BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penebangan Pohon di PT. MAM
Sistem pemanenan yang dilakukan di PT. MAM adalah sistem pemanenan hutan mekanis. Secara umum, kegiatan pemanenan hutan dimulai dari
penebangan, penyaradan, muat bongkar, dan pengangkutan. Kegiatan penebangan pohon dilaksanakan oleh regu tebang menggunakan chainsaw STIHL MS 720
dengan berat 20 kg. Sistem pengupahan yang digunakan adalah sistem borongan murni. Satu regu tebang terdiri atas satu chainsawman dan satu orang helper. Satu
regu tebang menebang pada petak tebang yang telah dilakukan belah petak terlebih dahulu. Belah petak dimaksudkan untuk membagi wilayah kerja masing-
masing regu berdasarkan potensi tegakan. Sebelum proses penebangan pohon, biasanya operator chainsaw terlebih
dahulu melihat kondisi pohon, topografi, dan diameter pohon untuk menentukan layak tidaknya pohon ditebang. Batas diameter pohon yang boleh ditebang pada
hutan produksi tetap adalah 40 cm, sedangkan untuk fungsi hutan produksi terbatas adalah 50 cm. Selain batasan diameter, topografi juga diperhatikan oleh
regu tebang sebelum melakukan penebangan. Chainsawman cenderung menghindari penebangan pohon yang terletak di daerah dengan topografi sangat
curam, hal ini disebabkan adanya potensi terjadinya pecah batang yang parah dan bulldozer kemungkinan tidak akan menarik kayu tersebut, sehingga akan
berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diperoleh chainsawman.
5.2 Statistik Plot Contoh
5.2.1 Luas Plot Contoh
Rata-rata luas plot contoh dalam penelitian ini adalah 1.3 ha dengan luas plot terbesar 1.9 ha dan luas plot terkecil 0.8 ha. Sebaran luas plot contoh
disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Sebaran luas plot contoh. 5.2.2 Kemiringan Plot Contoh
Rata-rata kemiringan areal pada plot contoh sebesar 33.4 dengan kemiringan terbesar 66 dan kemiringan terkecil 1. Plot contoh dengan
kemiringan sangat curam 40 memiliki jumlah terbesar 44.83, sedangkan plot dengan kemiringan curam 26-40 memiliki jumlah terkecil 6.90.
Sebaran kemiringan pada plot contoh disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran kemiringan areal pada plot contoh.
No Kelas Kemiringan
Klasifikasi Plot Contoh
Jumlah 1
0-8 Datar
3 10.34
2 9-15
Landai 8
27.59 3
16-25 Agak Curam
3 10.34
4 26-40
Curam 2
6.90 5
40 Sangat Curam
13 44.83
Jumlah 29
100.00
5.2.3 Jumlah Pohon Berdiameter ≥ 10 cm dalam Plot Contoh
Rata-rata jumlah pohon berdiameter ≥ 10 cm tiap plot contoh adalah 347
pohon dengan jumlah terbesar 463 pohonplot dan jumlah terkecil 234 pohonplot. Sementara itu, rata-rata kerapatan pohon berdiameter
≥ 10 cm pada plot contoh adalah 284 pohonha. Nilai kerapatan pohon ini lebih besar jika dibandingkan
dengan penelitian lain di Papua. Kuswandi 2001, 2003 melaporkan kerapatan
31.03 48.28
13.79 3.45
3.45
10 20
30 40
50 60
0.8-1 1.2-1.4
1.4-1.6 1.6-1.8
1.8-2 P
er se
n ta
se
Luas Plot Ha
tegakan di Papua berkisar 240 pohonha-321 pohonha. Sebaran jumlah pohon pada plot contoh disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Sebaran jumlah pohon berdiameter ≥ 10 cm dalam plot contoh.
5.2.4 Jumlah Pohon Layak Tebang dalam Plot Contoh
Pohon-pohon layak tebang adalah pohon jenis komersial yang memiliki diameter
≥ 50 cm, mengingat fungsi hutan yang sedang ditebang adalah hutan produksi terbatas. Rata-rata pohon layak tebang tiap plot contoh adalah 19 pohon
dengan jumlah pohon layak tebang terbesar 33 pohonplot dan jumlah terkecil 13 pohonplot. Sebaran jumlah pohon layak tebang dalam plot contoh disajikan pada
Gambar 5.
Gambar 5 Sebaran jumlah pohon layak tebang berdiameter ≥ 50 cm dalam plot
contoh.
6.90 31.03
31.03
10.34 17.24
3.45
5 10
15 20
25 30
35
234-277 277-320
320-363 363-406
406-449 449-492
P er
se n
ta se
Jumlah Pohon berdiameter ≥ 10 cm
6.90 13.79
37.93 31.03
10.34 5
10 15
20 25
30 35
40
13-17 17-21
21-25 25-29
29-33 P
er se
n ta
se
Jumlah Pohon Layak Tebang berdiameter ≥ 50 cm
5.2.4 Tinggi Pohon dalam Plot Contoh