Gambar 6. Bobot tiap aktor terhadap faktor dalam Expert Choice 2000 Tabel 6 tampak bobot masing-masing aktor terhadap konteks faktor yang
mempengaruhi pemilihan strategi penerapan Six Sigma pada pengendalian mutu PT. ADM Casting Plant. Aktor yang menjadi prioritas pada faktor efisiensi
adalah bagian Raw Material 0,403 yang mengendalikan input produksi dan menangani logistik yang berhubungan erat dengan efisiensi biaya. Pada faktor
kontrol, aktor yang paling berpengaruh dalam pemilihan strategi adalah Kepala Bagian Raw Material 0,360. Pada faktor aplikasi, aktor yang memliki bobot
terbesar adalah bagian Raw Material 0,383, demikian juga pada faktor keterlibatan dengan bobot 0,376.
c. Tujuan pada penerapan strategi Six Sigma dalam pengendalian mutu produk
PT. ADM Casting Plant
Pengolahan data Horisontal pada tingkatan ini menilai besarnya bobot dari tiap-tiap unsur tujuan terhadap masing-masing aktor yang terlibat dalam pemilihan
strategi penerapan Six Sigma pada pengendalian mutu PT. ADM Casting Plant. Hasil pengolahan data horisontal pada tingkatan ini dapat dilihat pada Tabel 7 dan
Gambar 7.
Tabel 7. Bobot tujuan terhadap masing-masing aktor
MP TQC
RM OPR
EB 0,159 0,216 0,181 0,181
SMC 0,238 0,252 0,227 0,272 SMA 0,255 0,221 0,322 0,309
SK 0,348 0,311 0,270 0,238
Keterangan : MP
= Manajer Produksi TQC = Kepala Tim Pengendali Mutu
RM = Kepala Bagian Raw Material
OPR = Operator EB
= Efisiensi Biaya dan Waktu SMC = Sistem yang Mudah Dikendalikan
SMA = Sistem yang Mudah Diaplikasikan SK
=Sistem yang Melibatkan Berbagai Pihak
Gambar 7. Bobot masing-masing tujuan terhadap masing-masing aktor dalam Expert Choice 2000.
Pengolahan data horisontal di atas didapati bahwa efisiensi biaya dan waktu bukanlah prioritas utama dalam pemilihan strategi oleh aktor-aktor dalam
hirarki. Sistem yang mudah diaplikasikan dan Sistem yang melibatkan berbagai pihak adalah tujuan yang ingin dicapai dengan bobot-bobot terbesar. Menurut
Manajer Produksi, tujuan prioritas yang ingin dicapai adalah Sistem yang melibatkan berbagai pihak dengan bobot 0,348. Pendapat yang sama diberikan
oleh Kepala Tim Pengendali Mutu dengan bobot tujuan 0,311. Kepala Bagian Raw Mate
rial dan Operator memiliki tujuan prioritas sistem yang mudah diaplikasikan dengan bobot masing-masing 0,322 dan 0,329.
d. Alternatif pada penerapan strategi Six Sigma dalam Pengendalian mutu
produk PT. ADM Casting Plant
Pengolahan data Horisontal pada tingkatan ini menilai besarnya bobot pada tiap-tiap alternatif terhadap masing-masing tujuan yang ingin dicapai dalam
pemilihan strategi penerapan Six Sigma pada pengendalian mutu PT. ADM Casting Plant
. Hasil pengolahan data horisontal pada tingkatan ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Bobot tiap-tiap alternatif terhadap tujuan
EB SMC SMA
SK P
0,435 0,632 0,775 0,632 M
0,565 0,368 0,225 0,368 Keterangan :
EB = Efisiensi Biaya dan Waktu
SMC = Sistem yang Mudah Dikendalikan SMA = Sistem yang Mudah Diaplikasikan
SK Sistem yang Melibatkan Berbagai Pihak
P = Penerapan Six Sigma Secara Penuh
M = Penerapan Six Sigma dengan Modifikasi
Tabel 4 diketahui bahwa untuk tujuan efisiensi biaya dan waktu, alternatif prioritas adalah penerapan Six Sigma dengan Modifikasi. Penerapan Six Sigma secara
penuh memang memerlukan waktu yang tidak singkat dan proses yang panjang. Penerapan Six Sigma secara penuh, diperlukan pelatihan terhadap sumber daya
terlebih dahulu. Pada tujuan sistem yang mudah dikendalikan, sistem yang mudah
Diaplikasikan dan sistem yang melibatkan berbagai pihak, alternatif prioritasnya adalah penerapan Six Sigma secara penuh. Penerapan Six Sigma memberdayakan
banyak pihak dan mudah dikendalikan.
4.5.2. Pengolahan Vertikal
Pengolahan data secara vertikal bertujuan untuk melihat pengaruh setiap unsur pada tingkat hirarki tertentu terhadap sasaran utama. Pengolahan ini
akan menunjukkan alternatif yang dapat dipilih berdasarkan bobot yang dikandung setiap unsur pada hirarki.
Gambar 8. Bobot Faktor, Aktor, Tujuan dan Alternatif pada AHP Keterangan :
E = Efisiensi
Ko = Kontrol
A =Aplikasi
Ke = Keterlibatan
MP = Manajer Produksi
TQC = Kepala Tim Pengendali Mutu
RM = Kepala Bagian Raw Material
OPR = Operator
EB = Efisiensi Biaya dan Waktu
SMC = Sistem yang Mudah Dikendalikan
Strategi Pengendalian Mutu dengan Perspektif Six Sigma
pada Sistem Pengendalian Mutu PT. Astra Daihatsu
Motor Casting Plant
E 0,059
Ko 0,277
Ke 0,241
A 0,422
MP 0,115
TQC 0,228
RM 0,376
OPR 0,281
EB 0,186
SMC 0,247
SMA 0,287
SK 0,280
P 0,627
MDF 0,373
SMA = Sistem yang Mudah Diaplikasikan
SK = Sistem yang Melibatkan Berbagai Pihak
P = Penerapan Six Sigma Secara Penuh
M = Penerapan Six Sigma dengan Modifikasi
a. Aktor pada strategi penerapan Six Sigma dalam pengendalian mutu produk PT. ADM Casting Plant
Hasil pengolahan Vertikal menunjukkan bahwa aktor yang paling berpengaruh dalam strategi penerapan Six Sigma pada pengendalian mutu PT.
ADM Casting Plant adalah `Bagian Raw Material dengan bobot 0,376. Kepala Bagian Raw Material memiliki kewenangan memilih logistik dan input produksi
yang akan mengendalikan mutu produk dari awal proses produksi. Sistem apa yang akan digunakan dalam pengendalian mutu merupakan kewenangan tim
pengendali mutu, tetapi pada raalitas operasional, bagian Raw Material menentukan secara langsung keputusan yang berhubungan pengendalian mutu
produk berdasarkan input produksi. Oleh karena itu memiliki tanggungjawab besar terhadap mutu produk. Aktor selanjutnya yang paling berperan dalam
penerapan Six Sigma dalam pengendalian mutu PT. ADM Casting Plant adalah operator dengan bobot 0,281 dan kepala Tim Pengendali Mutu dengan bobot
0,228. Manajer Produksi adalah aktor dengan bobot terendah 0,115.
b. Tujuan pada strategi Penerapan Six Sigma dalam pengendalian mutu produk
PT. ADM Casting Plant
Dalam pengolahan data secara vertikal, didapatkan hasil bahwa tujuan prioritas yang ingin dicapai dalam penerapan Six Sigma pada pengendalian mutu PT. ADM
Casting Plant adalah sistem yang mudah diaplikasikan dengan bobot 0,287.
Tujuan yang menjadi prioritas selanjutnya adalah Sistem yang melibatkan berbagai pihak dengan bobot 0,280. Tujuan yang menjadi prioritas lain adalah sistem yang
mudah dikendalikan dan yang terakhir menjadi prioritas adalah efisiensi biaya. Hal ini mengindikasikan bahwa, meskipun efisiensi dianggap penting bagi
perusahaan dengan budaya Jepang, tetapi pengendalian mutu yang baik tetap merupakan prioritas utama dalam proses produksi perusahaan.
c. Alternatif pada strategi penerapan Six Sigma dalam pengendalian mutu