5.2.4 Tinggi Pohon dalam Plot Contoh
Rata-rata tinggi pohon dalam plot contoh sebesar 32 meter dengan pohon tertinggi 39 meter dan pohon terpendek 25 meter. Sebaran tinggi pohon dalam
plot contoh disajikan pada Gambar 6. Gambar 6 Sebaran tinggi pohon dalam plot contoh.
5.3 Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan Satu Pohon
5.3.1 Tingkat Kerusakan Berdasarkan Jumlah Pohon
Salah satu penyebab kerusakan tegakan tinggal pada pemanenan hutan adalah kegiatan penebangan pohon. Pohon yang ditebang adalah pohon komersil
dengan diameter ≥ 50 cm, sehingga ketika ditebang akan mengakibatkan
kerusakan pada tiang dan pohon. Besarnya kerusakan tingkat tiang dan pohon akibat penebangan satu pohon berturut-turut adalah 2.33 dan 1.81. Tingkat
kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan satu pohon pada kedua tingkat pertumbuhan pohon tersebut termasuk dalam kategori kerusakan ringan, karena
tingkat kerusakannya masih 25. Kerusakan pada tingkat pohon lebih kecil
dibandingkan pada tingkat tiang, hal ini dikarenakan penebang lebih memilih mengarahkan pohon ke tempat yang memiliki tegakan tinggal dengan diameter
yang relatif kecil. Sementara itu, rata-rata jumlah pohon yang rusak akibat penebangan satu
pohon adalah 5.63 pohonha, yang terdiri atas 3.07 pohonha untuk tiang dan 2.56 pohonha untuk pohon. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan penelitian Hanafiah
dan Muhdi 2007 yang melaporkan bahwa rata-rata jumlah pohon yang rusak
24.14 24.14
34.48
13.79 3.45
5 10
15 20
25 30
35 40
25-28 28-31
31-34 34-37
37-40 P
er se
n ta
se
Tinggi Pohon meter
akibat penebangan satu pohon adalah 5.95 pohonha. Persentase kerusakan pada tiang dan pohon akibat penebangan satu pohon disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Jumlah tiang dan pohon yang rusak akibat penebangan satu pohon. Tingkatan
Jumlah Pohon
Sebelum Sesudah
Pohon yang Penebangan
Penebangan Rusak
n ̅
n ̅
n ̅
Tiang 4845 131.82
4732 128.74 113
3.07 2.33
Pohon 5204 141.58
5110 139.03 94
2.56 1.81
Keterangan : n = jumlah
̅
= jumlah rata-rata per ha = persentase kerusakan
Berdasarkan kelompok jenisnya, kelompok jenis meranti memiliki tingkat kerusakan tegakan yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok jenis non
meranti. Kerusakan pada kelompok jenis meranti adalah sebesar 1.93, sedangkan kerusakan pada kelompok jenis non meranti sebesar 2.10. Perbedaan
besarnya kerusakan antara kelompok meranti dan non meranti terjadi karena perbedaan kerapatan pohonnya. Kerapatan pohon kelompok jenis meranti sebesar
62 pohonha, sedangkan kelompok jenis non meranti sebesar 211 pohonha. Pada kelompok jenis meranti, kerusakan terbesar terjadi pada kelas diameter
10-19 cm 1.01 dan kerusakan terkecil pada kelas diameter 40-49 cm 0.09. Sementara pada kelompok jenis non meranti, persentase kerusakan terbesar terjadi
pada kelas diameter 10-19 cm dan kerusakan terkecil terjadi pada kelas diameter ≥
50 cm, yang masing-masing sebesar 1.16 dan 0.01. Persentase kerusakan dari tiap kelas diameter akibat penebangan satu pohon untuk kelompok jenis meranti
dan non meranti disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Kerusakan tegakan tinggal pada kelompok jenis meranti dan non meranti akibat penebangan satu pohon.
Kelompok Jumlah Tegakan
Total Jenis
Diameter cm 10-19
20-29 30-39
40-49 50-up
n
946 695
366 197
82 2286
̅ 25.74
18.91 9.96
5.36 2.23
62.20
n
1
923 688
357 195
79 2242
Meranti ̅
25.11 18.72
9.71 5.31
2.15 61.00
n
r
23 7
9 2
3 44
̅ 0.63
0.19 0.24
0.05 0.08
1.20 1.01
0.31 0.39
0.09 0.13
1.93
n
3899 2192
1051 369
252 7763
̅ 106.08
59.64 28.59
10.04 6.86
211.21
n
1
3809 2144
1030 366
251 7600
Non Meranti ̅
103.63 58.33
28.02 9.96
6.83 206.77
n
r
90 48
21 3
1 163
̅ 2.45
1.31 0.57
0.08 0.03
4.43 1.16
0.62 0.27
0.04 0.01
2.10
Keterangan :
n
= jumlah pohon sebelum penebangan
n
1
= jumlah pohon setelah penebangan
n
r
= jumlah pohon rusak
̅
= jumlah rata-rata per ha = persentase kerusakan
5.3.2 Tipe-Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal