Langkah awal dalam penebangan pohon pada pohon normal dimulai dengan pembuatan takik rebah. Langkah pertama pembuatan takik rebah dimulai dengan
membuat potongan horizontal sedalam 14 sampai 13 dari diameter pohon. Tahap selanjutnya adalah membuat potongan dengan sudut 45
menuju ke arah ujung dari potongan horizontal. Setelah terbentuk takik rebah kemudian langkah
selanjutnya adalah membuat takik balas setinggi 5-20 cm diatas potongan horizontal takik rebah dan meninggalkan engsel dengan tebal 110-16 dari
diameter pohon Elias 1999.
2.3 Tingkat Pertumbuhan Pohon
Hutan adalah masyarakat tetumbuhan yang dikuasai atau didominasi oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan
di luar hutan Soerianegara dan Indrawan 1982. Menurut Indriyanto 2008, dalam perkembangannya, pohon mengalami tingkat pertumbuhan mulai dari
tingkat semai anakan dengan tinggi ≤ 1.5 meter, pancang anakan dengan tinggi
1.5 m dan diameter 10 cm, tiang pohon dengan diameter 10-19 cm, dan
pohon diameter ≥ 20 cm.
2.4 Kerusakan Tegakan Tinggal
Kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu dengan sistem TPTI adalah kerusakan yang terjadi pada tegakan tinggal yang sebenarnya tidak
termasuk dalam rencana untuk dipanen hasilnya pada waktu pemanenan kayu. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat berupa pohon roboh atau pohon masih berdiri
tetapi bagian batang, banir atau tajuk dan diperkirakan tidak dapat tumbuh lagi dengan normal dan keterbukaan arealtanah akibat penebangan dan penyaradan
Elias 2002. Tegakan tinggal adalah tegakan yang telah ditebang pilih, yang menjadi
modal pengusahaan berikutnya, berisi pohon – pohon binaan dan pohon pendamping. Pohon-pohon binaan adalah pohon yang harus dirawat setelah
tebang pilih, berupa pohon-pohon komersial ,yang muda dan sehat, sedangkan pohon-pohon pendamping adalah pohon penyusun tegakan selain pohon binaan
Departemen Kehutanan 1990.
Idris dan Suhartana 1996a melaporkan bahwa, rata-rata besarnya kerusakan tegakan tinggal pada tingkatan pohon diameter
≥ 20 cm akibat penebangan di Provinsi Riau adalah 11.5.
Metode pemanenan konvensional menghasilkan kerusakan yang lebih besar dibandingkan dengan metode pemanenan hutan berwawasan lingkungan. Jika
dilihat berdasarkan jumlah pohon, besarnya ukuran luka, dan keterbukaan areal, metode pemanenan konvensional memiliki persentase kerusakan yang lebih tinggi
dibandingkan metode pemanenan berwawasan lingkungan Elias 2002b. Data mengenai perbandingan metode pemanenan konvensional dan metode Reduce
Impact Logging RIL disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Perbandingan metode pemanenan hutan konvensional dan metode RIL
No. Jenis
Metode Pemanenan Konvensional
RIL 1
Persen Kerusakan Tegakan Tinggal dari Populasi Vegetasi
a. Semai 33.47
17.65 b. Pancang
34.93 19.59
c. Tiang dan pohon 40.42
19.08 2
Persen Kerusakan Tegakan Tinggal dari Ukuran Kerusakan
a. Ringan 7.23
4.16 b. Sedang
4.65 2.93
c. Berat 28.99
11.99 3
Persen Keterbukaan Areal a. Akibat penebangan
11.10 7.65
b. Akibat penyaradan 8.73
5.21
Sumber : Elias 2002
Penelitian yang dilakukan Elias 1998 di Kalimantan Timur menghasilkan tingkat kerusakan pada pohon berdiameter
≥ 10 cm berkisar antara 9.39 sampai 35.43 dengan rata-rata 21.96. Kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan
hutan berdasarkan jumlah populasi disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan hutan berdasarkan jumlah populasi
Plot ∑ Pohon
Sebelum Pemanenan Kayu
≥ 10 cm ∑ Pohon
Yang Dipanen
∑ Pohon yang Rusak
≥ 10 cm Kerusakan
Tegakan Tinggal
Tingkat Kerusakan
I 620
2 58
9.39 Ringan
II 697
6 146
21.13 Ringan
III 748
17 259
35.43 Sedang
Sumber: Elias 1998
Elias 1994 melaporkan bahwa berdasarkan besarnya luka pada pohon, pohon-pohon yang paling banyak mengalami kerusakan adalah pohon - pohon
berdiameter kecil, yaitu pohon berdiameter 10-19 cm sebesar 28.01 -33.47 dan pohon berdiameter 20 - 29 cm sebesar 6.46 - 8.48. Besarnya tingkat
kerusakan berdasarkan besarnya luka pada pohon dan kerusakan pohon pada setiap kelas diameter pohon disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3 Tingkat kerusakan pohon berdasarkan besarnya luka akibat pemanenan hutan.
No Plot Tingkat Kerusakan Pohon
Tingkat Keparahan Luka Luka
Ringan Luka
sedang Luka
Berat 1
39.14 4.13
2.33 32.68
2 47.07
3.77 3.56
39.75 3
46.82 6.14
2.33 38.55
Rata-rata 44.34
4.68 2.74
36.93
Sumber: Elias 1994
Tabel 4 Kerusakan pohon akibat pemanenan hutan pada kelas-kelas diameter pohon di Kalimantan Timur.
Kelas diameter cm Persen Kerusakan
10-19 28.01-33.47
20-29 6.46-8.48
30-39 1.26-2.97
40-49 1.06-1.46
50-54 0.54-0.64
≥60 0.21-1.80
Sumber : Elias 1994
2.5 Bentuk Plot Contoh