dan teknik pengambilan petak ukur. Dimana pada penelitian Istomo 2001 pengambilan contoh bahan uji dari petak ukur berdasarkan zonasi gambut kubah gambut dan tepi kubah gambut pada tahun 2000. Sedangkan pada penelitian ini petak ukur diambil secara acak di areal hutan virgin pada areal RKT 2008 PT. DRT pada tahun 2008. Demikian pada hasil penelitian Wahyunto et al 2005 menghasilkan massa karbon di lahan gambut yang lebih rendah dari massa karbon hasil penelitian, yakni massa karbon di lahan Rokan Hilir sebesar 3.307,10 tonCha, di Propinsi Riau rata-rata 3.611,88 tonCha, di seluruh Sumatra rata-rata 2.611,40 tonCha. Perbedaan hasil penelitian ini diduga karena penelitian Wahyunto et al 2005 lebih merupakan penelitian di lahan gambut yang arealnya dapat berupa antara lain : lahan hutan gambut, lahan kebun kelapa sawit, lahan pertanian, lahan perkebunan lainnya dan lain-lain. Sedangkan pada penelitian ini dilakukan di hutan gambut yang masih virgin. Dalam penelitian ini massa karbon pada lapisan serasah jauh lebih kecil dari massa karbon lapisan tanah gambut. Adapun perbedaan nilai massa karbon pada serasah dan tanah gambut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : 1. Bulk density kerapatan limbak. Pada umumnya bulk density tanah berkisar dari 1,1-1,6 gcc. Beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0,90 gcc misalnya tanah Andisol, sedangkan untuk tanah gambut ada yang memiliki bulk density kurang dari 0,10 gcc Hardjowigeno, 1989. Nilai bulk density di areal penelitian ini untuk tanah gambut lebih besar dibandingkan serasah, yaitu 0,34 gcm 3 dan 0,02 gcm 3 2. Ketebalan serasah dan bobot isi serasah sangat berpengaruh terhadap jumlah massa karbon karena dari ketebalan dapat diketahui banyaknya jumlah bahan organik yang tertumpuk pada lokasi tersebut 3. Kecenderungan massa karbon pada tanah gambut akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan serasah, karena gambut terdiri dari tumpukan bahan organik yang belum terdekomposisi tidak terdekomposisi dengan baik, yang memerangkap dan menyerap karbon di dalamnya dan membentuk lahan dengan profil yang disusun oleh bahan organik dengan ketebalan yang jauh lebih tebal dari ketabalan serasah di atasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan ketebalan rata-rata lapisan serasah dan lapisan tanah gambut di areal RKT 2008 PT. DRT berturut-turut adalah 0,18 m dan 3,62 m lihat lampiran 1 dan 2.

5.5 Analisis Data

Dokumen yang terkait

Kandungan Fosfor dan Distribusinya pada Jenis-Jenis Pohon dalam Rangka Pemilihan Jenis Pohon untuk Penanaman di Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di HPH PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Dati I Riau)

0 9 82

Pengukuran Biomassa dan Kandungan Hara Kalsium (Ca) di atas Permukaan Tanah pada Hutan Rawa Gambut (Studi Kastls di HPH PT. Diamond Raya Timber, Bagan Siapi-api, Propinsi Dati I Riau)

0 6 69

Kandungan Fosfor dan Kalsium Serta Penyebarannya pada Tanah dan Tumbuhan Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di Wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Bagan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau)

3 64 414

Kandungan Fosfor dan Kalsium pada Tanah dan Biomassa Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di Wilayah HPH PT. Diamond Raya Timber, Bagan Siapi-api, Provinsi Riau)

0 16 28

Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan Di Iuphhk – Ha (Studi Kasus Di Iuphhk – Ha Pt.Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah )

1 18 96

Pendugaan Potensi Karbon Bahan Organik Mati Berdasarkan Tingkat Dekomposisi di Berbagai Kondisi Hutan Gambut. (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Provinsi Riau)

1 8 215

Struktur Tegakan dan Sebaran Jenis Ramin dan Meranti di Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus PT. Diamond Raya Timber dan PT. Riau Andalan Pulp And Paper, Provinsi Riau)

1 5 125

Limbah Pemanenan Kayu dan Faktor Eksploitasi di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Provinsi Riau

2 8 103

Pendugaan Potensi Massa Karbon Hutan Alam Tropika Rawa Gambut di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau

0 1 28

Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau

0 4 27