Perumusan Masalah Kebaruan penelitian Potensi Pemanfaatan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil

1.2 Perumusan Masalah

Sejak akhir tahun 2000 produksi rumput laut di Pulau Nain mulai menurun. Permasalahan di atas merupakan gejala sebab akibat atau sebaliknya yang akan berdampak terhadap ekologi, biologi, dan sosial ekonomi. Penelusuran faktor-faktor penyebab terjadinya kondisi ini perlu dilakukan, maka untuk mengetahui dan tidak hanya sekedar menduga-duga akan dampak dari pemakaian bibit, seberapa besar degradasi lingkungan yang mempengaruhi produktivitas rumput laut, serta bagaimana pengelolaannya yang baik maka penelitian ini akan menganalisis hal-hal tersebut. Penelusuran lewat wawancara dilakukan agar lebih akurat dalam deskripsinya. Upaya ini diharapkan dapat mempelajari kondisi di masa lampau, kemudian membuat suatu perencanaan yang efektif sehingga dapat memprediksi hasil yang efisien di masa mendatang.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Merumuskan pengelolaan budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii berdasarkan potensi ekologi, biologi dan sosial ekonomi di Gugus Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara.

1.3.2 Manfaat penelitian

1.4 Kebaruan penelitian

Ilmu pengetahuan tentang proses evaluasi secara menyeluruh aspek ekologi, biologi dan sosial ekonomi budidaya rumput laut sebagai bahan saran kebijakan pengembangan budidaya rumput laut di Pulau Nain. Manfaat dari penelitian ini sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Minahasa Utara dan pemerintah di Wilayah Minahasa secara keseluruhan serta pengusaha dan perbankan untuk pengelolaan budidaya rumput laut, khususnya jenis Kappaphycus alvarezii. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Pemanfaatan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil

Hal terpenting dalam penentuan kebijakan yang berkaitan dengan peluang investasi Pulau-pulau kecil P2K di Indonesia adalah pengetahuan akan keragaan nilai ekonomi dari P2K itu sendiri. Ini berguna untuk menentukan langkah lanjut pengelolaannya. Setiap pulau mempunyai keragaan ekonomi yang berbeda-beda, bergantung pada kondisi sumberdaya yang ada serta kondisi bio-geo-fisiknya Fauzi dan Anna, 2005. Selanjutnya dinyatakan bahwa P2K menghasilkan barang sumberdaya alam yang dapat dikonsumsi, baik langsung maupun tidak langsung, dan juga menghasilkan jasa-jasa yang manfaatnya sering lebih terasa dalam jangka panjang. Sumberdaya alam yang ada di P2K, selain menghasilkan nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan langsung, juga memilikki nilai non-ekonomi yang memberikan manfaat terhadap keberlanjutan P2K tersebut. Manfaat-manfaat ini disebut sebagai manfaat fungsi ekologis. Potensi pemanfaatan P2K dapat dilihat dari berbagai sisi, antara lain ekonomi, sosial, ekologi, keamanan, dan navigasi. Selama ini potensi pemanfaatan belum dikelola secara optimal, mengingat ada berbagai kendala yang dihadapi. Kebijakan menyangkut pemanfaatan P2K pada dasarnya haruslah berbasiskan kondisi karakteristik biogeofisik serta sosial-ekonomi masyarakatnya, mengingat peran dan fungsi kawasan tersebut sangat penting, baik bagi kehidupan ekosistem sekitar maupun kehidupan ekosistem di daratan. Selanjutnya dinyatakan bahwa jika saja P2K ini berhasil dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, bukan saja akan menjadi pertumbuhan baru yang signifikan, tetapi juga sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah dan kelompok sosial. Wilayah pesisir P2K menyediakan sumberdaya alam yang produktif dari dua sistem lingkungan, yakni: ekosistem alamiah: terumbu karang, mangrove, padang lamun, pantai berpasir, pantai berbatu, estuaria yang semuanya bersifat alamiah, dan ekosistem buatan: kawasan pariwisata, rekreasi, konservasi, budidaya dan permukiman. Produktivitas primer yang tinggi di ekosistem pesisir P2K oleh biota air dijadikan sebagai tempat pemijahan spawning ground, pengasuhan nursery ground dan sebagai tempat makanan bagi kebanyakan ikan feeding ground. Fauzi 2003 menyatakan bahwa pulau-pulau kecil merupakan aset sumberdaya alam Indonesia yang jika dikelola secara baik dan berkelanjutan akan memberikan manfaat ekonomi yang tinggi baik bagi penduduk pulau-pulau kecil maupun kesejahteraan bangsa secara keseluruhan. Selain memiliki budaya yang unik, pulau-pulau kecil juga kaya akan keanekaragaman hayati baik keanekaragaman hayati kelautan maupun terestial. Keanekaragaman hayati tersebut selain memberikan arus barang dan jasa yang bernilai tinggi, juga memberikan manfaat non-konsumtif yang tak ternilai harganya. Selanjutnya, Fauzi 2003 menyatakan bahwa pulau-pulau kecil sebagai suatu entitas memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang menghasilkan barang dan jasa baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak langsung. Sumberdaya alam ekstraktif dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi baik subsistem maupun komersial. Demikian juga sumberdaya energi bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan proses produksi lainnya yang memberikan nilai ekonomi yang tinggi pada mata rantai kegiatan ekonomi berikutnya. Selain itu, sumberdaya pulau-pulau kecil juga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan non-ekstraktif seperti wisata yang juga memberikan manfaat ekonomi yang tinggi. Pemanfaatan sumberdaya P2K mempunyai beberapa faktor kendala, yakni: 1 Faktor lingkungan, yaitu: perubahan iklim, naiknya permukaan air, bencana alam, dan pencemaran, 2 Faktor sosial masyarakat, antara lain: pertumbuhan penduduk, tingkat pendidikan, kesehatan, dan budaya, 3 Faktor ekonomi masyarakat: ketergantungan dengan daratan, tingkat pendapatan sangat rendah, terbatasnya diversifikasi usaha, terisolasi, ketergantungan terhadap sumberdaya alam, dan kurangnya ketrampilan. Fauzi 2003 menyatakan bahwa salah satu hal penting dalam pengelolaan potensi sumberdaya pulau-pulau kecil adalah menyangkut penilaian terhadap nilai ekonomi sumberdaya yang ada. Menurut Wantasen 2007, dengan semua keterbatasan yang ada pada P2K maka sangat penting dalam pengelolaannya dibuat berdasarkan penzonasian berbasis daya dukung. Dalam penzonasian ada kriteria-kriteria yang harus diperhatikan yang saling terkait satu dan yang lainnya sehingga pengelolaannya dapat terpadu. Tiga kriteria zonasi P2K adalah: 1 Kriteria ekologi meliputi: keanekaragaman hayati didasarkan pada keragaman atau kekayaan ekosistem, habitat, komunitas dan jenis biota; Kealamian didasarkan pada tingkat degradasi; Ketergantungan didasarkan pada tingkat ketergantungan spesies pada lokasi atau tingkat dimana ekosistem bergantung pada proses-proses ekologi yang berlangsung dilokasi; Keunikan didasarkan pada keberadaan suatu spesies endemik atau yang hampir punah; Integritas didasarkan pada tingkat dimana lokasi merupakan suatu unit fungsional dari entitas ekologis; Produktivitas didasarkan pada tingkat dimana proses-proses produktif di lokasi memberikan manfaat atau keuntungan bagi biota atau manusia; Kerentanan didasarkan pada kepekaan lokasi terhadap degradasi oleh pengaruh alam maupun akibat aktivitas manusia. 2 Kriteria ekonomi, meliputi: spesies penting didasarkan pada tingkat dimana spesies penting komersial tergantung pada lokasi; Kepentingan perikanan didasarkan pada jumlah nelayan yang tergantung pada lokasi dan ukuran hasil perikanan; Bentuk ancaman didasarkan pada luasnya perubahan pola pemanfaatan yang mengancam keseluruhan nilai lokasi bagi manusia; Manfaat ekonomi didasarkan pada tingkat dimana perlindungan lokasi akan berpengaruh pada ekonomi lokal dalam jangka panjang; Pariwisata didasarkan pada nilai keberadaan atau potensi lokasi untuk pengembangan pariwisata. 3 Kriteria sosial-budaya, meliputi: penerimaan sosial didasarkan pada tingkat dukungan masyarakat; Kesehatan masyarakat didasarkan pada keberadaan kawasan konservasi dapat membantu mengurangi pencemaran atau penyakit yang berpengaruh pada kesehatan masyarakat; Budaya didasarkan pada nilai sejarah, agama, seni atau nilai budaya lain di lokasi; Estetika didasarkan pada nilai keindahan dari lokasi; Konflik kepentingan didasarkan dimana kawasan konservasi dapat berpengaruh pada aktivitas masyarakat lokal; Keamanan didasarkan pada tingkat bahaya dari lokasi bagi manusia karena adanya arus kuat, ombak besar dan hambatan lainnya; Aksesibilitas didasarkan pada tingkat kemudahan mencapai lokasi; Apresiasi masyarakat didasarkan pada tingkat monitoring, penelitian, pendidikan, atau pelatihan dapat berkontribusi pada pengetahuan aspirasi nilai-nilai lingkungan dan tujuan konservasi. Pemanfaatan pulau-pulau kecil secara optimal dan lestari terwujud apabila memenuhi tiga persyaratan ekologis Bengen 2002, yaitu: 1 Keharmonisan spasial, 2 Kapasitas asimilasi dan daya dukung lingkungan, 3 Pemanfaatan potensi sesuai daya dukungnya. Fauzi 2005 menyatakan sumberdaya P2K dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas ekonomi, misalnya pariwisata, perikanan tangkap, perikanan budidaya dan lain-lain, secara bersamaan atau bergantian, sesuai kondisi alamnya. Selanjutnya Dahuri 1999 menyatakan pelaksanaan pengelolaan dan pembangunan kawasan pulau-pulau kecil yang diarahkan pada kesejahteraan masyarakat merupakan suatu proses yang akan membawa suatu perubahan pada sumberdaya alam. Perubahan-perubahan tersebut akan membawa pengaruh pada lingkungan hidup. Semakin tinggi intensitas pengelolaan dan pembangunan yang dilaksanakan semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan sumberdaya dan perubahan-perubahan lingkungan yang akan terjadi di kawasan pulau-pulau kecil tersebut. Oleh karena itu diperlukan strategi dan kebijakan dalam pengelolaannya. Fauzi 2005 menyatakan bahwa pemanfaatan P2K yang multiple use selain memiliki nilai positif yang berkaitan dengan ketersediaan variasi alternatif aktivitas yang dapat dilakukan masyarakat dan juga tujuan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan, pada dasarnya juga menyimpan permasalahan yang cukup pelik dan menimbulkan konflik cukup serius, mengingat keterbatasan P2K. Selain fungsi ekologis, pulau-pulau kecil mempunyai manfaat ekonomi bagi manusia, antara lain menyediakan jasa-jasa lingkungan alam berupa pemanfaatan lingkungan alam yang indah dan nyaman dalam bentuk kegiatan pariwisata laut, kegiatan budidaya ikan, udang, rumput laut yang dapat bermanfaat bagi peningkatan pendapatan atau mata pencaharian penduduk setempat, serta potensi sumberdaya hayati yang memiliki keanekaragaman yang tinggi dan bernilai ekonomis, seperti berbagai jenis ikan, udang, kerang yang kesemuanya dapat dimanfaatkan bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat Dahuri 1998. Dahuri 1999 menyatakan bahwa kegiatan budidaya laut marikultur adalah salah satu andalan dalam pengembangan pulau-pulau kecil. Budidaya laut cukup memberikan hasil yang baik dan dapat diterapkan di sekitar gugusan pulau. Program budidaya mempunyai manfaat ganda yaitu: 1 Mengurangi tekanan eksploitasi penangkapan di perairan pulau-pulau kecil, 2 Menjaga kelestarian sumberdaya alam mangrove dan terumbu karang. Pemanfaatan kawasan pesisir P2K sebagai areal budidaya rumput laut harus mempertimbangkan keberlanjutan manfaat karena bersifat milik umum common property dan open acces. Pertimbangan limited entry dalam pemanfaatan kawasan pesisir P2K adalah salah satu konsep pemanfaatan yang bertanggung jawab responsible fisheries agar konsep pengembangannya terintegrasi secara rasional dan berkelanjutan. Undang Undang RI No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan mendefinisikan pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, danatau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, danatau mengawetkannya. Meade 1989 mendefinisikan aquaculture adalah praktek memelihara, menumbuhkan, atau menghasilkan produk dalam air atau dalam sistem air yang dikelola. Pisciculture awalnya adalah istilah di Inggris untuk budidaya ikan. Fish farming adalah istilah yang sering digunakan oleh produsen lele di Amerika. Mariculture adalah aquaculture di lingkungan laut. Marikultur di perairan pulau-pulau kecil selain sebagai pemasok penting bagi produksi perikanan, juga mempunyai peran yang strategis. Peran strategisnya yakni pengendalian tangkap lebih, penggerak ekonomi pesisir pulau-pulau kecil, mengalihkan penangkapan ikan yang destruktif, penyediaan lapangan usaha baru, penyerapan tenaga kerja, pengentasan kemiskinan, serta dapat meningkatkan devisa. Berbagai organisme laut sudah dapat dibudidaya, organisme yang dibudidaya disebut kultivan. Kultivan yang telah berhasil dibudidayakan secara massal dan dapat diusahakan secara komersial meningkat statusnya menjadi komoditas Nurdjana 2001. Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan salah satu komoditas marikultur untuk mencapai target Indonesia sebagai produsen perikanan terbesar di dunia adalah rumput laut.

2.2 Status Budidaya Rumput Laut