14
2.9.2.2. Etanol 70
Etanol biasa disebut etil alkohol, hidroksietan atau alkohol diproduksi melalui fermentasi gula, karbohidrat dan pati, biasa digunakan sebagai pelarut, antiseptik, obat penenang, industri
parfum dan obat-obatan. Etanol merupakan pelarut organik Lewis 1993 diacu dalam Ferdiansyah 2006. Sifat-sifat etanol dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sifat-sifat etanol Nama lain
: Etanol, hidroksi ethan, metil karbinol, ansol Rumus bangun
: C
2
H
5
OH Sifat
: Mudah menguap berbau khas, tidak beresidu Berat molekul BM
: 46,7 Titik leleh
: - 117, 3 – 112
Titik didih : 78,4
C Berat jenis
: 0,789 gml Kelarutan
: Dalam air, eter, kloroform, dan metil alkohol Sumber : Scheflan dan Morris 1983
Et
anol merupakan senyawa alkohol dengan formula C
2
H
5
OH yang berbentuk cair, tidak berwarna, larut dalam air, eter, kloroform dan aseton. Dihasilkan dari peragian kanji, hidrolisis
bromoetana dengan kalium hidroksida Basri 1996. Adanya gugus hidroksil OH pada alkohol memberikan sifat polar, sedangkan gugus alkil R merupakan gugus non polar. Proporsi dari
kedua gugus tersebut merupakan faktor yang menentukan sifat alkohol Kurniawan 2006. Etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan terlarut. Etanol
70 sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal. Digunakan etanol bukan metanol karena antioksidan yang hendak diekstrak diharapkan dapat diaplikasikan pada produk
makanan, minuman dan obat-obatan sehingga aman untuk dikonsumsi sedangkan metanol bersifat toksik Voight 1994. Etanol biasanya digunakan untuk mengekstraksi senyawa-senyawa aktif
yang bersifat antioksidan dan antibakteri pada suatu bahan. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa pelarut etanol lebih baik dari pada air, metanol maupun pelarut lain dalam mengekstraksi
senyawa antioksidan maupun antibakteri Hirasawa 1999.
2.9.2.3. Etil Asetat
Etil asetatetiletanoatC
2
H
5
OOCCCH
3
adalah suatu zat cair tak berwarna dengan bau buah yang semerbak bertitik didih 77°C dan d = 0,9 gml Arsyad 2001. Viskositas etil asetat 0,46 pada
20
o
C, boiling point 76,5
o
C, dan flash point -3
o
C Scheflan dan Morris 1983. Dalam penelitian gandapura, pelarut yang digunakan adalah metanol, etil asetat dan heksana, ternyata hasil ekstraksi
dari masing-masing pelarut menunjukkan bahwa rendemen ekstrak tertinggi dihasilkan ekstrak metanol yang bersifat polar, diikuti oleh etil asetat dan heksan Hermani 2004.
15
2.9.2.4. Kloroform
Kloroform triklorometana merupakan salah satu senyawa haloform yang mempunyai rumus kimia CHCl
3
; zat cair mudah menguap, sukar terbakar tetapi uapnya mudah terbakar, tidak larut dalam air tetapi larut dalm alkohol dan eter; uapnya bersifat membius dan bila terkena udara dan
cahaya dapat membentuk gas fosgen yang beracun. Kloroform digunakan untuk pembuatan senyawa fluorokarbon, sebagai pelarut cat, dan sebagai anastetik. Kelarutan dalam air pada suhu
25
o
C Ham 2006.
2.9.2.5. Petroleum Eter
Petroleum eter merupakan campuran hidrokarbon berupa cairan jernih, mudah menguap, mudah terbakar. Diperoleh dari pengolahan minyak bumi, dan digunakan sebagai pelarut di
laboratorium Ham 2006. Petroleum eter merupakan campuran hidrokarbon bukan eter sebenarnya yang atsiri dan mudah terbakar, tidak berwarna, terutama terdiri dari pentana dan
heksana. Bahan ini mendidih dalam rentang 30-70
o
C dan digunakan sebagai pelarut. Petrolum eter mempunyai densitas sebesar 0,625 sampai 0,660 gml Daintith 1994.
2.9.2.6. Heksana
Nama lain dari Heksana Hexane adalah kaproil hidrida, metil n-butil metan dengan rumus molekul CH
3
CH
2 4
CH
3
. Heksana mempunyai karakteristik sangat tidak polar, volatil, mempunyai bau khas yang dapat menyebabkan pingsan. Berat molekul heksana adalah 86,2 dengan titik leleh -
94,3 sampai -95,3 °C. Titik ddih heksana pada tekanan 760 mmHg adalah 66 sampai 71°C . Densitas heksana pada suhu 20
o
C sebesar 0,6603 gml Scheflan dan Morris 1983.
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. BAHAN DAN ALAT
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras varietas Cisadane dan daun mindi, serta bahan-bahan kimia seperti air sulingaquades, n-heksana p.a., metanol p.a., metanol
teknis, kloroform p.a., alkyl benzene sulfonat ABS, NaOH 0,1 N, etanol 95, dan phenolftalin. Sampel beras yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras pecah kulit BPK. Sampel
tersebut diperoleh dengan memasukkan gabah ke dalam mesin pemecah kulit rice huller untuk memecah sekam dari gabahnya. Daun mindi sebagai bahan utama penelitian diperoleh dari
BALITRO Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor. Serangga uji yang digunakan adalah Sitophilus zeamais Motschulsky yang diperoleh dari BIOTROP, Bogor.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin pemecah kulit rice huller, gelas plastik, kain blacu, karet gelang, penghancur blender, buret, desikator, timbangan analitik,
oven, ayakan 60 mesh, corong buchner, pompa rotary, rotary evaporator, shaker, sonikator, heater, kertas saring, gelas piala, erlenmeyer, corong gelas, sudip, gelas ukur, dan pipet tetes.
3.2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini meliputi tahap persiapan, penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Tahap persiapan terdiri dari pembiakan serangga S. zeamais, dan pembuatan ekstrak bahan nabati.
Penelitian pendahuluan terdiri dari penentuan volume insektisida nabati yang disemprotkan dan pembuatan konsentrasi formula larutan stok emulsifiable concetrate EC. Penelitian utama terdiri
dari uji retensi formula emulsifiable concentrate EC dan aplikasi pada beras.
3.2.1. Tahap Persiapan
3.2.1.1. Pembiakan Serangga S. zeamais stock culture
Serangga S. zeamais diperoleh dari BIOTROP yang sudah dewasa. Serangga kemudian ditempatkan dalam wadah yang telah diberi jagung fumigasi sebagai makanan dan tempat
berkembang biak. Jagung fumigasi ini dapat diperoleh dengan cara pipilan jagung dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 50
C dalam waktu 1 jam. Tujuan dari pengovenan ini yaitu untuk mematikan serangga yang hidup yang mungkin ada pada media jagung pipil. Jagung ini harus
diganti dengan yang baru setiap dua minggu agar serangga dapat berkembang biak dengan baik. Serangga ini dijadikan sebagai stock culture untuk penelitian tanpa harus meminta lagi dari
BIOTROP.
3.2.1.2. Pembuatan Ekstrak Bahan Nabati
Pada pembuatan ekstrak, daun mindi dikeringkan terlebih dahulu dalam oven pada suhu 60
o
C selama 1 jam. Setelah bahan menjadi kering kemudian diblender untuk menghancurkan bahan nabati tersebut. Bahan nabati yang telah dihancurkan kemudian disaring dengan ayakan 60 mesh.
Proses ekstraksi dimulai dengan mencampur 50 gram bagian tepung bahan nabati dengan 250 ml