Pola Tanam Rumput Laut

mudah dari lembaga kredit lain. 92 responden menyatakan melunasi pinjaman modal dari koperasi tepat waktu. Ada 28 responden pernah berhubungan dengan pihak tengkulak untuk modal. Proses adiministrasi peminjaman, sebagian responden menyatakan mudah tetapi sebagian menyatakan rumit. Partisipasi responden dalam kegiatan penyuluhan hanya 7 yang menyatakan selalu mengikutinya, 60 kadang-kadang, dan 33 tidak pernah. 69 responden merasakan manfaat dalam mengikuti kegiatan penyuluhan. Kegiatan pelatihan atau studi banding: 44 responden belum pernah mengikuti, 19 sering mengikuti, dan kadang-kadang 37. Untuk aspek keuangan, sebanyak 80 pembudidaya menyatakan pernah menghitung ongkos produksi dan keuntungan dari budidaya rumput laut. Perhitungan keuntungan: 80 responden mendapat info harga dari pembeli, dan sisanya dari penyuluh. Walaupun demikian, pembelilah yang menentukan harga rumput laut. Pertimbangan pembudidaya memilih pembeli adalah harga lebih tinggi 73, 7 mempunyai hubungan baik, 20 jarak ke tempat penjualan.

5.2.3 Pola Tanam Rumput Laut

Kegiatan budidaya rumput laut tidak banyak menuntut tingkat keterampilan tinggi dan modal yang besar, sehingga dapat dilakukan oleh semua anggota keluarga nelayan termasuk ibu rumah tangga dan anak-anak. Namun demikian rumput laut yang dibudidayakan sering terkena penyakit seperti ice-ice dan hama pemangsa lainnya. Salah satu penyebab kegagalan pada budidaya rumput laut antara lain adalah penerapan sistem budidaya yang tidak tepat waktu dan sistem tanam yang kurang sesuai Puslitbangkan, 1991. Penentuan pola tanam rumput laut dalam bentuk tabel dapat disesuaikan dengan membandingkan antara pertumbuhan rumput laut dengan tingkat terserang penyakit prevalensi, penghujan, dan gelombang. Nilai pertumbuhan yang digambarkan dalam analisis ini dihitung dari pertumbuhan rumput laut dimana dari berat awal 100 gram sampai pada capaian nilai rata-rata total pertumbuhan gram setiap siklus untuk 9 siklus tanam. Nilai penghujan, prevalensi, dan gelombang adalah hasil analisis jawaban responden dalam bentuk persentase . Jawaban responden berdasarkan pengalaman budidaya rumput laut dan daya ingat untuk kurun waktu tahun 1996 – 2006. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa pertumbuhan rumput laut pada bulan Januari mulai menurun sampai pada nilai terendah di bulan Maret. Kemudian pertumbuhan mulai meningkat sampai nilai tertinggi bulan November. Pola menurun pertumbuhan pada November berlanjut sampai Maret tahun berikutnya. Prevalensi pada rumput laut mulai dari bulan April –September, dimana kondisi wabah banyak terjadi pada bulan Mei –Agustus. Kondisi ini memperlihatkan trend pertumbuhan meningkat. Dapat dijelaskan bahwa, penyakit yang terjadi adalah proses sebab-akibat dari bulan-bulan sebelumnya. Ini jelas terlihat bahwa pada waktu bukan prevalensi, pertumbuhan semakin menurun, diduga saat itulah rumput laut telah menurun kondisinya karena beberapa faktor penyebab penyakit. Faktor-faktor penyebab penyakit dimungkinkan oleh: kondisi parameter air yang menurun, serangan hama, dan epifit. Paling jelas terlihat adalah akibat dari serangan hama, dimana thallus mengalami tanda terkelupas atau beberapa bagian yang hilang. Penyebab lain dari semakin membaiknya kondisi rumput laut yang terserang penyakit karena pada akhir dan awal tahun telah memasuki musim penghujan dan gelombang pada batas-batas toleransi. Kemudian terlihat juga musim hujan yang normal, rumput laut bertumbuh dengan baik. Tetapi, apabila curah hujan tinggi seperti pada bulan Desember maka akan mengakibatkan menurunnya pertumbuhan. Salah satu akibat curah hujan yang tinggi adalah dampak langsung tutupan awan yang tinggi dimana akan mengurangi proses fotosintesa dari rumput laut. Gelombang yang terjadi di Pulau Nain terlihat bahwa musim gelombang yang besar di bulan Desember dapat mengakibatkan menurunnya pertumbuhan rumput laut. Ini lebih berpengaruh kepada teknis budidaya, yakni mengurangi aktivitas pemeliharaan dan rusaknya konstruksi budidaya, selain itu beberapa thallus bisa patah. Walaupun demikian, hempasan gelombang atau arus yang disebabkan oleh gelombang pada batas-batas toleransi dapat membersihkan rumput laut dari debu atau sampah yang menempel. Arus juga akan membawa lebih banyak nutrien untuk memenuhi kebutuhan tumbuh rumput laut. Informasi dari pembudidaya tentang produksi rumput laut tertinggi mereka sepanjang tahun dibandingkan dengan hasil pertumbuhan penelitian maka dibuat Gambar 27. Informasi dari pembudidaya berasal dari pengalaman dan daya ingat untuk kurun waktu 10 tahun yakni tahun 1996 – 2006, dan data penelitian didapat dari tahun 2007 – 2008. Pada hasil penelitian, bulan Maret pertumbuhan rumput laut menurun drastis tetapi ada 2,13 responden menjawab bahwa bulan Maret pernah mengalami puncak produksi. Bulan April dan Mei tidak ada responden yang mengalami puncak produksi padahal hasil pertumbuhan dari penelitian bahwa pada bulan April –Mei mulai meningkat, demikian juga untuk bulan Agustus. Bulan-bulan lainnya, kecuali bulan desember, kedua informasi saling menunjang. Pada bulan Desember dengan pertumbuhan yang menurun, ada 19,15 responden menjawab bahwa bulan tersebut merupakan puncak produksi rumput laut. Diduga yang mempengaruhi adalah kondisi lingkungan untuk tahun yang berbeda. Selain itu tidak ada informasi lebih lanjut dari pembudidaya rumput laut di Pulau Nain tentang jenis yang memberikan produksi tertinggi di bulan-bulan tertentu. Seperti sudah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa K. alvarezii jika dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan maka laju pertumbuhannya akan lebih baik. Secara keseluruhan, budidaya rumput laut K. alvarezii Cottonii di Gugus Pulau Nain dapat diusahakan sepanjang tahun. Teknik dan cara untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan atau gangguan lingkungan dan biologi yang ekstrim pada rumput laut maka dibuat suatu pola tanam dalam tabel, seperti pada Tabel 15. Tabel 15 Pola tanam berdasarkan perubahan kondisi ekologi dan biologi rumput laut serta teknik penanggulangannya. Kondisi Lokasi Bulan kalender Penanggulangan 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 1 Penghujan Kemarau 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3  Kemarau: kedalaman tali minimal 50cm  Penghujan: jmlh tali dibatasi 2 Rumput laut terserang epifit - - - - - - - - - - 2 3  Bersihkan RL  Menggoyang tali  Batasi jmlh tali ris 3 Prevalensi pada rumput laut 4 5 6 7 8 9 - - 12 - - -  Memetik yg berpenyakit  Mengganti yang berpenyakit  Memanen cepat 4 Pertumbuhan lambat - - - - - - - - - - - 3  Ganti bibit  Jarak tali diperlebar 5 Laut bergelombang - 5 - - 8 9 10 11 12 1 2 3  Batasi jumlah tali Tabel 15 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Apabila terjadi penyakit, penanggulangannya dengan cara memetik rumput laut dan mengganti rumput laut yang terkena penyakit agar penyakit tidak menyebar ke rumput laut yang lain. Jika terlihat bahwa prevalensi sudah mewabah sebaiknya dilakukan pemanenan secara keseluruhan. 2. Membatasi jumlah tali ris pada waktu penghujan, bermaksud untuk mengakali jumlah nutrien yang konsentrasinya berubah yang disebabkan oleh jumlah air tawar yang masuk. Nutrient yang tersedia diharapkan dapat memenuhi kebutuhan rumput laut yang ada. Pada waktu terserang epifit, pembatasan jumlah tali agar rumput laut mudah dibersihkan karena jumlah rumput laut yang akan dibersihkan tidak banyak. Pembatasan jumlah tali juga agar pembudidaya leluasa bergerak saat bekerja. Pada saat gelombang, pembatasan jumlah tali ris lebih memudahkan pembudidaya mengawasi dan memperbaiki jika terjadi kerusakan konstruksi wadah budidaya. 3. Pada musim kemarau, tali ris diturunkan minimal 50 cm dari permukaan air agar tidak terpengaruh oleh suhu permukaan air, dan rumput laut tidak terjemur terlalu lama. Saat terserang epifit, rumput laut dibersihkan langsung dengan cara diambil kemudian dibuang di darat. Kemudian, tali ris atau rumput laut digoyang-goyang agar epifit yang tidak terambil akan terlepas dari rumput laut atau tali ris. Apabila pertumbuhan rumput laut lambat, dapat diganti dengan bibit baru yang sesuai kriteria pemilihan bibit yang baik. Gambar 27 menunjukkan komposisi dari kondisi budidaya rumput laut di perairan Gugus Pulau Nain. Dalam setahun waktu penghujan terjadi sebanyak 9 bulan, kemarau 3 bulan, prevalensi 7 bulan, terserang epifit 2 bulan, pertumbuhan yang rendah 1 bulan, dan terjadinya gelombang laut sebanyak 9 bulan. Semua kondisi ini cenderung dapat terjadi sepanjang setahun atau hanya beberapa kondisi saja yang terjadi dalam setahun. Waktu penghujan sangat bermanfaat bagi rumput laut walaupun belum ada informasi spesifik tentang kisaran intensitas dan frekuensi curah hujan yang sesuai kebutuhan pertumbuhan rumput laut, karena curah hujan yang tinggi dapat juga mengakibatkan pelarutan nutrient, menurunkan salinitas, kebersihan areal, kecepatan arus melemah, dan kekeruhan perairan. Menurut Boyd 1979 in Armita 2011 bahwa kondisi kekeruhan yang baik untuk budidaya rumput laut yakni 10 40 NTU, selanjutnya WALHI 2006 in Armita 2011 kekeruhan standar untuk lingkungan rumput laut adalah kurang dari 20 NTU. Gambar 27 Komposisi kecenderungan kondisi lingkungan dan budidaya rumput laut di Perairan Gugus Pulau Nain. Hujan juga berakibat buruk pada waktu pasca panen yakni lama pengeringan apabila memanfaatkan sinar matahari. Lain halnya dengan musim kemarau yang dapat mempercepat waktu pengeringan. Kebutuhan cahaya matahari dalam budidaya rumput laut menurut Djawad 1987 in Armita 2011 dibutuhkan intensitas cahaya sekitar 5000 lux. Dalam Wikipedia, dijelaskan bahwa musim hujan atau musim basah adalah musim dengan ciri meningkatnya curah hujan di suatu wilayah dibandingkan biasanya dalam jangka waktu tertentu secara tetap. Secara teknis meteorologi, musim hujan dianggap mulai terjadi apabila curah hujan dalam tiga dasarian berturut-turut telah melebihi 100 mm per meter persegi per dasarian dan berlanjut terus. Apabila hal ini belum terpenuhi namun curah hujan telah tinggi kondisinya dianggap sebagai peralihan musim pancaroba. Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk dapat disebut musim kemarau, curah hujan per bulan harus di bawah 60 mm per bulan atau 20 mm per dasarian selama tiga dasarian berturut-turut. LAPAN 2009 menyatakan bahwa Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun keberadaanya, Penghujan Kemarau Prevalensi Epifit Pertumbuhan lambat Gelombang sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim, yaitu: 1. Iklim musim iklim muson sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu angin musim barat daya muson barat dan angin musim timur laut muson timur. Angin muson barat bertiup sekitar Oktober-April yang basah sehingga membawa musim hujanpenghujan. Angin muson timur bertiup sekitar April-Oktober yang sifatnya kering mengakibatkan Indonesia mengalami musim kemarau. 2. Iklim tropistropika iklim panas, wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika. 3. Iklim laut, Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi. Gelombang laut yang terjadi sebanyak 9 bulan bukan kendala dalam budidaya rumput laut di Pulau Nain, seperti sudah dijelaskan pada bab sebelumnya hanya waktu-waktu tertentu terjadi gelombang besar yang dapat mengganggu budidaya rumput laut, selebihnya gelombang dibutuhkan. Apalagi perairan Gugus Pulau Nain terdapat karang tepi yang mengelilinginya. Pola tanam dan kondisi lingkungan budidaya rumput laut di atas akan berbeda untuk setiap areal budidaya di Wilayah Minahasa, bahkan di wilayah lain, tetapi alternatif penanggulangannya paling tidak seperti yang dijelaskan di atas. Parenrengi et al. 2010 menyatakan bahwa pembudidaya rumput laut diharapkan mampu mengevaluasi sendiri kondisi budidaya yang dilakukan dengan pemantauan kondisi secara berkala, dimana inventarisasi dan identifikasi masalah yang tepat merupakan langkah yang harus dilakukan dalam upaya pencarian alternatif pemecahan masalah yang tepat.

5.2.4 Pertumbuhan dan produksi rumput laut