Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

xxv mulai dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar atau grosir, pedagang pengecer, dan konsumen akhir. Akan tetapi, sistem tataniaga yang melibatkan banyak lembaga mengakibatkan terdapatnya perbedaan harga yang cukup besar di tingkat petani jamur dengan harga di tingkat pedagang pengecer dimana diantara petani dengan pedagang pengecer tersebut terdapat lembaga-lembaga lain yang terlibat dalam sistem tataniaga. Jika dilihat pada sistem tataniaga jamur, posisi petani jamur sebagai produsen adalah yang paling rendah. Hal ini dikarenakan petani tidak memiliki daya tawar yang kuat karena memiliki keterbatasan terhadap informasi dan akses pasar sehingga petani jamur hanya sebagai price taker. Sementara informasi pasar yang akurat dimiliki oleh pedagang pengumpul sehingga mereka dapat menentukan harga beli jamur di tingkat petani sebagai produsen. Melalui kelebihan tersebut, maka para pedagang pengumpul sebagai salah satu lembaga tataniaga memiliki pengaruh yang besar di Desa Cipendawa dalam tataniaga jamur tiram putih. Selain itu, karena adanya saluran tataniaga, maka terdapat perbedaan harga yang cukup besar di tingkat petani jamur tiram dengan pedagang pengecer. Hal itu terkait adanya penanganan selama proses distribusi jamur mulai dari petani sebagai produsen sampai konsumen akhir. Kondisi tersebut mengakibatkan peran tengkulak menjadi dominan dan memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan petani sehingga petani menjadi pihak yang dirugikan. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana sistem tataniaga jamur tiram putih di Desa Cipendawa? 2. Apakah sistem tataniaga tersebut sudah efisien?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi saluran tataniaga jamur tiram putih yang terdapat di daerah sentra produksi Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. 2. Mempelajari fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terkait. 3. Menganalisis struktur dan perilaku pasar yang terjadi. xxvi 4. Menganalisis marjin tataniaga pada setiap jalur tataniaga jamur tiram putih dari tingkat produsen hingga pengecer. 5. Mengidentifikasi saluran yang paling tepat untuk digunakan dalam proses tataniaga jamur tiram putih di lokasi penelitian.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi petani dan lembaga tataniaga untuk meningkatkan kerjasama dan pendapatannya dalam proses tataniaga jamur tiram putih. 2. Bahan informasi dan kajian ilmiah dalam perencanaan kebijakan sosial ekonomi komoditas jamur tiram putih dalam mencari alternatif pemecahan masalah tataniaga jamur tiram putih, khususnya di wilayah Kabupaten Cianjur. 3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5.Ruang Lingkup Penelitian Desa Cipendawa sebagai salah satu daerah penghasil jamur tiram putih cukup besar di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, mempunyai peluang yang cukup baik untuk terus dikembangkan, terutama kaitannya dalam peningkatan kapasitas produksi serta bentuk upaya lain yang dapat membangun daerah tersebut, baik dari segi infrastruktur maupun pembiayaan pertanian masyarakat setempat. Pengembangan komoditas jamur sebagai salah satu potensi sumberdaya ekonomi lokal Kabupaten Cianjur, tentunya dipengaruhi oleh kondisi pasar dan peran serta semua pihak khususnya para petani dalam kegiatan budidaya on farm. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak petani kegiatan tataniaga jamur tiram putih dilakukan di pasar induk Tangerang. Berdasarkan informasi di atas, maka penelitian tentang saluran tataniaga jamur tiram putih di Desa Cipendawa mengkaji tataniaga jamur tiram putih sampai ke konsumen akhir yang ada di pasar induk Tangerang sesuai dengan metode snowball sampling dari saluran yang terjadi. xxvii

II. TINJAUAN