Tipe-Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal

Tabel 13 Kerusakan tegakan tinggal untuk kelompok jenis meranti dan non meranti akibat kegiatan penebangan pohon konvensional. Kelompok Jumlah Tegakan Total Jenis Diameter cm 10-19 20-29 30-39 40-49 50-up n 946 695 366 197 82 2286 ̅ 25.74 18.91 9.96 5.36 2.23 62.20 n 1 696 596 284 161 61 1798 Meranti ̅ 18.94 16.22 7.73 4.38 1.66 48.92 n r 250 99 82 36 21 488 ̅ 6.80 2.69 2.23 0.98 0.57 13.28 10.94 4.33 3.59 1.57 0.92 21.35 n 3899 2192 1051 369 252 7763 ̅ 106.08 59.64 28.59 10.04 6.86 211.21 n 1 2864 1643 792 336 238 5873 Non Meranti ̅ 77.92 44.70 21.55 9.14 6.48 159.79 n r 1035 549 259 33 14 1890 ̅ 28.16 14.94 7.05 0.90 0.38 51.42 13.33 7.07 3.34 0.43 0.18 24.35 Keterangan : n = jumlah pohon sebelum penebangan n 1 = jumlah pohon setelah penebangan n r = jumlah pohon rusak ̅ = jumlah rata-rata per ha = persentase kerusakan

5.4.2 Tipe-Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal

Pada tingkat tiang, tipe kerusakan akibat penebangan konvensional berupa patah batang, pecah batang, roboh, rusak tajuk, luka batang, rusak banir, dan miring dengan persentase kerusakan masing-masing sebesar 40.7, 1.87, 23.5, 16.34, 10.89, 0, dan 6.69. Tipe kerusakan terbesar adalah tipe kerusakan patah batang dan roboh. Presentase tipe kerusakan patah batang adalah 40.7 dan roboh sebesar 23.5. Pada pohon berdiameter ≥ 20 cm, tipe kerusakan yang terjadi adalah patah batang, pecah batang, roboh, rusak tajuk, luka batang, rusak banir, dan miring dengan kerusakan berturut-turut sebesar 22.87, 12.72, 28.73, 25.43, 8.87, 0.37, dan 1.01. Tipe kerusakan terbesar adalah tipe kerusakan roboh 28.73 dan rusak tajuk 25.43. Elias 2002 dan Kuswandi 2001 melaporkan bahwa kerusakan terbesar terjadi pada rusak tajuk dan patah batang. Elias 2002 melaporkan bahwa persentase bentuk kerusakan rusak tajuk sebesar 49.45 dan patah batang sebesar 23.08, sedangkan Kuswandi 2001 mendapatkan hasil untuk kerusakan rusak tajuk sebesar 38.6 dan patah batang sebesar 33.33. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan kerapatan tegakan dan intensitas penebangan yang berbeda. Elias 2002 dan Kuswandi 2001 melaporkan bahwa intensitas penebangannya 8 pohonha dan 6 pohonha, dan kerapatan tegakan sebesar 688 pohonha dan 239 pohonha. Kerusakan pohon dari setiap tipe kerusakan pada seluruh plot contoh yang diamati disajikan pada Gambar 8. Gambar 8 Kerusakan tiang dan pohon dari setiap tipe kerusakan akibat penebangan pohon konvensional pada seluruh plot contoh yang diamati. 5.4.3 Tingkat Kerusakan Berdasarkan Besarnya Luka Pada penebangan konvensional tingkat kerusakan berdasarkan besarnya luka pada tiang meliputi kerusakan berat 80.47, sedang 15.02, dan ringan 4.51. Tingkat kerusakan terbesar adalah tingkat kerusakan berat, yaitu 40.7 22.87 1.87 12.72 23.5 28.73 16.34 25.43 10.89 8.87 6.69 1.01 0.37 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Tiang Pohon P e rs e n ta se Patah Batang Pecah Batang Roboh Rusak Tajuk Luka Batang Miring Rusak Banir 80.47, kemudian diikuti oleh tingkat kerusakan sedang dengan persentase sebesar 15.02 dan tingkat kerusakan ringan sebesar 4.51. Pada pohon berdiameter ≥ 20 cm, tingkat kerusakan yang terjadi berupa kerusakan berat 88.38, sedang 5.22, dan ringan 6.40. Tingkat kerusakan terbesar adalah tingkat kerusakan berat, yaitu 88.38 dari jumlah keseluruhan pohon yang rusak, kemudian diikuti oleh tingkat kerusakan ringan sebesar 6.40 dan tingkat kerusakan sedang sebesar 5.22. Hasil penelitian di PT. MAM tidak berbeda jauh dengan penelitian Indriyati 2010 yang melaporkan bahwa kerusakan berat mencapai 67.74, kemudian diikuti kerusakan ringan sebesar 24.73 dan tipe kerusakan sedang sebesar 7.53. Sementara Sitanggang 2011 melaporkan bahwa kerusakan berat mencapai 66.18, kemudian diikuti oleh kerusakan sedang sebesar 20.59 dan kerusakan ringan sebesar 13.24. Perbedaan besarnya kerusakan ini disebabkan perbedaan intensitas penebangan dan kerapatan tegakan. Indriyati 2010 dan Sitanggang 2011 melaporkan bahwa intensitas penebangan yang terjadi adalah 7 pohonha dan 5 pohonha, dan kerapatan untuk pohon berdiameter ≥ 20 cm sebesar 77 pohonha dan 39 pohonha . Tingkat kerusakan berdasarkan besarnya luka untuk tiang dan pohon akibat kegiatan penebangan pohon ditampilkan pada Tabel 14. Tabel 14 Tingkat kerusakan tegakan tinggal berdasarkan besarnya luka untuk tiang dan pohon akibat kegiatan penebangan pohon konvensional. Tipe Kerusakan Tingkat Kerusakan Tiang Pohon Berat Sedang Ringan Berat Sedang Ringan Rusak Tajuk 127 65 18 199 25 54 Luka Batang 58 42 40 64 21 12 Rusak Banir 4 Miring 86 - 11 - Patah Batang 523 - - 250 - - Pecah Batang 24 - - 139 - - Roboh 302 - - 314 - - Jumlah 1034 193 58 966 57 70 Rata-rata pohonha 28.13 5.25 1.58 26.28 1.55 1.90 Presentase 80.47 15.02 4.51 88.38 5.22 6.40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tipe kerusakan tegakan tinggal yang terjadi akibat penebangan pohon adalah kerusakan tajuk, kerusakan batang dan kulit, kerusakan banir dan akar, batang patah, dan pohon roboh. Tipe kerusakan terbesar yang terjadi pada tiang akibat kegiatan penebangan adalah patah batang sebesar 41.59 dan pada pohon rusak tajuk sebesar 26.60. Sementara itu tipe kerusakan terkecil pada tiang adalah pecah batang sebesar 3.54 dan pada pohon rusak banir sebesar 1.06. 2. Tingkat kerusakan tegakan tinggal pada pohon berdiameter ≥ 10 cm akibat penebangan satu pohon di PT. MAM adalah tingkat kerusakan ringan sebesar 2.33 pada tiang dan sebesar 1.81 pada pohon. 3. Rata-rata panjang dampak penebangan di PT. MAM adalah sejauh 45 meter atau 1.5 kali tinggi pohon.

6.2 Saran

1. Perlu diterapkannya teknik pemanenan berbasis RIL seperti pemberian tanda arah rebah terlebih dahulu sebelum dilakukan penebangan pohon guna meminimalkan kerusakan tegakan tinggal. 2. Perlu dilakukan pemberian jarak minimal penebangan antar pohon sejauh 45 meter dan pembatasan penebangan sebanyak 5 pohonha guna meminimalkan kerusakan tegakan tinggal.