21
dari kulit dan senyawa kimia seperti: alkanoid, fosfatida, karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Proses selanjutnya adalah pemisahan getah degumming terhadap minyak bintaro yang
dihasilkan oleh mesin. Degumming minyak merupakan proses pemisahan getah atau lendir yang terdir dari
fosfatida, protein, karbohidrat, residu, air, dan resin, tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak.
Proses degumming dilakukan dengan memanaskan minyak di dalam labu pemisah mencapai suhu 80
C. Air panas suhu 95-100 C dan larutan asam fosfat H
3
PO
4
20 sebanyak 0,2-0,3 vb, kemudian dicampurkan ke dalam minyak dan dilakukan pengadukan
secara konstan selama 15 menit. Selanjutnya didiamkan hingga terjadi perubahan dengan munculnya warna hitam diantara lapisan minyak dan air warna hitam ini disebut gum. Setelah
terbentuk gum diantara lapisan minyak dan air, kemudian air dan gum dibuang selanjutnya lakukan water washing dengan menambahkan air panas. Water washing dilakukan berulang-
ulang sampai dengan air buangan mencapai pH netral dan gum tersebut hilang.
3.3.2 Penelitian Pendahuluan
Pengujian termofisik meliputi densitas, viskositas, dan kapilarisasi minyak nabati. Pengujian termofisik minyak dilakukan dengan metode sebagai berikut:
1. Densitas ASTM D-1298
Densitas merupakan perbandingan berat suatu sampel dengan volumenya pada suhu pengujiannya.
Prosedur :
Piknometer 10 ml ditimbang bobot kosongnya, kemudian sampel yang akan diuji masukkan ke dalam piknometer hingga tanda batas. Selanjutnya piknometer didiamkan selama 1 jam dalam
waterbath pada suhu 30, 50, dan 70
o
C, kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik. Pengukuran dilakukan menggunakan 3 kali ulangan. Densitas minyak dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut : ..................................................................................................8
dimana : ρ
t
= densitas gml m
i
= masa piknometer dan sampel g m
o
= masa piknometer kosong g v
t
= volume piknometer ml 2.
Viskositas Metode Brookfield AOAC 1995 Viskositas bahan bakar diartikan sebagai ukuran ketahanan bahan bakar untuk mengalir.
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Viskometer Brookfield.
Prosedur :
Bahan sebanyak ± 600 ml jumlah yang diperlukan untuk merendamkan tanda tera pada beban dimasukan ke dalam gelas piala, dan diatur suhunya agar tetap 30 °C, 50 °C, dan 70 °C.
Beban dan putaran per menit rpm yang akan digunakan bernomor diatur terlebih dahulu untuk menentukan angka konversinya yang terdapat pada tabel bagian atas alat. Contoh
dimasukkan ke dalam wadah hingga tanda tera pada beban terendam. Motor penggerak dijalankan setelah jarum menunjukan angka nol. Motor dimatikan setelah satu menit, dan tombol
22
penekan jarum ditekan, kemudian dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut A. Pada Gambar
10 dapat
dilihat proses
pengujian viskositas
dengan menggunakan
viskometerBrookfield. Rumus viskositas adalah sebagai berikut. ................................................................ ...........18
3. Uji Kapilaritas Sumbu
Uji daya kapilarisasi dilakukan dengan menggunakan sumbu kompor yang dijahit diujungnya agar dapat menyatu dan berbentuk bulat. Kemudian dibuat kaitan untuk
menggantung sumbu dengan tiang statif, sumbu tersebut di masukkan ke dalam kolom kaca yang berisikan minyak bintaro. Sumbu setinggi 0.5 cm tercelup dalam 250 ml minyak ditempatkan
dalam gelas kimia berukuran 1000 ml. Sumbu diberi ukuran atau skala dari 0.5 sampai 2 cm dan pencatatan waktu dilakukan untuk setiap kenaikan minyak 0.5 cm. Percobaan dilakukan pada
tiga titik suhu, yaitu 30, 50, dan 70
o
C, dengan tiga kali pengulangan Sunandar 2010.
3.3.3 Penelitian Utama
1. Pengujian Kompor
a. Pengujian temperatur api
Pengujian temperatur api bertujuan untuk menentukan temperatur optimum dari profil api biru.
Prosedur:
1. Kompor dinyalakan untuk pemanasan awal pada bukaan katup tertentu yang bisa
menghasilkan api biru atau api terbaik yang mendekati api biru, pemanasan awal dilakukan dalam waktu 10 sampai 15 menit hingga nyala api stabil.
2. Apabila nyala api yang stabil sudah dicapai, dilakukan pengukuran temperatur api
dengan termokopel pada titik-titik tertentu secara bersamaan, yaitu: -
Termokopel diletakkan diatas kompor pada ketinggian 2cm dan dilakukan pengukuran temperatur.
- Termokopel dinaikkan terus tiap ketinggian 2 cm, hingga mencapai ketinggian 18
cm dan pada tiap-tiap ketinggian dilakukan pengukuran temperatur. 3.
Langkah no1 dan no2 dilakukan untuk beberapa bukaan katup yang mampu menghasilkan nyala api biru atau nyala api terbaik yang mendekati api biru.
4. Temperatur optimum tertinggi dari beberapa ketinggian pada api yang dihasilkan
kompor kemudian kita gunakan sebagai acuan dalam pengujian daya kompor dan pengujian efisiensi.
Berikut contoh tabel yang digunakan dalam pencatatan data temperatur api.