5
baik pada manusia juga lingkungan dan hampir tidak menimbulkan residu serta untuk mencegah pemakaian yang tidak sesuai yang dapat menimbulkan kematian pengguna insektisida sintetik.
2.3. INSEKTISIDA NABATI
Insektisida nabati dapat diartikan sebagai suatu insektisida dengan bahan aktif tunggal single active ingredient atau majemuk multiple active ingredient yang berasal dari tumbuhan
Kardinan 2011. Bunga, daun, atau akar dihancurkan dan kemudian langsung digunakan sebagai insektisida atau bahan aktifnya diekstraksi terlebih dahulu kemudian baru digunakan. Oleh karena
terbuat dari bahan alami, insektisida nabati mudah terurai di alam sehingga tidak dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya residu. Peluang pengembangan insektisida nabati di Indonesia cukup
menguntungkan karena telah ada undang-undang yang mendukung pemanfaatan insektisida nabati, yaitu Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang
menekankan pemanfaatan faktor pengendalian organime pengganggu tanaman yang ramah lingkungan. Penggunaan insektisida nabati juga memiliki keunggulan ditinjau dari daya saing,
karena bahan bakunya tersedia secara lokal dan untuk skala industri menengah tidak memerlukan teknologi yang canggih. Selain itu, pestisida nabati tidak hanya dibutuhkan dalam bidang
pertanian, tetapi telah meluas ke rumah tangga, seperti untuk mengendalikan nyamuk. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa pestisida nabati dapat digunakan untuk
mengendalikan hama pemukiman Selvaraj dan Mosses 2011. Menurut Wudianto 2008, ada tiga jenis bahan alami yang dapat digunakan sebagai
insektisida yaitu bahan mineral, bahan nabati dan bahan hewani. Dari ketiga bahan alami tersebut, bahan nabati merupakan cadangan yang paling besar dan bervariasi. Hingga saat ini setidaknya
terdapat lebih dari 2000 jenis tanaman yang dilaporkan mempunyai sifat-sifat insektisidal. Suatu tanaman yang akan dijadikan bahan insektisida harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain : a
mudah dibudidayakan, b tanaman tahunan, c tidak perlu dimusnahkan apabila suatu saat bagian tanamannya diperlukan, d tidak menjadi gulma atau inang bagi organisme pengganggu tanaman,
e mempunyai nilai tambah, f mudah diproses sesuai dengan kemampuan petani. Tanaman yang mengandung komponen aktif seperti alkaloid, terpenoid, kumarin, glikosida dan beberapa sterol
serta minyak atsiri dapat berpotensi sebagai insektisida Dewi 2007. Berbeda dengan insektisida sintetis, insektisida nabati umumnya tidak dapat langsung mematikan serangga yang disemprot.
Akan tetapi insektisida ini berfungsi sebagai : 1 repellent, yaitu senyawa penolak kehadiran serangga dikarenakan baunya yang menyengat dan mencegah serangga meletakkan telur serta
menghentikan proses penetasan telur; 2 antifeedant, yaitu senyawa yang mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot terutama disebabkan rasanya yang pahit; 3 racun syaraf;
dan 4 atractant, yaitu senyawa yang dapat memikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga Wudianto 2008.
2.4. SERANGGA HAMA GUDANG Sitophilus zeamais Motsch.
2.4.1. Sifat-Sifat Umum dan Klasifikasi
Serangga Sitophilus zeamais M. merupakan salah satu hama penting dan dikenal sebagai bubuk beras atau bubuk jagung dan banyak menimbulkan kerusakan pada bahan yang disimpan
Soekarto 1984. Serangga ini sangat mudah dikenal karena moncongnya snout yang khas sehingga dikenal dengan sebutan kumbang moncong. Ukuran panjang tubuh 2,5
– 4,5 mm,
6
bergantung pada tempat serangga tersebut berkembang biak. Bila hidup pada jagung ukurannya lebih besar daripada bila hidup pada beras. Lama perkembangan serangga ini dari telur hingga
dewasa pada kondisi optimum, yakni 27 C dan kelembapan 70, adalah 31-37 hari pada
komoditas jagung Sunjaya dan Widayanti S. 2009. Menurut Borror dan Delong 1964 diacu dalam Soekarto 1984 sistematika hama dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Sitophilus zeamais Filum
: Arthropoda Ordo
: Coleoptera Sub ordo
: Polypoda Kelas
: Rhynoophora Famili
: Curculionidae Genus
: Sitophilus Spesies
: Sitophilus zeamais Sitophilus zeamais adalah serangga penyimpanan yang paling penting dan banyak
menimbulkan kerusakan pada bahan pangan yang disimpan di dunia Haines 1991 diacu dalam Sunjaya dan Widayanti 2009. Menurut Dobie et al., 1984 warna tubuh Sitophilus zeamais
adalah coklat merah sampai coklat gelap. Pada sayap depan elytra terdapat empat bintik berwarna kuning kemerah-merahan di dua belahan sayap dan setiap sayap memiliki dua bintik
Morfologi serangga hama gudang Sitophilus zeamais Mostch., dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Serangga Hama Gudang S. zeamais Sunjaya dan Widayanti 2009 Serangga jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk moncong atau rostrum. Dilihat dari
permukaan dorsal, moncong jantan lebih besar, berbintik-bintik kasar dan kusam. Moncong serangga betina mulus, berbintik
–bintik melebar dan licin. Jika moncong dilihat dari atas, pada jantan lebih pendek dan lebar, pada betina lebih panjang dan sempit. Dilihat dari samping
moncong betina lebih panjang, kecil dan agak melengkung ke bawah Soekarto 1984.
2.4.2. Cara Hidup