diterima perusahaan. Perbaikan mutu dan standar berarti menjadi penurunan produk cacat dan biaya kerusakan suatu produk.
2. Reputasi Perusahaan Mutu sebuah produk baik atau buruk muncul seiring dengan persepsi
konsumen mengenai produk dan perusahaan, praktik penanganan pegawai, dan hubungan dengan pemasok. Hal tersebut tidak dapat digantikan oleh
promosi. 3. Pertanggungjawaban Produk
Mutu produk mempengaruhi kinerja produk yang dirasakan konsumen. Setiap kinerja produk mengandung tanggung jawab perusahaan terhadap
konsumen. Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap mutu dan mutu produk yang diterima konsumen adalah perusahaan dan seluruh pihak yang
tercakup dalam rantai distribusi. Perusahaan yang merancang dan memproduksi
barang atau
jasa yang
cacat dapat
dianggap bertanggungjawab atas kerusakan dan kecelakaan yang diakibatkan
pemakaian barang tersebut. 4. Implikasi Internasional
Perkembangan bisnis dan globalisasi, perusahaan dengan mutu baik yang dapat memenangkan persaingan global. Produk dengan mutu rendah dapat
berimplikasi pada citra buruk perusahaan, bahkan negara asal produk di mata internasional.
2.3. Dimensi Mutu
Garvin dalam Hidayat 2007 memberikan beberapa dimensi mutu dalam industri manufaktur, yaitu :
1. Performance adalah kesesuaian produk dengan fungsi utama atau karakteristik utama produk, misal gambar jernih pada televisi.
2. Feature adalah karakteristik tambahan, fasilitas atau fitur pelengkap suatu produk yang membedakan dengan produk lain. Contohnya menu remote
control pada televisi.
3. Reliability konsistensi kinerja suatu produk dan keandalan produk yang memungkinkan kepercayaan konsumen terhadap produk.
4. Conformance adalah spesifikasi dan standar industri, serta sejauhmana karakteristik selain operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan.
5. Durability adalah masa daya guna atau ketahanan produk, mencakup masa garansi dan perbaikan.
6. Serviceability adalah pertanggungjawaban atas permasalahan-permasalahan produk dan keluhan konsumen terhadap produk, serta kemudahan
memperoleh perbaikan dan komponen pengganti. 7. Aesthetic adalah berbagai karakteristik yang berhubungan dengan psikologis
produsen, penyalur dan konsumen sebagai daya tarik produk. 8. Perception adalah kinerja yang telah dicapai dan kesuksesan yang diraih
seperti pencapaian target penjualan, oplah, kepuasan konsumen, dan lain-lain yang menyebabkan reputasi perusahaan yang baik dan menghasilkan
fanatisme konsumen terhadap merek.
2.4. Biaya Mutu
Biaya mutu adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena mutu yang buruk. Ini berarti biaya mutu adalah biaya yang berhubungan dengan
penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan Nasution, 2005. Ross dalam Nasution 2005 menjelaskan bahwa biaya mutu
dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu : 1. Biaya pencegahan prevention cost
2. Biaya deteksipenilaian detection costappraisal cost 3. Biaya kegagalan internal internal failure cost
4. Biaya kegagalan eksternal eksternal failure cost 1. Biaya Pencegahan
Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang berhubungan dengan
perancangan pelaksanaan dan pemeliharaan sistem mutu. Biaya yang termasuk kedalam kelompok biaya pencegahan adalah :
a. Biaya perencanaan mutu adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas berkaitan dengan patokan rencana mutu produk yang dihasilkan,
rencana tentang keandalan, rencana pemeriksaan, sistem data dan rencana khusus dari jaminan mutu.
b. Biaya tinjauan produk baru adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan usulan tawaran, penilaian rancangan baru dari segi mutu,
penyiapan program percobaan dan pengujian untuk menilai penampilan produk baru, serta aktivitas-aktivitas mutu lainnya selama tahap
pengembangan dan pra produksi dari rancangan produk baru. c. Biaya rancangan proses atau produk adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
waktu perancangan produk atau pemilihan proses produksi yang dimaksudkan untuk meningkatkan keseluruhan mutu produk tersebut.
d. Biaya pengendalian proses adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk teknik pengendalian proses, seperti diagram pengendalian yang memantau
proses pembuatan dalam usaha mencapai mutu produksi yang dikehendaki. e. Biaya pelatihan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan,
penyiapan, pelaksanaan, penyelenggaraan dan pemeliharaan program latihan formal masalah mutu.
f. Biaya audit mutu adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan terhadap rencana mutu keseluruhan.
2. Biaya Deteksi Penilaian Biaya deteksi adalah biaya yang terjadi untuk menentukan, apakah produk
dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan mutu. Tujuan utama fungsi deteksi ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan
sepanjang proses perusahaan, misalnya mencegah pengiriman barang yang tidak sesuai dengan persyaratan kepada para pelangan. Beberapa biaya yang
termasuk kedalam biaya deteksi adalah :
a. Biaya pemeriksaan dan pengujian bahan baku yang dibeli merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memeriksa dan menguji kesesuaian bahan
baku yang dibeli dengan kualifikasi yang tercantum dalam pesanan. b. Biaya pemeriksaan dan pengujian produk adalah biaya yang terjadi untuk
meneliti kesesuaian hasil produksi dengan standar perusahaan, termasuk meneliti pengepakan dan pengiriman.
c. Biaya pemeriksaan mutu produk, meliputi biaya untuk melaksanakan pemeriksaan mutu produk dalam proses maupun produk jadi
d. Biaya evaluasi persediaan adalah biaya yang terjadi untuk menguji produk di gudang, dengan tujuan untuk mendeteksi terjadinya penurunan mutu
produk selama di gudang. 3. Biaya Kegagalan Internal
Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa
dikirimkan ke pelanggan. Pengukuran biaya kegagalan internal dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum meninggalkan perusahaan.
Biaya kegagalan internal terdiri atas beberapa jenis biaya, yaitu : a. Biaya sisa bahan scrap adalah kerugian yang terjadi karena adanya sisa
bahan baku yang tidak terpakai dalam upaya memenuhi tingkat mutu yang dikehendaki. Bahan baku yang tersisa karena alasan lain misalnya,
keusangan, overrun dan perubahan desain produk tidak termasuk dalam kategori biaya ini.
b. Biaya pengerjaan ulang. Biaya ini meliputi biaya ekstra yang dikeluarkan untuk melakukan pengerjaan ulang agar dapat memenuhi standar mutu
yang diisyaratkan. c. Biaya untuk memperoleh bahan baku, meliputi biaya-biaya tambahan
yang timbul akibat aktivitas menangani penolakan rejection dan pengaduan complaints terhadap bahan baku yang telah dibeli.
d. Factory contact engineering cost. Biaya ini merupakan biaya yang berhubungan dengan waktu yang digunakan oleh para ahli produk yang
terlibat dalam masalah-masalah produksi yang menyangkut mutu. Misalnya, bila komponen atau bahan baku suatu produk tidak memenuhi
spesifikasi mutu, maka ahli produk atau produksi akan diminta untuk menilai kelayakan perubahan spesifikasi produk tersebut.
4. Biaya Kegagalan Eksternal Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk atau
jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang
paling membahayakan, karena dapat menyebabkan reputasi perusahaan buruk, kehilangan pelanggan dan penurunan pangsa pasar. Biaya kegagalan
eksternal meliputi : a. Biaya penanganan keseluruhan selama masih garansi. Biaya ini meliputi
semua biaya yang terjadi karena adanya keluhan-keluhan tertentu, sehingga diperlukan pemeriksaan, reparasi, atau penggantianpenukaran
produk. b. Biaya penanganan keluhan diluar masa garansi. Biaya ini merupakan
biaya yang berkaitan dengan keluhan-keluhan yang timbul setelah berlalunya masa garansi.
c. Pelayanan produk adalah keseluruhan biaya pelayanan produk yang diakibatkan oleh usaha untuk memperbaiki ketidaksempurnaan atau untuk
pengujian khusus, atau untuk memperbaiki cacat yang bukan disebabkan oleh adanya keluhan pelanggan. Biaya jasa instalasi atau kontrak
pemeliharaan tidak termasuk dalam kategori biaya ini. d. Liability Product, yaitu biaya yang timbul sehubungan dengan jaminan
atau pertanggungjawaban atas kegagalan pemenuhan standar mutu quality failures.
e. Biaya penarikan kembali produk. Biaya ini timbul karena adanya penarikan kembali suatu produk atau komponen produk tertentu.
Ross dalam Nasution 2005 menjelaskan bahwa informasi biaya mutu dapat memberikan berbagi macam manfaat, antara lain :
a. Mengidentifikasi peluang laba penghematan biaya dapat meningkatkan laba. b. Mengambil keputusan capital budgeting dan keputusan investasi lainnya.
c. Menekan biaya pembelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok. d. Mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki para
pelanggan. e. Mengidentifikasi sistem yang berlebihan.
f. Menentukan apakah biaya-biaya mutu telah didistribusikan secara tepat. g. Penentuan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba.
h. Mengidentifikasi masalah-masalah mutu. i. Sebagai alat manajemen untuk ukuran perbandingan tentang hubungan
masukan-keluaran. j. Sebagai salah satu alat analisis pareto.
k. Sebagai alat manajemen strategik untuk mengalokasikan sumber daya dalam perumusan dan pelaksanaan strategi.
l. Sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif. 2.5. Perspektif Mutu