Daya Dukung Lingkungan Analisis ekologi, biologi dan sosial ekonomi untuk dasar kebijakan pengelolaan budidaya rumput laut (kasus budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii di Pulau Nain)

Pemilihan lahan yang tidak sesuai akan berdampak pada berbagai dimensi yang saling terkait, yakni: dari dimensi ekonomi akan menyebabkan bertambahnya kebutuhan modal dan tingginya biaya operasional; dari dimensi ekologi, kualitas dan produktivitas rumput laut yang dihasilkan rendah dan kemungkinan akan terjadi degradasi lingkungan; dari dimensi kelembagaan, tersedianya lembaga yang membantu petani rumput laut dalam hal permodalan, pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, dan informasi pasar, akan berdampak terhadap pemanfaatan dan pengelolaan rumput laut yang berkelanjutan.

2.6 Daya Dukung Lingkungan

Anna 2003 menyatakan beberapa akibat dari kondisi pencemaran yang berpengaruh terhadap kegiatan perikanan adalah: 1 Terjadinya penurunan kandungan oksigen dalam perairan akan menyebabkan terjadinya pembatasan habitat ikan, khususnya ikan dasar dekat pantai, 2 Penyuburan perairan eutrofikasi yang menyebabkan pertumbuhan alga tidak terkendali blooming algae , diantaranya pada peristiwa red tide yang menimbulkan keracunan pada ikan, namun bila produktifitas primer meningkat, stok ikan akan meningkat, 3 Kehadiran zat kimia beracun akan mematikan ikan-ikan yang ada di pesisir, 4 Terakumulasinya limbah beracun Hg akan menyebabkan kematian ikan. Kondisi-kondisi ini akan menyebabkan potensi sumberdaya perikanan semakin menurun, sehingga rente ekonomi sumberdaya perikanan yang dihasilkanpun akan menurun pula. Fauzi 2010 menjelaskan tentang rente ekonomi pada dasarnya adalah surplus, yakni perbedaan antara harga yang diperoleh dari pengunaan sumberdaya dengan biaya per unit input yang digunakan untuk menjadikan sumberdaya tersebut menjadi suatu komoditas. Perbedaan utama yang dapat dianalisis adalah karakteristik dari lingkungan penerima limbah, kualitas dari limbah yang dibuang dan juga waktu dari pembuangan limbah itu dilakukan. Limbah yang dapat dinetralkan dapat dikategorikan sebagai gangguan biasa sedangkan yang merusak lingkungan dikatakan sebagai pencemar. Kemampuan dalam menerima limbah tanpa merusak ekosistem tersebut disebut sebagai kapasitas asimilasi. Nemerow 1991 in Mezuan 2007 bahwa kapasitas asimilasi adalah kemampuan air atau sumber air dalam menerima pencemaran limbah tanpa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai peruntukannya. Jadi, kapasitas asimilasi merupakan kemampuan dari suatu lingkungan ataupun ekosistem dalam menerima limbah ataupun bahan pencemar tanpa menyebabkan gangguan ataupun kerusakan bagi lingkungan ataupun ekosistem tersebut. Fauzi 2003 menyatakan bahwa kapasitas penyerapan absorptive capacity disebut juga kapasitas asimilasi assimilative capacity adalah kemampuan sumberdaya alam dapat pulih misalnya air, udara untuk menyerap limbah akibat aktivitas manusia. Kapasitas ini bervariasi akibat faktor eksternal seperti cuaca dan intervensi manusia. Selanjutnya, Dahuri 2004 menyatakan daya dukung suatu wilayah ditentukan oleh: kondisi biogeofisik wilayah dan permintaan manusia, sumberdaya alam, dan jasa lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, daya dukung wilayah pesisir dapat ditentukandiperkirakan assessed dengan cara menganalisis : 1 Variabel kondisi biogeofisik yang menyusun kemampuan wilayah pesisir dalam memproduksi menyediakan sumberdaya alam dan jasa lingkungan; 2 Variabel sosial-ekonomi- budaya yang menentukan kebutuhan manusia yang tinggal di wilayah pesisir tersebut atau yang tinggal di luar wilayah pesisir, tetapi berpengaruh terhadap perubahan sumberdaya alam dan jasa lingkungan di wilayah tersebut. Rajab 2005 menjelaskan untuk perhitungan kapasitas asimilasi sangat tergantung pada lingkungan studi yang bersifat sangat spesifik, sehingga untuk perhitungan antara suatu lingkungan dengan lingkungan yang lain akan berbeda. Metode untuk menghitung kapasitas asimilasi adalah membandingkan antara kualitas air dengan jumlah beban pencemar limbah. Kapasitas asimilasi ditentukan dengan memplotkan pada grafik nilai-nilai kualitas perairan pada kurun waktu tertentu dengan beban limbah, kemudian dibandingkan dengan baku mutu air yang untuk masing-masing biota laut komoditas. Nilai kapasitas asimilasi adalah hasil perpotongan dari hasil perbandingan antara beban pencemar dengan baku mutu air laut biota laut tersebut. Daya dukung pulau kecil adalah kemampuan menyerap bahan, energi maupun komponen lainnya yang dibangun dan dibuang di pulau dan perairan sekitar pulau tersebut. Pengertian daya dukung pulau kecil dapat juga dipahami sebagai kemampuan kawasan tersebut dalam menyediakan ruang untuk berbagai kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung. Daya dukung lingkungan P2K ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: 1 Potensi lestari pulau dalam menyediakan sumber daya alam khususnya sumber daya perikanan laut, 2 Ketersediaan ruang untuk kegiatan pembangunan dan kesesuaian lahan serta perairan pantai untuk kegiatan pertambakan, budidaya laut, pertanian, perkebunan dan pariwisata, 3 Kemampuan ekosistem pulau untuk menyerap limbah, sebagai hasil samping kegiatan pembangunan, secara aman, 4 Dalam batas-batas tertentu, daya dukung lingkungan dapat ditingkatkan melalui intervensi teknologi, seperti pemupukan tanah dan desalinasi air laut DKP 2005. Daya dukung untuk bidang perikanan, menurut Kenchington dan Hudson 1984 adalah sebagai kuantitas maksimum ikan yang dapat didukung oleh suatu badan air selama jangka waktu panjang. Selanjutnya, Turner 1988 menjelaskan bahwa daya dukung lingkungan merupakan populasi organisme akuatik yang akan ditunjang oleh suatu areal atau volume perairan yang ditentukan tanpa mengalami penurunan mutu. Rachmansyah 2004 mendefinisikan daya dukung adalah batasan untuk banyaknya organisme hidup dalam jumlah atau massa yang dapat didukung oleh suatu habitat. Penelitian ini dilakukan di Pulau Nain. Sebagaimana diketahui Pulau Nain merupakan bagian dari zonasi TNL Bunaken. Daya dukung lingkungan dalam upaya pengembangan areal budidaya laut, khususnya komoditas rumput laut perlu diuraikan suatu gambaran terhadap batasan yang dimiliki lingkungan perairan Pulau Nain sebelum merumuskan usulan pengembangan budidaya rumput laut. Hal ini untuk menghindari eksploitasi berlebihan dan pencemaran ekosistem pesisir yang didasarkan pada daya dukung lingkungan perairan pesisir Pulau Nain. Dalam penelitian ini daya dukung didefinisikan sebagai kapasitas suatu lingkungan perairan untuk mendukung sejumlah biomassa rumput laut untuk dapat bertumbuh secara optimal berkelanjutan dalam suatu lingkungan perairan yang akan ditetapkan dengan memenuhi persyaratan bioteknis bagi kegiatan budidaya rumput laut. Gejala yang diperlihatkan pada rumput laut yang terserang penyakit, antara lain: pertumbuhan yang lambat, terjadinya perubahan warna thallus menjadi pucat atau warna tidak cerah, dan sebagian atau seluruh thallus pada beberapa cabang menjadi putih dan membusuk. Penyakit tersebut terutama disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti arus, suhu dan kecerahan. Kecerahan air yang sangat tinggi dan rendahnya kelarutan unsur hara nitrat dalam perairan juga merupakan penyebab munculnya penyakit tersebut.

2.7 Kapasitas Perikanan Budidaya Laut