Kelayakan usaha budidaya rumput laut

c. Kelayakan usaha budidaya rumput laut

Mulai pertengahan tahun 2008 kegiatan budidaya rumput laut di Pulau Nain kembali diusahakan secara besar-besaran oleh para pembudidaya. Dari hasil pengamatan dan wawancara, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, yakni: 1 Banyaknya bantuan modal berupa uang, bahan, dan alat budidaya yang disalurkan oleh pihak perbankan, pengusaha, dan proyek-proyek pemerintah. 2 Makin tidak menentunya hasil tangkapan ikan, diikuti makin jauh daerah penangkapan, cuaca yang tidak dapat diprediksi lagi, kenaikan BBM, dan kekurangan modal untuk pengadaan atau perbaikan alat tangkap. 3 Test plot penelitian ini dianggap masyarakat dan pihak terkait sebagai kebun percontohan yang selama setahun menunjukkan pertumbuhan yang baik. 4 Harga jual rumput laut semakin membaik, untuk K. alvarezii berkisar antara Rp. 7.500 –Rp. 12.500kg. Dibandingkan dengan harga K. alvarezii di tahun 2007 berkisar Rp. 4.500 –Rp. 6.000kg. Sejauh mana kegiatan budidaya rumput laut yang dilakukan oleh masyarakat ini menguntungkan sehingga layak digiatkan secara ekonomi, dilakukan dengan menggunakan analisis kelayakan kegiatan budidaya rumput laut. Analisis kelayakan kegiatan budidaya rumput laut harus didukung oleh data- data yang memadai seperti data pengeluaran untuk berbagai sarana produksi, upah, biaya pemeliharaan dan ongkos yang lainnya dan data-data pemasukan. Analisis yang digunakan meliputi analisis net present value NPV dan benefit cost ratio BC Ratio. Asumsi dan parameter yang digunakan merupakan satuan dasar perhitungan untuk menentukan investasi, biaya, kebutuhan dana dan analisis kelayakan usaha, dimana nilai ekonomi dalam pembahasan ini seluruhnya adalah nilai nominal. Berikut ini disajikan asumsi teknis dan keuangan:  Proyek budidaya rumput laut 7 unit wadah 20 x 60 m 2 setiap hektar. Tali ris panjang 60 m diikat dengan jarak 1 meter, jadi terdapat 20 tali dengan masing- masing panjang 60 m.  Setiap titik pengikatan bibit berjarak 30 cm, sehingga terdapat 200 ikat per tali ris, maka untuk 20 tali ris terdapat 4.000 ikat bibit per wadah.  4.000 ikat bibit x 7 wadah = 28.000 ikat bibithektar.  Berat awal bibit 100 g x 28.000 ikat bibit = 2.800 kg bibitha.  Dari hasil uji pertumbuhan K. alvarezii didapat nilai rata-rata 1.589 gbibit.  1.589 g x 28.000 bibit = 44.492 kg basahha = 4.449,2 kg keringha  Harga jual di tingkat petani Rp. 12.000kg = Rp. 53.390.400hapanen.  Skim kredit yang digunakan adalah kredit bank, dalam analisis ini dipergunakan hitungan dengan tingkat bunga sebesar 12 per tahun. Ratio rumput laut basah cottonii 10 : 1 rumput laut kering untuk kadar air standar rumput laut kering 35 . Satu kilogram kering dari rumput laut basah banyak dipengaruhi oleh : a umur panen rumput laut, b cara panen rumput laut, c jenis rumput laut. Bila rumput laut di panen pada saat umur 45 hari kemudian dijemur dengan cara digantung maka perbandingannya adalah 6 –7 kg rumput laut basah menjadi 1 kg kering kadar air 35. Namun jika rumput laut dengan umur 45 hari dijemur dengan cara dijemur di atas para-para, maka jumlah rumput laut basah yang dibutuhkan adalah 8 –10 kg untuk menjadi 1 kg rumput laut kering kadar air 35. Jika rumput laut pada saat dijemur kena air hujan atau tersiram air tawar maka membutuhkan jumlah rumput laut basah yang lebih banyak, bisa mencapai 9 –11 kg menjadi 1 kg kering Tim Jasuda, 2010. Asumsi-asumsi dan perhitungan pada Tabel 19. Asumsi ini disusun untuk analisis selama satu tahun budidaya 6 kali panen. Harga dan jumlah unit barang dianggap cukup mewakili keadaan yang lazim dan moderat. Tabel 19 Asumsi teknis dan parameter keuangan usaha rumput laut per hektar No Uraian Satuan Nilai per unit 1. Masa investasi tahun 2 2. Luas areal usaha hektar 1 3. Jumlah tali ris buah 140 4. Jarak antar tali ris meter 1 5. Jarak antar titik ikat bibit cm 30 6. Jumlah titik bibit titikha 28.000 7. Berat awal bibit gram 100 8. Kebutuhan bibit tonhektar 2,8 9. Pemanenan kali panen 6 10. Rendeman ratio 10:1 11. Bunga kredit 12 12. Harga jual oleh pembudidaya Rp,000kg 12 13. Produksi BBhapanen kg 44.492 14. Produksi BKhapanen kg 4.449,2 15. Nilai jualhapanen Rp,000 53.390.400 16. Harga jual 6 kali panentahun Rp,000 320.342.400 Dana usaha yang dibutuhkan dalam budidaya rumput laut terbagi atas: investasi infrastruktur, biaya operasional yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan bibit, serta cadangan kontingensi. Biaya bibit masing-masing jenis hanya untuk siklus tanam pertama. Modal pinjaman adalah kredit modal kerja. Kreditor dianggap telah memiliki modal senilai alat-alat perikanan dan perlengkapan lain yang telah mereka miliki. Kebutuhan modal kerja dan investasi dapat dilihat pada lampiran 6, atau pada Tabel 20. Dasar perhitungan adalah per 1 tahun usaha untuk investasi 2 tahun. Tabel 20 Kebutuhan pinjaman kredit dan jumlah modal No Uraian Jumlah Rp,000 1. Kebutuhan dana investasi+operasional 57.240 2. Total kebutuhan investasi 19.170 3. Kredit investasi 70 13.419 4. Kebutuhan modal kerja 38.070 5. Kredit modal kerja 70 26.649 6. Total Pinjaman 40.068 7. Modal sendiri 17.172 Dari Lampiran 6 dapat diketahui bahwa kebutuhan dana yang diperlukan untuk budidaya K. alvarezii sejumlah Rp. 57.240.000, dimana investasi Rp. 19.170.000, sedangkan untuk modal kerja dibutuhkan Rp. 38.070.000. Sesuai dengan ketentuan perbankan hanya 70 kredit usaha pertanian yang dapat dibiayai, untuk itu 30 dari total kebutuhan modal harus tersedia modal sendiri. Dari kebutuhan dana sebesar Rp. 57.240.000 maka jumlah yang diajukan kepada bank sebesar 70. Jumlah kredit investasi yang diajukan adalah Rp. 13.419.000 70 x kebutuhan investasi direncanakan jangka waktu pemakaian 24 bulan, dan kredit modal kerja sebesar Rp. 26.649.000 70 x kebutuhan modal kerja. Angsuran pinjaman direncanakan akan dilunasi selama 12 bulan 6 siklus tanam dengan angsuran Rp. 3.559.993 per bulan Tabel 21. Tabel 21 Proyeksi pembayaran bunga dan pinjaman per panen Rupiah Siklus Angsuran Pokok Bunga 126 siklus Pokok s.d. Sisa Pokok I 7.119.987 6.350.220 769.767 9.509.533 70.626.467 II 7.119.987 6.477.859 642.127 22.401.114 57.734.886 III 7.119.987 6.608.064 511.922 35.551.816 44.584.184 IV 7.119.987 6.740.886 379.100 48.966.846 31.169.154 V 7.119.987 6.876.378 243.609 62.651.519 17.484.481 VI 7.119.987 7.014.593 105.393 76.611.254 3.524.746 Hasil dan pendapatan penjualan rumput laut untuk 2 tahun yang masing- masing 6 siklus tanam dengan nilai yang sama setiap siklus. Untuk tahun pertama yang sama dengan tahun kedua seperti pada Tabel 22. Perhitungan rugi-laba dimaksudkan untuk menentukan keuntungan bersih usaha budidaya rumput laut. Dari jumlah ikatan sebanyak 40.000 dibutuhkan bibit 4 ton untuk areal 1 hektar. Hasil yang diperoleh adalah 4.449,2 kghektar rumput laut kering. Harga jual Rp. 12.000kg, sehingga diperoleh hasil penjualan sebesar Rp. 53.390.400hapanen. Pada Lampiran 7 dapat dilihat bahwa usaha budidaya rumput laut K. alvarezii akan memberikan keuntungan mulai dari siklus tanam IV, dan terus meningkat sampai akhir tahun kedua umur proyek. Proyek selanjutnya, tidak ada lagi pinjaman, malahan keuntungan dapat digunakan untuk pengembangan usaha. Hasil penerimaan ini dibandingkan dengan biaya maka nilai NPV sebesar Rp. 102.074.976 dan BC ratio 1,272 Lampiran 8 dan payback period adalah 1 tahun 3 bulan 8 hari dengan demikian usaha ini layak. Tabel 22 Perhitungan hasil dan penjualan rumput laut kering per panen Produksi Siklus tanam I II III IV V VI Jumlah ikatan rumpun 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 Berat per ikat kg 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 Jumlah wadah buah 7 7 7 7 7 7 Jumlah bibit kg 2.800 2.800 2.800 2.800 2.800 2.800 Kelipatan panen 6 6 6 6 6 6 Hasil budidaya kg 44.492 44.492 44.492 44.492 44.492 44.492 Hasil produksi kering kg 4.449,2 4.449,2 4.449,2 4.449,2 4.449,2 4.449,2 Harga Rp. x 1000 12 12 12 12 12 12 Hasil penjualan Rp. x 1000 53.390,4 53.390,4 53.390,4 53.390,4 53.390,4 53.390,4 Analisis sensitivitas dimaksudkan untuk menilai bagaimana kinerja usaha apabila terjadi keadaan sebagai berikut : Skenario 1 : Terjadi penurunan pendapatan. Pendapatan mengalami penurunan, sedangkan biaya investasi dan biaya operasional tetap. Penurunan pendapatan dapat terjadi karena harga rumput laut kering mengalami penurunan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada saat harga jual rumput laut kering turun sebesar Rp. 10.000kg dengan suku bunga 12 per tahun diperoleh NPV Rp. 22.523.280 dan Net BC ratio 1,106 Lampiran 9, usaha masih layak dilaksanakan. Skenario 2 : Terjadi kenaikan biaya produksioperasional. Kenaikan biaya produksi dapat terjadi apabila harga input meningkat. Biaya produksi hampir 90 digunakan untuk pembelian bibit dan upah tenaga kerja. Walaupun pembelian bibit hanya dilakukan pada awal budidaya tetapi naiknya biaya produksi lebih sensitif ditentukan oleh naiknya harga bibit, sedangkan upah tenaga kerja masih bisa diprediksi. Hasil perhitungan bahwa kenaikan 25 biaya produksi, proyek masih layak dikembangkan, dimana NPV positif sebesar Rp. 16.988.526 dengan BC ratio 1,04 Lampiran 10. Skenario 3 : Terjadi kenaikan suku bunga. Apabila terjadi kenaikan dua kali dari suku bunga sekarang yang 12 menjadi 24, proyek masih layak dikembangkan, dimana NPV positif sebesar Rp. 99.509.004 dengan BC ratio 1,27 Lampiran 11. Bahkan apabila suku bunga naik 36, proyek masih bisa berlanjut karena NPV masih positif sebesar Rp. 83.577.348 dengan BC ratio 1,258 Lampiran 11.

5.3 Efisiensi Pengelolaan Budidaya Rumput Laut