Karbon Biomassa TINJAUAN PUSTAKA

muck Soil Survey Staff, 1951. Lahan gambut adalah tanah-tanah jenuh air yang tersusun dari bahan tanah organik, yaitu sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm Soil Survey Staff, 1998.

2.2 Karbon

Umumnya karbon menyusun 45-50 bahan kering dari tanaman. Sejak kandungan karbondioksida meningkat secara global di atmosfer dan dianggap sebagai masalah lingkungan, berbagai ekolog tertarik untuk menghitung jumlah karbon yang tersimpan di hutan. Hutan gambut merupakan salah satu hutan yang memiliki potensi dalam penyimpanan karbon. Karbon dapat tersimpan dalam material yang sudah mati sebagai serasah, batang pohon yang jatuh kepermukaan tanah, dan sebagai material sukar lapuk di dalam tanah Whitmore, 1985. Cornel dan Miller 1995 menyatakan karbondioksida terdapat pada atmosfer bumi dalam kepekatan 0,003. Walaupun pada kepekatan yang rendah, karbon dioksida memainkan peranan yang penting dalam iklim bumi. Radiasi sinar matahari yang masuk mengandung panjang gelombang yang berbeda-beda tetapi pada saat mengenai permukaan bumi sebagian besar energi diubah menjadi radiasi inframerah. Karbondioksida merupakan penyerap inframerah yang kuat dan sifat ini membantu mencegah radiasi inframerah meninggalkan bumi. Dengan demikian CO 2 memainkan peranan penting dalam mengatur suhu permukaan bumi. Efek ”rumah kaca” ini dipengaruhi oleh proporsi karbondioksida dalam atmosfer bumi.

2.3 Biomassa

Biomassa merupakan jumlah total dari bahan organik hidup yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area Brown, 1997. Menurut Whitten et al., 1984 biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup, baik untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan luas tonha. Sedangkan menurut Chapman 1976 biomassa adalah berat bahan organik suatu organisme per satuan unit area pada suatu saat, berat bahan organik 5 dinyatakan dengan satuan berat kering dry weight atau kadang-kadang dalam berat kering bebas abu ash free dry weight. Biomassa disusun terutama oleh senyawa karbohidrat yang tediri dari elemen karbon, hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis tanaman White Plaskett, 1981. Biomassa dibedakan dalam dua kategori yaitu biomassa di atas permukaan tanah above ground biomass dan biomassa di bawah permukaan below ground biomass Kusmana et al., 1993. Jumlah total biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap CO 2 dari udara dan mengubah zat tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Laju peningkatan biomassa disebut produktivitas primer bruto. Hal ini tergantung pada luas daun yang terkena sinar matahari, intensitas penyinaran, suhu dan ciri-ciri jenis tumbuhan masing-masing. Sisa dari hasil respirasi yang dilakukan disebut produksi primer bersih. 2.4 Bulk density Tanah Bulk denstiy Bulk density tanahkerapatan limbak tanah adalah nisbah berat tanah teragregasi terhadap volumenya, dengan satuan gcm 3 atau gcc. Bulk density tanah merupakan petunjuk tidak langsung aras kepadatan tanahnya. Besaran bulk density tanah mempunyai kepentingan pedologik, misalnya sebagai ciri pembeda horison-horison yang banyak mengandung bahan organik atau lempung, dan kepentingan edapologik, misalnya sebagai acuan kemudahan akar tumbuhan menerobos tubuh tanah. Tanah-tanah organik, khususnya yang masih muda fibrik mempunyai horison-horison organik dengan bulk density sangat rendah 1 gcc dan besaran ini akan meningkat jika bahan organiknya mengalami pelapukan lebih lanjut. Tanah-tanah yang mengandung lempung banyak cenderung mempunyai bulk density tinggi. Selain itu bulk density dapat digunakan sebagai parameter untuk mengklasifikasikan gambut pada kategori tertentu. Nilai bulk density sangat tergantung dari jumlah bahan yang dipadatkan, komposisi botani dari material tersebut, tingkat dekomposisi dan kandungan kelembaban yang terdapat pada saat pengambilan contoh. Metode untuk menentukan bulk density sangat penting untuk mengevaluasi data. Penetapan besaran bulk density tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara, 6 antara lain metode tabung silindris dan metode lubang. Penetapan besaran bulk density tanah dapat dilakukan pada keadaan basahkelengasan lapangan atau kering oven. Penetapan bulk density tanah gambut dapat dilakukan secara langsung di lapangan dengan menggunakan metode bentuk bongkah atau clod Notohadiprawiro, 1983, tetapi metode ini menghasilkan bulk density yang lebih besar karena kandungan air dalam bongkahan gambut masih tinggi. Sementara itu, pengukuran bulk density gambut lebih banyak dilakukan di laboratorium dengan menggunakan ring core. Dalam metode ring core ini, untuk menghilangkan kandungan air dalam contoh, maka tanah gambut dikeringkan dalam oven suhu 105°C selama 12 jam dan diberi tekanan sebesar 33 – 1500 kPa, sehingga tanah menjadi kompak dan stabil. Andriesse melaporkan bulk density pada tanah gambut di Serawak Malaysia adalah 0,12 dan 0,09 grcm 3 . Driesen dan Rochimah 1976 menggabungkan penemuan ini lalu mengindikasikan bahwa gambut fibrik tropik di Indonesia umumnya mempunyai bulk density kurang dari 0,1 grcm 3 dan pada gambut saprik yang telah terdekomposisi memiliki nilai lebih besar dari 0,2 grcm 3 . Juga dilaporkan bahwa gambut di lahan yang belum terolah di Florida memberikan kisaran nilai yang sama. Tanah yang terolah di sekitar tempat penelitian pertanian Belle Grade, memiliki top soil 0-15 cm dengan bulk density 0,35 grcm 3 dan sub soil 45-60 cm memiliki densitas 0,18 grcm 3 . Nilai bulk density yang lebih besar ini tidak diragukan lagi diakibatkan oleh pengolahan dan pemadatan pada lapisan permukaan akibat drainase. Peristiwa ini sepertinya menjadi gambaran umum pada sebagian besar gambut tropis dengan kondisi alami dimana lapisan permukaan lebih saprik dibandingkan lapisan di bawah permukaan. Hal ini diakibatkan karena pengaruh iklim, ketinggian muka air tanah dan terjadinya oksidasi. 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Kandungan Fosfor dan Distribusinya pada Jenis-Jenis Pohon dalam Rangka Pemilihan Jenis Pohon untuk Penanaman di Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di HPH PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Dati I Riau)

0 9 82

Pengukuran Biomassa dan Kandungan Hara Kalsium (Ca) di atas Permukaan Tanah pada Hutan Rawa Gambut (Studi Kastls di HPH PT. Diamond Raya Timber, Bagan Siapi-api, Propinsi Dati I Riau)

0 6 69

Kandungan Fosfor dan Kalsium Serta Penyebarannya pada Tanah dan Tumbuhan Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di Wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Bagan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau)

3 64 414

Kandungan Fosfor dan Kalsium pada Tanah dan Biomassa Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di Wilayah HPH PT. Diamond Raya Timber, Bagan Siapi-api, Provinsi Riau)

0 16 28

Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan Di Iuphhk – Ha (Studi Kasus Di Iuphhk – Ha Pt.Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah )

1 18 96

Pendugaan Potensi Karbon Bahan Organik Mati Berdasarkan Tingkat Dekomposisi di Berbagai Kondisi Hutan Gambut. (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Provinsi Riau)

1 8 215

Struktur Tegakan dan Sebaran Jenis Ramin dan Meranti di Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus PT. Diamond Raya Timber dan PT. Riau Andalan Pulp And Paper, Provinsi Riau)

1 5 125

Limbah Pemanenan Kayu dan Faktor Eksploitasi di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Provinsi Riau

2 8 103

Pendugaan Potensi Massa Karbon Hutan Alam Tropika Rawa Gambut di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau

0 1 28

Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau

0 4 27