6
Bunga Bintaro terdapat pada ujung pedikel simosa dengan lima petal yang sama atau disebut pentamery. Korola berbentuk tabung dan ada warna kuning pada bagian tengahnya Backer 1965.
Buah bintaro berbentuk bulat dan berwarna hijau pucat sampai kemerahan. Buah bintaro merupakan buah drupa buah biji yang terdiri dari tiga lapisan Gambar 4 yaitu epikarp atau
eksokarp kulit bagian terluar buah, mesokarp lapisan tengah berupa serat seperti sabut kelapa, dan endocarp biji yang dilapisi kulit biji atau testa. Biji yang terdapat di dalam endokarp terkadang
menghasilkan dua biji berbentuk ellips atau oval dalam satu buah. Walapun berbentuk indah namun buah Bintaro tidak dapat dikonsumsi, karena mengandung zat yang bersifat racun terhadap manusia
Khanh 2001.
a b c Menurut Mulyani 2007, biji buah bintaro memiliki rasio berat biji per buah rata-rata 2.79
– 2.92. Dinamakan Cerbera karena bijinya dan semua bagian pohonnya mengandung racun yang
disebut “cerberin” yaitu racun yang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot jantung
manusia, sehingga mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian. Walaupun beracun, bijinya mengandung minyak yang cukup banyak 50-60 dan berpotensi digunakan sebagai bahan
baku biodiesel dengan melalui proses hidrolisis, ekstrasi dan destilasi. Gambar 2. Daun Bintaro
Gambar 3. Bunga bintaro
Gambar 4. a Kulitepikarp, b sabut mesokarp, dan c biji endocarp
7
2.2 Minyak Bintaro
Minyak nabati atau plant oil adalah minyak yang diperoleh dari tanaman melalui proses ekstraksi dari biji, buah atau pun bagian lain dari suatu tanaman. Pure Plant Oil PPO didefinisikan
sebagai minyak yang diperoleh secara langsung baik dari pemerahan atau pengempaan biji sumber minyak, minyak yang telah dimurnikan, maupun minyak kasar tanpa melibatkan modifikasi secara
kimia. PPO disebut juga sebagai unmodified oil atau SVO straight vegetable oil Hambali dkk 2008.
Seperti hal namanya, PPO dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung minyak, seperti kelapa daging buah, kelapa sawit buah, kedelai biji, bunga matahari biji, kacang tanah biji,
jagung biji, kaliki biji, dan sebagainya. Minyak dari tanaman tersebut berupa minyak kasar crude oil, umumnya dapat digunakan untuk pengganti minyak tanah dan sejenisnya, melalui peralatan atau
kompor yang dimodifikasi Reksowardojo 2008.
Menurut Edi 2011, biji bintaro mengandung lemakminyak sebesar 46 - 64. Sementara itu, menurut Chang et al. 2000, biji bintaro mengandung minyak sekitar 54,33 dan berpotensi
digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Menurut Pranowo 2010, komposisi kulit, sabut, dan tista buah bintaro sebesar 94,76 dan komposisi biji adalah 5,24 biji basah atau hanya sebanyak 3,10
biji keringdari buah panen. Dalam Puspitasari 2010, komposisi asam – asam lemak penyusun
minyak biji bintaro yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi Asam
– Asam Lemak Minyak Biji Bintaro Jenis Asam Lemak
Jumlah atom C Komposisi
Palmitat C16
26,24 Oleat
C18:1 47,78
Stearat C18
0,80 Miristat
C14 0,59
Linoleat C18:2
4,10 Linolenat
C18:3 1,11
Asetat C2
0,88 Buah bintaro berwarna hijau pada saat muda dan berubah menjadi merah kecoklatan pada saat
tua, berbentuk bulat agak lonjong seperti mangga. Daging buah berupa serabut dan bergetah sedangkan biji dari buah tua berwarna putih yang ditutupi dengan kulit ari yang keras berwarna coklat
gelap Gambar 5. Minyak bintaro mempunyai sifat beracun cerebrin disamping kandungan asam lemak esensialnya yang sangat rendah Heyne 1987. Hal ini menyebabkan minyak bintaro tidak dapat
dipergunakan sebagai minyak pangan. Dengan demikian penggunaannya sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar alternatif merupakan pilihan yang cukup tepat, sehingga tidak menggangu
siklus minyak pangan Sunandar 2010.
Gambar 5. Buah dan minyak bintaro Sunandar 2010
8
2.3 Karakteristik Minyak Nabati
Agar minyak nabati dapat dijadikan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah, maka minyak nabati harus memiliki karaketristik yang hampir sama dengan minyak tanah. Salah satu
karakteristik yang paling utama adalah angka viskositas. Minyak nabati memiliki angka viskositas yang sangat tinggi, sehingga pada pemakaiannya minyak nabati harus mengalami proses-proses
tertentu untuk menurunkan angka viskositasnya. Angka viskositas ini mempengaruhi kemampuan naiknya minyak melalui sumbu untuk selanjutnya dapat terbakar. Sifat-sifat minyak nabati yang
berhubungan langsung dengan daya kapilaritasnya diantaranya adalah densitas, viskositas, dan tegangan permukaan.
2.3.1 Densitas
Densitas atau rapat suatu zat adalah perbandingan massa dari volume satuan zat tersebut. Densitas diukur dengan suatu alat yang disebut Picknometer. Pengetahuan mengenai densitas ini
berguna untuk penghitungan kuantitatif dan pengkajian kualitas penyalaan. Satuan densitas adalah kgm3.
2.3.2 Viskositas
Viskositas adalah ukuran ketahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa kapiler terhadap gaya gravitasi, biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk mengalir pada jarak
tertentu. Jika viskositas semakin tinggi, maka tahanan untuk mengalir akan semakin tinggi Shreve, 1956. Viskositas tergantung pada suhu dan berkurang dengan naiknya suhu. Viskositas diukur
dengan Viskometer Brookfield. Kadang-kadang viskositas juga diukur dalam Engler, Saybolt atau Redwood, dan lain-lain. Tiap jenis minyak bakar memiliki hubungan suhu viskositas tersendiri.
Pengukuran viskositas dilakukan dengan suatu alat yang disebut Viskometer Brookfield. Viskositas merupakan sifat yang sangat penting dalam penyimpanan dan penggunaan bahan bakar minyak.
Viskositas mempengaruhi derajat pemanasan awal yang diperlukan untuk handling, penyimpanan dan atomisasi yang memuaskan. Jika minyak terlalu kental, maka akan menyulitkan dalam pemompaan,
sulit untuk menyalakan burner, dan sulit dialirkan. Atomisasi yang jelek akan mengakibatkan terjadinya pembentukan endapan karbon pada ujung burner atau pada dinding-dinding. Oleh karena
itu pemanasan awal penting untuk atomisasi yang tepat.
2.3.3 Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan merupakan sifat dari cairan terhadap udara sehingga membuatnya bertindak seolah-olah dilapisi oleh selaput tipis. Molekul di dalam cairan saling berinteraksi satu sama
lain dengan molekul-molekul lain dari segala sisi, sedangkan molekul di sepanjang permukaan hanya dipengaruhi oleh molekul yang berada di bawahnya.
Gambar 6. Interaksi molekul-molekul yang menimbulkan tegangan permukaan San 2009