4.4 Tanah
Berdasarkan Peta Tanah Provinsi Irian Jaya skala 1 : 1.000.000 Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
1993, areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM memiliki 5 jenis tanah. Jenis tanah tersebut adalah Aluvial tidak peka, Latosol agak peka, Podsolik peka, Litosol
sangat peka, dan Regosol sangat peka.
4.5 Geologi
Struktur geologi khususnya diareal kerja IUPHHK PT. MAM didominasi oleh sesar sesar naik dan geser dan lipatan. Sesar naik utama pada bagian
tersebut membatasi Cekungan Wapoga dan Cekungan Mamberamo. Struktur lipatan terdiri dari antikilin dan sinklin. Antikilin penting dikenal sebagai Antiklin
Gesa yang memotong aliran S. Gesa yang mengalir ke utara. Perkembangan struktur tersebut adalah dampak kompresi pemekaran lempeng Samudra Pasifik
PT.MAM 2009.
4.6 Iklim dan Intensitas Hujan
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt Ferguson areal IUPHHK PT. MAM memiliki tipe iklim A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan
hujan tropis dengan curah hujan tanpa bulan kering 60.00 mm merata sepanjang tahun. Dari data yang diperoleh dari stasiun Pencatat Curah Hujan
Camp Gesa tahun 1994-2001 diperoleh nilai Q= 0 dan IH Intensitas Hujan = 17.4 mmhh, dengan curah hujan rata-rata adalah sebesar 286 mm per bulan dan
tingkat minimum yang terjadi pada bulan November 209 mm per bulan maksimum pada bulan Oktober 354 mm per bulan PT.MAM 2009.
4.7 Penutupan Lahan dan Fungsi Hutan
Penutupan lahan areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM didasarkan pada penafsiran Citra Landsat LS-7 ETM+US, Departement of the Interior, US
Geological Survey band 542, Mozaik Path 102 Row 62 liputan pada tanggal 19 November 2005. Sedangkan berdasarkan status fungsi hutan, areal kerja yang
mempunyai luas 677,310 Ha ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan
dan Perkebunan Nomor 910Kpts-IV99 tanggal 14 Oktober 1999 tentang “Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 1071Kpts-II92 Tanggal 12
November 1992” mengenai Pemberian Hak Pengusahaan Hutan PT. MAM PT. MAM 2009. Untuk penutupan lahanvegetasi di areal kerja IUPHHK-HA PT.
MAM menurut fungsi hutannya disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 . Penutupan vegetasi pada fungsi hutan PT. MAM
Penutupan Lahan Fungsi Hutan Ha
BZ HPT
HP HPK
1. Hutan Primer 287,203
66,966 6,176
12,230 2. Hutan Bekas Tebangan
105,825 40,100
30,651 1,948
3. Non Hutan 6,209
5,169 592
127 4. Hutan Rawa Primer
- 1,890
10,951 -
5. Hutan Rawa Bekas Tebangan 8,268
783 -
- 6. Non Hutan Rawa
- 71
1,111 -
7. Tubuh Air Danau -
636 -
12 8. Tertutup Awan
74,295 10,511
- 5,586
Jumlah 481,800
126,126 49,481
19,903
Sumber : Pengesahan Citra Landsat Nomor S.35VIIPusin-12006 tanggal 22 Januari 2007.
PT.MAM, 2009 Keterangan : HPT
= Hutan produksi terbatas HP
= Hutan produksi HPK = Hutan produksi dapat dikonversi
BZ = Buffer zone
4.8 Sosial dan Ekonomi Masyarakat
Penduduk asli disekitar kelompok hutan S.Mamberamo – S.Gesa adalah suku Baudi Bira, Kerema, Obogui Dai, Kapso Apawer, Birara Noso, Bodo dan
suku Haya. Hubungan suku-suku yang berbeda wilayah masih bersifat tradisional dan masing-masing suku masih memegang kuat adat istiadatnya, hal ini
ditunjukkan oleh adanya bahasa yang cukup mencolok diantara suku-suku asli yang ada dan masing-masing suku berkembang sendiri-sendiri tanpa saling
mengganggu PT.MAM 2009. Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh penduduk di sekitar kelompok
hutan ini adalah bahasa sukunya masing-masing sedangkan bahasa Indonesia
hanya dimengerti oleh sebagian kecil saja dari mereka. Agama dan kepercayaan yang dianut adalah Kristen Protestan, Katolik dan Islam. Dalam total 20.494 jiwa
penduduk dalam empat distrik sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM tercatat sebanyak 19.449 jiwa 94.90 penganut agama resmi dengan rincian 7.795 jiwa
38.03 beragama Kristen protestan, 361 jiwa 1.76 beragama Islam, dan 11.293 jiwa 55.10 beragama Kristen khatolik PT.MAM 2009.
Budaya masyarakat di dalam dan di sekitar areal IUPHHK-HA PT PT. MAM meruapakan gambaran kecil dari budaya Papua. Kebudayaan di Papua
menunjukan gejala aneka warna yang ekstrim. Hal ini disebabkan oleh suku- sukubangsa-bangsa yang berdatangan dari berbagai daerah menduduki pulau-
pulau yang ada secara terpisah satu dari yang lainnya karena isolasi geografis PT. MAM 2009.
Proses sosial yang ada di kawasan areal kerja IUPHHK berupa proses asosiatif keserasian dan proses disosiatif pertentangan. Proses asosiatif dapat
dikaji dari proses akomodasi diawali dengan kegiatan kerjasama, gotong royong, dalam kegiatan perkawinan, membangun rumah ibadah, dan lain-lain. Kegiatan
akomodasi juga terlihat dalam kegiatan meramu, dimana masyarakat saling membantu dalam mencari sumber sagu dan hewan buruan PT. MAM 2009.
Mata pencaharian penduduk yang berada di sekitar areal kerja IUPHHK PT. MAM dapat diklasifikasikan menurut keadaaan alam dimana mereka menetap.
Umumnya penduduk yang tinggal di sepanjang Sungai Mamberamo dan Danau Bira memiliki mata pencaharian sebagai pencari ikan untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani sehari-hari dan jika ada kelebihan dari hasil tangkapan, dipertukarkan barter dengan bahan makanan seperti umbi-umbian, jagung dan
talas. Bahan makanan ini dihasilkan oleh penduduk yang tinggal di pedalaman yang umumnya hidup dari ladang berpindah. Sistem barter dilakukan pada setiap
kesempatan, karena di kawasan ini belum berkembang sistem pasar dan perekonomian uang. Disamping mencari ikan dan bercocok tanam dengan
berladang berpindah, ada sebagian masyarakat yang melakukan kegiatan “meramu” mencari sagu, umbi dan berburu. Sedangkan masyarakat yang tinggal
di pusat-pusat pemerintah Distrik dan Kabupaten yang umumnya sebagai pendatang berprofesi sebagai pegawai negeri dan buruh harian PT.MAM 2009.
Pendapatan masyarakat di sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT. MAM umumnya tidak menentu. Cara hidup bertani subsisten menunjukkan bahwa pendapatan
penduduk hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Keadaan ekonomi masyarakat setempat, pola bekerja yang tidak menentu, serta pola
konsumsi yang sederhana, juga menunjukkan bahwa pendapatan mereka umumnya masih rendah dan sangat tergantung pada sumber daya alam PT. MAM
2009.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN