Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

lviii adalah enam orang yang terdiri dari satu orang pedagang pengumpul desa PPD yang berlokasi di Desa Cipendawa, satu orang pedagang besargrosir yang berlokasi di pasar induk Tangerang dan empat orang pedagang pengecer yang berlokasi di pasar induk Tangerang. Penentuan responden lembaga tataniaga jamur tiram putih didapat melalui metode Snow Ball Sampling yaitu dengan cara mengikuti alur tataniaga hingga produk sampai ke konsumen dan menelusuri saluran tataniaga jamur tiram putih di daerah penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh dari pelaku pasar yaitu mulai dari tingkat petani sampai pedagang pengecer. Karakteristik para petani jamur tiram putih di Desa Cipendawa tergolong homogen. Hal itu dapat dilihat dari produk yang mereka hasilkan serupa, yaitu jamur tiram putih segar. Selain itu, saluran tataniaga yang digunakan pun sama yaitu dari petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.4.1. Analisis Deskriptif Metode analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif kondisi tataniaga jamur tiram putih. Selanjutnya pendeskripsian kondisi ini juga disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Adapun hal-hal yang dianalisis menyangkut penjelasan mengenai marjin tataniaga, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya, dan analisis efisiensi tataniaga. 4.4.2. Analisis Saluran Tataniaga Saluran tataniaga jamur tiram putih diamati mulai dari petani dengan menghitung persentase pasokan sampai pedagang pengecer dan hingga pada akhirnya sampai ke konsumen akhir. Jalur tataniaga tersebut akan menggambarkan peta saluran tataniaga. Semakin panjang saluran tataniaga, maka marjin tataniaga yang terjadi antara produsen dan konsumen akan semakin tinggi. Saluran tataniaga jamur tiram putih di Desa Cipendawa dianalisis dengan mengamati lembaga- lembaga tataniaga yang berperan sebagai pihak perantara dalam proses penyampaian produk dari produsen ke konsumen serta pembentukan peta saluran tataniaga. lix

4.4.3 Analisis Struktur dan Perilaku Pasar

Struktur pasar jamur tiram putih dianalisis berdasarkan saluran tataniaga yang didukung peranan fungsi-fungsinya, jumlah lembaga tataniaga yang terlibat penjual dan pembeli, sifat produk, kebebasan keluar masuk pasar, dan informasi harga pasar yang terjadi. Perilaku pasar jamur tiram putih ini dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, kerjasama antar lembaga tataniaga, serta sistem penentuan dan pembayaran harga. Struktur pasar dapat dilihat dengan mengetahui jumlah petani dan penjual yang terlibat, heterogenitas produk yang dipasarkan, kondisi dan keadaan produk, mudah tidaknya keluar masuk pasar serta perubahan informasi harga pasar.

4.4.4. Analisis Marjin Tataniaga

Analisis marjin tataniaga bertujuan untuk mengetahui tingkatan efisiensi tataniaga jamur tiram putih. Marjin tataniaga dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga tataniaga atau perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Selain itu marjin tataniaga digunakan untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diterima oleh masing- masing lembaga yang terkait dengan membandingkan perbedaan harga pada masing- masing lembaga. Besarnya marjin pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh oleh lembaga tataniaga. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: MT = ∑ Mi………………………………………………………...………………1 Mi = Psi – Pbi…………………………………………………...………………...2 Mi = Ci + Li............................................................................................................3 Dengan menggabungkan persamaan 1 dan 2 diperoleh : Psi – Pbi = Ci + Li....................................................................................................4 Sehingga keuntungan lembaga tingkat ke-I adalah Li = Psi – Pbi – Ci………………………………………………………....……...5 Keterangan: Mi : Margin Tataniaga Tingkat Ke-i dalam satuan rupiah Psi : Harga Jual Pasar Tingkat Ke-i dalam satuan rupiah Pbi : Harga Beli Pasar Tingkat Ke-i dalam satuan rupiah Ci : Biaya Lembaga Tataniaga Tingkat Ke-i dalam satuan rupiah lx Li : Keuntungan Tataniaga Tingkat Ke-i MT : Marjin Total

4.4.5. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Rasio keuntungan dan biaya LiCi Ratio adalah persentase keuntungan tataniaga terhadap biaya tataniaga yang secara teknis operasional untuk mengetahui tingkat efisiensinya. Rasio keuntungan diperoleh dari pembagian keuntungan tataniaga dengan biaya tataniaga. Keuntungan tataniaga Li diperoleh dari selisih harga jual dengan harga beli pada masing-masing lembaga tataniaga dikurangi dengan biaya tataniaga Ci yang dikeluarkan masing-masing lembaga tataniaga. Hasil rasio keuntungan dan biaya menunjukkan seberapa besar setiap satuan biaya yang dikeluarkan selama tataniaga dapat memberikan besaran keuntungan tertentu selama proses penyaluran produk. Penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut Asmarantaka, 2009: Rasio Keuntungan Biaya = Ci Li Keterangan : Li : Keuntungan Lembaga Tataniaga dalam satuan rupiah Ci : Biaya Tataniaga dalam satuan rupiah

4.4.6 Analisis Farmer’s Share

Bagian yang diterima petani farmer’s share merupakan perbandingan persentase harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar di tingkat konsumen akhir. Secara matematis farmer’s share dihitung sebagai berikut: Fsi = Pr Pf x 100 Keterangan: Fsi : Bagian Yang Diterima Petani dalam satuan persentase Pf : Harga di Tingkat Petani dalam satuan rupiah Pr : Harga di Tingkat Konsumen dalam satuan rupiah lxi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN