Pengujian Daya Kompor Bahan Bakar Minyak Tanah

36 Tabel 12. Konsumsi bahan bakar dan daya kompor bahan bakar minyak tanah Percobaan Waktu menit Temperatur Minyak C Berat Minyak Terpakai g Daya Kilo Watt Awal Akhir 1 30 28.1 39.3 58 1.403 2 30 28.2 41.7 50 1.209 3 30 28.3 36.8 50 1.209 4 30 28.6 42 60 1.451 Rata-rata 54.5 1.318 Besarnya daya kompor pada tabel diatas dihitung berdasarkan persamaan 2. Sebagai contoh perhitungan, digunakan data percobaan ke-1 dari Tabel 12 diatas. Data tersebut adalah: Sehingga daya kompor: 1.403 Kilo Watt Daya rata-rata pada Tabel 12 merupakan rata-rata dari setiap pengukuran.

2. Pengukuran Daya Kompor Bahan Bakar Bintaro

Data pengujian daya pada kompor ini dilakukan pada bukaan katup 360 dengan mengunakan bahan bakar minyak bintaro ditampilkan pada Tabel 13. Dari pengujian didapatkan data konsumsi minyak terpakai, yang selanjutnya diperoleh besarnya daya kompor bahan bakar bintaro. Tabel 13. Konsumsi bahan bakar dan daya kompor bahan bakar minyak bintaro Percobaan Waktu menit Temperatur Minyak C Berat Minyak Terpakai g Daya Kilo Watt Awal Akhir 1 30 28.1 30 30 0.545 2 30 28.2 31 28 0.509 3 30 28.3 30 30 0.545 4 30 28.6 30 31 0.564 Rata-rata

29.75 0.541

37 Hasil rata-rata total perhitungan daya antara kompor bahan bakar minyak tanah dan kompor bahan bakar minyak bintaro ditampilkan dalam Gambar 32. Terlihat bahwa kompor bahan bakar minyak bintaro mempunyai daya yang lebih rendah dibandingkan dengan kompor bahan bakar minyak tanah, walaupun dengan bukaan katup yang lebih besar. Berat jenis dapat mempengaruhi titik didih bahan bakar. Semakin berat molekul zat tersebut, cenderung menjadi tinggi titik didih zat tersebut. Dengan kata lain, semakin tinggi berat jenis suatu zat, maka semakin tinggi titik didih zat tersebut, maka bahan bakar semakin sulit menjadi uap. Dengan demikian bahan bakar semakin sulit bereaksi dengan oksigen, untuk itu diperlukan suhu lingkungan yang tinggi agar dapat terjadi campuran gas dengan oksigen. Campuran gas ini biasa disebut mixture Inovatif 2008. Sedangkan nilai viskositas yang lebih tinggi menyebabkan minyak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengalir ke ujung sumbu, sehingga akan memerlukan temperatur lebih tinggi untuk lebih cepat mengalir. 4.4 Pengaruh Ketinggian Sarangan Kompor flame holder Terhadap Temperatur Api Dalam upaya mendapatkan kompor berbahan bakar nabati, dimana bahan bakar ini merupakan bahan bakar terbarukan, maka perlu desain kompor baru yang dapat memakai bahan bakar nabati tersebut. Kekurangan utama pada bahan bakar nabati adalah nilai kalor yang rendah dan viskositasya yang tinggi, bisa mencapai 15 kali viskositas minyak tanah. Upaya pertama adalah melakukan modifikasi kompor untuk disesuaikan dengan karakteristik minyak nabati tersebut. Angka viskositas yang tinggi menyebabkan daya kapilaritas semakin kecil. Sedangkan nilai kalor yang rendah pada minyak nabati menyebabkan temperatur api kecil setelah mencapai permukaan atas saragan kompor. Hal ini akan mempengaruhi panas yang dihasilkan dan lama waktu yang digunakan untuk memasak. Modifikasi yang dilakukan adalah memodifikasi tinggi sarangan kompor minyak tanah, merupakan modifikasi dari desain yang telah ada untuk memperoleh kinerja kompor yang lebih baik. Perpindahan panas yang terjadi pada kompor meliputi perpindahan panas konduksi, konveksi, dan radiasi. Pada keadaan mantap, kehilangan panas dari hasil pembakaran terjadi melalui permukaan dinding dan melalui saluran udara dan gas hasil pembakaran. Untuk mengetahui tinggi sarangan yang sesuai dengan bahan bakar minyak bintaro, maka analisis hanya dilakukan pada sarangan kompor atau permukaan dinding sarangan, sehingga dapat diketahui sebaran temperatur pada sarangan kompor flame holder. Gambar 32. Perbandingan daya kompor