7
Pulau Jawa. Pada penelitian tersebut, Sitophilus zeamais M. lebih banyak ditemukan pada beras 40 ekor dibandingkan dengan Sitophilus oryzae 5 ekor. Sitophilus zeamais M. merupakan
serangga yang sangat berbahaya, karena banyaknya produk pertanian yang diserang dan luasnya serangan kosmopolitan. Biji-bijian seperti jagung, sorgum, beras, gandum dan produk serealia
merupakan tempat yang menjadi sasarannya untuk berkembang biak Winarno 2006. Serangga Sitophilus zeamais M. mengalami metamorfosis sempurna holometabola, yaitu
mulai telur, larva, pupa, imago serangga dewasa. Telurnya berbentuk lonjong dengan satu kutub yang lebih sempit. Telur berwarna bening, agak mengkilap, lunak dan panjangnya 0,7 mm dengan
lebar 0,3 mm. Tahapan selanjutnya yaitu larva. Larva dapat berkembang dengan memakan bagian dalam biji. Stadium larva merupakan stadium yang merusak. Larva dewasa berbentuk gemuk dan
padat, tidak berkaki, berwarna putih dan panjangnya sekitar 4 mm. Lama stadium larva adalah sekitar 18 hari. Larva kemudian berubah menjadi pupa. Pupa berkembang di dalam biji, di tempat
kosong bekas dimakan larva. Pupa berwarna putih dan panjangnya 3 sampai 4 mm. Lama stadium pupa adalah 3 sampai 9 hari dengan rata-rata 6 hari Winarno 2006.
Umumnya serangga betina mampu menghasilkan 300 – 400 butir telur selama masa
hidupnya dengan masa peneluran kurang lebih 3 minggu. Serangga dewasa ke luar dari biji dengan membuat lubang pada lapisan luar biji. Lubang keluarnya membulat tetapi tepinya tidak merata.
Serangga dewasa mampu hidup sampai dengan 5 bulan dan memiliki kemampuan untuk terbang
Sunjaya dan Widayanti 2009.
2.5. BAHAN NABATI MINDI Melia azedarach L
Tanaman mindi termasuk dalam famili Meliaceae, berbentuk pohon yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Batang tanaman ini berkayu dan berbentuk bulat. Daun mindi tersusun sebagai
daun majemuk, anak daun berbentuk elips, panjang 3-9 cm, lebar 15-30 mm, tepi daun bergerigi, ujung dan pangkal daunnya runcing serta berwarna hijau Gambar 2.
Gambar 2. Daun Mindi Melia azedarach L. Bunga tanaman ini adalah bunga majemuk berbentuk malai yang terdapat di ketiak daun,
berambut panjang ± 20 cm, benang sari bergigi sepuluh, kepala sari merunduk, mahkotanya berjumlah lima, panjang ± 1 cm dan berwarna coklat kekuningan. Biji mindi berbentuk bulat telur,
beralur dan berwarna putih Listyanto 2010. Sifat tumbuhan ini diantaranya selalu hijau di daerah tropis basah tetapi menggugurkan daunnya selama musim dingin di daerah beriklim sedang
temperate, suka cahaya, agak tahan kekeringan, agak toleran terhadap salinitas tanah dan suhu di
8
bawah titik beku serta tahan terhadap kondisi dekat pantai, tetapi tumbuhan ini sensitif terhadap api Departemen Kehutanan 2001. Tumbuh pada daerah dataran rendah hingga dataran tinggi,
pada ketinggian 0 – 1200 mdpl, dapat tumbuh pada suhu minimum -5
C suhu maksimum 39 C
dengan curah hujan rata-rata pertahun 600 – 2000 mm. Pohon mindi memiliki persebaran alami di
India dan Burma, kemudian banyak ditanam di daerah tropis dan sub tropis termasuk Indonesia. Untuk Indonesia sudah banyak ditanam di daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Irian Jaya
Listyanto 2010. Penggunaan kayunya untuk mebel, parket, kayu lapis indah dan venir lamina indah. Produk
berupa mebel, parket dan kayu lapis indah sudah diekspor Departemen Kehutanan 2001. Daun dan biji mindi dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Beberapa bahan kimia yang
terkandung dalam kulit batang dan kulit akar mindi diantaranya toosendanin, margoside, kaemferol, resin, tanin, n-
triacontane, β-sitosterol, triterpen kulinone dan lain-lain Hariana 2007. Tanaman mindi berguna sebagai bahan pestisida dan dikenal juga sebagai tanaman obat. Kulit
batang mindi dan kulit akarnya dapat digunakan sebagai obat cacingan, scabies gatal-gatal pada kulit, dan kudis Hariana 2007.
2.6. FORMULASI INSEKTISIDA