23
konsentrasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Dengan menurunnya konsentrasi bahan pengemulsi ini, maka akan menurunkan kestabilan dari emulsi yang terbentuk. Bahan pengemulsi
atau emulsifier ini berfungsi sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan antar muka minyak-air dan membentuk lapisan antar muka yang viscous sehingga mencegah terjadinya
pembentukan emulsi yang tidak sempurna terbentuknya droplet berukuran besar. Terbentuknya droplet-droplet besar dan sifatnya irreversibel adalah sistem emulsi yang tidak dapat terbentuk
kembali menjadi sistem emulsi seperti yang dijelaskan Issacs dan Chow 1992. Gambar dari formulasi EC yang tidak stabil dapat dilihat pada Lampiran 11.
Setelah konsentrasi larutan stok diperoleh, dilanjutkan dengan pembuatan konsentrasi yang akan disemprotkan yaitu 0 , 4 , 8 , 12 , dan 16 . Konsentrasi terendah 4 pada variasi
konsentrasi yang disemprotkan didasarkan pada penelitian tentang kajian insektisida daun mindi yang dilakukan oleh Sonyaratri 2006. Konsentrasi tersebut sangat efektif untuk menghambat
perkembangan serangga pada media oligidik. Variasi konsentrasi seterusnya merupakan kelipatannya agar konsentrasi yang diterapkan seragam. Konsentrasi tersebut diperoleh dari larutan
stok dengan prinsip pengenceran. Volume yang disemprotkan sebanyak 6 ml didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk penampakan dari larutan emulsi dengan
konsentrasi 4 yang siap disemprotkan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Larutan Emulsi Konsentrasi 4
4.2. PENELITIAN UTAMA
Pengamatan yang dilakukan pada media beras setelah disimpan selama 5 minggu meliputi jumlah populasi serangga dewasa Nt, persen biji berlubang BB, persen kehilangan bobot
KB, persen fraksi bubuk yang timbul frass, kadar air serta asam lemak bebas. Pada penelitian ini digunakan kontrol absolut yaitu media beras tanpa penambahan ekstrak, bahan pembawa
ataupun bahan pengemulsi.
4.2.1. Jumlah Total Populasi Serangga Nt
Nilai jumlah total populasi serangga Nt menunjukkan pengaruh penambahan berbagai konsentrasi ekstrak daun mindi dalam EC terhadap tingkat perkembangan S. zeamais, dengan
populasi awal 25 ekor untuk tiap perlakuan. Hasil pengamatan terhadap jumlah total populasi seranga dewasa dapat dilihat pada Tabel 5.
24
5 10
15
2 4
6 8
10
Ju m
la h
S e
ra ngg
a y
a ng
Ma ti
Hari
8 16
Uji Retensi Formulasi EC
Tabel 5. Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak daun mindi terhadap jumlah serangga dewasa S. zeamais pada media beras selama penyimpanan
Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata satu sama lain Uji Duncan, p0,05
Dari Tabel 5 terlihat bahwa adanya variasi konsentrasi berpengaruh nyata pada jumlah populasi serangga dewasa pada taraf 0,05 Lampiran 1b. Hasil uji lanjut Duncan terhadap jumlah
populasi serangga dewasa pada berbagai variasi konsentrasi Lampiran 1c menunjukkan bahwa jumlah populasi terendah yaitu pada konsentrasi 0 dan 16 yang berbeda nyata p0,05
dengan kontrol, konsentrasi 4 , 8 , dan 12 . Namun, jumlah populasi terendah ditunjukkan oleh konsentrasi 0 yang tidak memiliki ekstrak daun mindi. Hasil ini menunjukkan adanya
pengaruh selain dari ekstrak bahan nabati yaitu dari bahan pembawa dan bahan pengemulsi. Pernyataan ini didukung dengan adanya uji retensi yang dilakukan terhadap EC dengan
konsentrasi 0 tanpa ekstrak bahan nabati, 8 , dan 16 seperti yang terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik uji retensi dari emulsifiable concentrate ec dengan konsentrasi 0 , 8 , dan 16 dalam waktu 9 hari.
Pada Gambar 7 terlihat pada konsentrasi 0 setelah disemprotkan dan didiamkan selama satu hari, serangga S. zeamais yang mati adalah
sebanyak 14 dari yang diinfestasikan pada awalnya sebanyak 100 ekor. Pada konsentrasi 8 dan 16 yang diberikan perlakuan ekstrak
daun mindi tidak menyebabkan kematian pada serangga hingga hari terakhir. Hal ini dapat terjadi karena karakteristik dari bahan pengemulsi yang digunakan alkyl benzene sulfonat memiliki sifat
yang mudah terbakar dan beracun Kirk dan Othmer 1981. Adanya campuran bahan pembawa metanol dan bahan pengemulsi alkyl benzene sulfonat dapat memberikan dampak kematian
pada serangga yang baru diinfestasikan dan akibatnya berpengaruh pada menurunnya jumlah Konsentrasi
Jumlah populasi serangga dewasa ekor Kontrol
1799,67
c
341,33
a
4 734,67
b
8 825,33
b
12 734,67
b
16 422,00
a
25
populasi serangga dewasa turunannya F1 dan parameter kerusakan lainnya. Dari percobaan ini terlihat adanya interaksi antara alkyl benzene sulfonat dengan bahan aktif mindi. Sifat mudah
terbakar dan beracun dari senyawa tersebut nampaknya dapat diredam oleh bahan aktif dalam ekstrak mindi. Oleh karena pengaruh yang ingin dilihat pada penelitian ini adalah ekstrak daun
mindi, maka konsentrasi 0 tidak dijadikan sebagai perbandingan dengan konsentrasi lain yang diberikan pengaruh ekstrak daun mindi konsentrasi 4 , 8 , 12 , dan 16 .
Ekstrak nabati yang dicampurkan pada media beras, sebagian besar akan melapisi permukaan beras dan diduga sebagian kecil akan masuk ke dalam bulir beras dan berada pada
lapisan pericarp. Adanya ekstrak nabati di bagian permukaan beras dapat menimbulkan bau atau aroma yang dapat mengusir serangga. Dengan adanya bau ini maka serangga akan meninggalkan
beras dan tidak mau meletakkan telur di dalam butir beras karena serangga tidak bertelur di sembarang tempat, namun hanya tempat-tempat yang nantinya sesuai untuk makanan
keturunannya. Hal ini sesuai dengan data yang ditunjukkan pada Tabel 5 yaitu jumlah populasi serangga yang dihasilkan menurun dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak bahan nabati yang
ditambahkan.
4.2.2. Persen Biji Berlubang BB