Kadar Air Asam Lemak Bebas

27 terkecil yaitu sebesar 6,16 terdapat pada konsentrasi 16 yang berbeda nyata p0,05 dengan konsentrasi yang lain termasuk konsentrasi 0 . Dengan adanya penambahan ekstrak bahan nabati, dapat menurunkan persen kehilangan bobot secara nyata p0,05 yang dibandingkan dengan kontrol.

4.2.4. Persen Fraksi Bubuk Yang Timbul Frass

Frass adalah bubuk hasil sisa-sisa makanan serangga dengan berbagai fraksi lain yang dapat diukur dengan menimbangnya dengan neraca. Bubuk atau tepung yang timbul berada diantara butir-butir beras yang masih utuh dan secara fisik beras menjadi keropos karena serangan serangga. Makin banyak biji berlubang maka makin banyak frass-nya. Persen fraksi bubuk ini merupakan parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui kerusakan beras akibat infestasi dan serangan serangga. Hasil pengamatan terhadap frass dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak daun mindi terhadap persen frass pada media beras yang diinfestasi S. zeamais selama penyimpanan Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata satu sama lain Uji Duncan, p0,05 Berdasarkan analisis ragam dapat diketahui bahwa variasi konsentrasi berpengaruh nyata terhadap persen frass pada taraf 0,05 Lampiran 4b. Hasil uji lanjut Duncan terhadap persen frass pada variasi konsentrasi Lampiran 4c menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mindi yang diberikan maka persen frass yang dihasilkan semakin menurun kecuali untuk data konsentrasi 0 yang memiliki hasil terkecil dan penyebabnya sudah dijelaskan sebelumya pada pembahasan jumlah populasi serangga dewasa. Dengan adanya penambahan ekstrak daun mindi. Apabila dibandingkan dengan kontrol, hasilnya berbeda nyata p0,05 dengan adanya penambahan ekstrak daun mindi.

4.2.5. Kadar Air

Pengukuran kadar air dimaksudkan untuk melihat perubahan setelah infestasi dan akibat perkembangan serangga setelah 5 minggu penyimpanan. Kadar air beras sebelum infestasi sebesar 14,03 . Hasil pengamatan kadar air beras setelah penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 9. Konsentrasi Persen frass Kontrol 7,69 c 1,41 a 4 5,33 b 8 5,02 b 12 4,96 b 16 4,29 b 28 Tabel 9. Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak daun mindi terhadap kadar air pada media beras yang diinfestasi S. zeamais selama penyimpanan Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata satu sama lain Uji Duncan, p0,05 Dari Tabel 9 dapat dilihat kadar air yang terbentuk lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air sebelum penyimpanan 14,03 Lampiran 5a. Berdasarkan analisis ragam dapat diketahui bahwa variasi konsentrasi berpengaruh nyata terhadap kadar air pada taraf 0,05 Lampiran 5c. Hasil uji lanjut Duncan terhadap kadar air pada variasi konsentrasi Lampiran 5d menunjukkan berbeda nyata p0,05 untuk semua sampel. Hal ini dapat terjadi karena serangga dapat mengakibatkan meningkatnya kadar air bahan yang disimpan dan juga dapat meningkatkan suhu secara lokal yang dapat mengakibatkan kerusakan. Meningkatnya kadar air bahan setelah infestasi disebabkan adanya proses respirasi oleh serangga, metabolisme dari biji-bijian yang disimpan, serta migrasi air air dari lingkungan Hall 1970. Suhu dan kadar air bahan adalah dua faktor fisik yang sangat berpengaruh terhadap kerusakan biji-bijian selama penyimpanan Dharmaputra 1994.

4.2.6. Asam Lemak Bebas

Parameter yang dapat digunakan untuk melihat kerusakan beras yaitu asam lemak bebas. Menurut Juliano 1995 lemak di beras akan mengalami penurunan setelah 6 bulan disimpan dan asam lemaknya akan mengami peningkatan. Kadar asam lemak bebas awal pada beras sebesar 1,94 Lampiran 7a. Proses oksidasi dari lemak ini akan menghasilkan senyawa keton dan aldehid yang mengakibatkan kerusakan selama penyimpanan. Hasil pengamatan asam lemak bebas beras setelah penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak daun mindi terhadap asam lemak bebas pada media beras yang diinfestasi S.zeamais selama penyimpanan Konsentrasi Kadar air Kontrol 20,32 f 14,23 a 4 18,92 e 8 18,77 d 12 18,54 c 16 18,20 b Konsentrasi Asam lemak bebas Kontrol 5,51 f 2,41 a 4 4,60 e 8 4,22 d 12 3,77 c 16 3,17 b 29 Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata satu sama lain Uji Duncan, p0,05 Berdasarkan analisis ragam dapat diketahui bahwa variasi konsentrasi berpengaruh nyata terhadap asam lemak bebas pada taraf 0,05 Lampiran 7c. Hasil uji lanjut Duncan terhadap asam lemak bebas pada variasi konsentrasi Lampiran 7d menunjukkan berbeda nyata p0,05 untuk semua sampel. Asam lemak bebas pada sampel beras yang sudah mengalami penyimpanan mengalami peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan kadar asam lemak bebas pada sampel awal 1,94 . Hal ini terjadi karena adanya faktor penyimpanan yang menyebabkan lemak pada beras dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi asam lemak bebas. Lemak dalam beras terdapat pada badan lipid spherosome dan enzim lipase terdapat pada membran badan lipid. Saat beras rusak, membran sel menjadi rusak sehingga enzim lipase bercampur dengan lemak dan merusak lemak tersebut dan menghasilkna asam lemak bebas. Selain itu, air mempunyai pengaruh pada reaksi yang terjadi dan pengaruh ini pada dasarnya membantu terjadinya kontak antara substrat dengan enzim. Faktor-faktor yang dapat menentukan tingginya asam lemak bebas yaitu suhu, pengaruh penambahan air, dan pengaruh lama penyimpanan. Apabila suhu semakin tinggi maka reaksi pembentukan asam lemak bebas menjadi tinggi juga. Untuk lama penyimpanan, asam lemak bebas bisa terbentuk karena adanya mikroba yang tumbuh atau karena hidrolisis dengan bantuan katalis enzim lipase. Enzim lipase aktif pada permukaan interface antara lapisan minyak dan air Murty et al. 2002. Adanya air pada beras tersebut sesuai dengan hasil pengukuran kadar air yang semakin meningkat dibandingkan dengan kontrol. Asam lemak bebas yang diukur pada penelitian ini adalah asam linoleat yang dominan terdapat di beras Lee et al. 1965; Rusydi 2011.

4.3. KORELASI ANTAR PARAMETER KERUSAKAN PADA BERAS

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.) sebagai Bahan Pengawet Alami Untuk Mengendalikan Serangan Fungi Schizophyllum commune pada Kayu Karet (Hevea brasiliensis)

2 47 49

Struktur Anatomi Kayu Mindi (Melia azedarach L.)

13 59 74

Kajian Daya Insektisida Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dan Ekstrak Daun Mindi (Melia azedarach L. ) terhadap Perkembangan Serangga Hama Gudang Sitophilus zeamais Motsch.

0 10 78

Kajian Resistensi Lima Jenis Beras Varietas Lokal Terhadap Serangan Sitophilus zeamais Motsch.

4 15 57

PEMBUATAN PESTISIDA ALAMI, CAMPURAN EKSTRAK DAUN MINDI (Melia azedarach L.) DAN KULIT BUAH JENGKOL Pembuatan Pestisida Alami, Campuran Ekstrak Daun Mindi (Melia azedarach L.) Dan Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium jiringa) Untuk Pengendalian Ulat Biji (

0 1 16

PEMBUATAN PESTISIDA ALAMI, CAMPURAN EKSTRAK DAUN MINDI (Melia azedarach L.) DAN KULIT BUAH JENGKOL Pembuatan Pestisida Alami, Campuran Ekstrak Daun Mindi (Melia azedarach L.) Dan Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium jiringa) Untuk Pengendalian Ulat Biji (

1 2 10

EFEK ANALGETIKA EKSTRAK ETANOL DAUN MINDI ( Efek Analgetika Ekstrak Etanol Daun Mindi(Melia azedarach L.) Hasil Soxhletasi Pada Mencit Putih Jantan.

0 0 16

ISOLASI DAN IDENTIFIKASIFLAVONOID DARI DAUN MINDI ( Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Mindi (Melia azedarach L.).

0 0 14

PENDAHULUAN Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Mindi (Melia azedarach L.).

0 5 28

PENGARUH ZEOLIT PADA PENYIMPANAN JAGUNG VARIETAS KALINGGA DAN GENJAH KRETEK TERHADAP Sitophilus zeamais Motsch

0 0 5