lxxix disediakan untuk membeli jamur tiram putih dari PPD berupa biaya retribusi.
Adapun informasi pasar berupa perkembangan harga beli dan harga jual diperoleh dari sesama pedagang besar dan pedagang pengecer serta dari mekanisme pasar
yang terjadi. Adapun sistem pembayaran yang diterapkan oleh pedagang besar terhadap pedagang pengumpul desa PPD dan pedagang pengecer adalah
pembayaran dengan sistem pembayaran tunai.
6.3.4. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer adalah pedagang yang berhubungan langsung dengan konsumen. Konsumen yang dimaksud adalah konsumen akhir yang tidak
melakukan fungsi tataniaga lagi berupa fungsi penjulan atau pembelian, namun murni dilakukan untuk tujuan konsumsi. Pedagang pengecer yang ada di kawasan
pasar induk Tangerang adalah pedagang terakhir yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir.
Semua fungsi-fungsi tataniaga yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas dilakukan oleh pedagang pengecer. Fungsi pertukaran berupa
kegiatan pembelian jamur tiram putih dari pedagang besar serta kegiatan penjulan berupa penjulan jamur tiram putih kepada konsumen akhir. Fungsi fisik terdiri dari
pengangkutan dan penyimpanan. Jamur tiram putih yang dibeli dari pedagang besargrosir diangkut sendiri oleh pedagang pengecer. Fungsi fasilitas yang
dilakukan oleh pedagang pengecer adalah informasi pasar. Informasi pasar berupa perkembangan harga beli dan harga jual diperoleh dari sesama pedagang pengecer
dan pedagang besar serta dari mekanisme pasar yang terjadi. Adapun sistem pembayaran yang diterapkan oleh pedagang pengecer terhadap konsumen adalah
pembayaran dengan sistem pembayaran tunai.
6.4. Analisis Struktur Pasar
Struktur pasar jamur tiram putih dianalisis berdasarkan saluran tataniaga yang didukung peranan fungsi-fungsinya, jumlah lembaga tataniaga yang terlibat
penjual dan pembeli, sifat produk, kebebasan keluar masuk pasar, informasi harga pasar yang terjadi serta jenis dan keadaan jamur tiram putih di Desa Cipendawa.
Penelitian ini memperhatikan komponen-komponen penyusun struktur pasar tersebut.
lxxx
6.4.1. Jumlah Penjual dan Pembeli serta Mudah Tidaknya Keluar Masuk Pasar
Pada pola saluran tataniaga jamur tiram putih di Desa Cipendawa melibatkan lembaga-lembaga tataniaga yang membentuk beberapa pola saluran
tataniaga sehingga jamur tiram putih dapat sampai ke tangan konsumen akhir. Lembaga yang terlibat dalam saluran ini dimulai dari pedagang pengumpul desa
PPD yang berjumlah satu orang. Pedagang pengumpul desa PPD yang ada di Desa Cipendawa berasal dari warga dari desa tersebut yang berprofesi juga sebagai
petani jamur tiram putih. Pedagang pengumpul desa mengambil jamur tiram putih hasil panen para petani langsung di tempat petani masing-masing dengan
menggunakan sebuah sepeda motor. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari sampai semua jamur tiram putih hasil panen terkumpul. Setelah itu, pedagang besargrosir
datang ke tempat pedagang pengumpul untuk mengangkut jamur tiram putih tersebut dengan menggunakan kendaraan berupa mobil pick up.
PPD memerlukan modal yang cukup untuk melakukan pembelian secara tunai dari petani. Pedagang pengumpul yang beroperasi di Desa Cipendawa hanya
satu orang sehingga dapat dikatakan tidak ada persaingan dengan sesama pedagang pengumpul. Hal tersebut juga didukung oleh hubungan baik antara pedagang
pengumpul desa dengan para petani jamur tiram putih di Desa Cipendawa. Semua petani di Desa Cipendawa menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul.
Hal tersebut menunjukkan posisi pedagang pengumpul di Desa Cipendawa terbilang kuat dan tidak semua orang dapat menjadi pedagang pengumpul di sana
atau dengan kata lain tidak mudah untuk memasuki pasar pedagang pengumpul di Desa Cipendawa. Adapun akses untuk menjadi petani jamur tiram putih di Desa
Cipendawa tergolong mudah karena tidak memerlukan modal yang besar dan tidak adanya hambatan-hambatan yang berarti. Hal yang penting untuk dimiliki
seseorang yang ingin menjadi petani jamur tiram putih di lokasi penelitian adalah adanya kemampuan teknik budidaya jamur tiram putih yang memadai dan dapat
menjalin hubungan yang baik dengan warga sekitar termasuk para petani jamur tiram putih lainnya serta pedagang pengumpul yang beroperasi di sana. Selain itu
kemampuan membaca peluang pasar juga sangat diperlukan karena harga jamur tiram putih tergolong relatif berfluktuasi. Adapun persaingan antara para petani
lxxxi jamur tiram putih cukup signifikan. Hal ini disebabkan jumlah petani jamur tiram
putih di Desa Cipendawa cukup banyak apalagi jika dibandingkan dengan pedagang pengumpul yang hanya berjumlah satu orang saja. Hal ini mengakibatkan
posisi tawar pedagang pengumpul desa lebih kuat dibandingkan dengan para petani. Para petani harus selalu memperhatikan kualitas jamur tiram putih mereka
disamping terus meningkatkan produksi untuk meningkatkan pendapatan mereka. Persaingan antar pedagang besar tidak begitu kuat. Hal ini disebabkan
karena pedagang besargrosir tersebut mempunyai tujuan tataniaga tersendiri yaitu pedagang pengecer yang menjadi langganannya. Selain itu, jumlah PPD yang
dihadapi pedagang besargrosir relatif banyak karena pedagang besar membeli jamur tiram putih tidak hanya kepada satu pedagang pengumpul saja yang ada di
Desa Cipendawa sehingga pedagang besar memiliki banyak alternatif dalam membeli produk yang diperdagangkan. Adapun posisi pedagang besargrosir relatif
lebih mudah untuk mendapatkan jamur tiram putih yang menjadi produk dagangannya karena pada umumnya PPD menjual jamur tiram putih ke pedagang
besargrosir. Hal ini mengakibatkan posisi tawar pedagang besargrosir lebih kuat jika dibandingkan pedagang pengumpul. Meskipun pedagang pengumpul di Desa
Cipendawa hanya ada satu orang, namun pedagang pedagang besargrosir tidak hanya membeli jamur tiram putih dari satu pedagang pengumpul saja. Pedagang
besargrosir juga membeli jamur tiram putih dari para pedagang pengumpul lain yang beroperasi di desa lain dalam satu kecamatan maupun kecamatan yang
berlainan. Jumlah pedagang besargrosir yang terlibat dalam saluran tataniaga jamur tiram putih masih relatif sedikit maka pedagang baru masih mungkin untuk
masuk ke pasar grosir. Akan tetapi, untuk memasuki pasar pedagang besargrosir tergolong sulit karena adanya hambatan barier yang tidak mudah ditembus
terutama menyangkut modal, koneksi pasar, dan informasi pasar termasuk perkembangan harga.
Pasar untuk tingkat pedagang pengecer lebih mudah dan terbuka. Hal tersebut disebabkan volume penjualan yang tidak besar sehingga modal yang
dibutuhkan relatif kecil. Selain itu, untuk menjadi pedagang pengecer tidak perlu tempat yang besar dan mahal karena hanya dengan bermodalkan lapak saja sudah
dapat melakukan transaksi jual beli di pasar tradisional. Jika dilihat dari sisi
lxxxii konsumen, jumlahnya masih sangat banyak dan tersebar luas dengan tingkat
permintaan yang tinggi di masing-masing pasar. Akan tetapi, permintaan ini belum dapat tercukupi kerena produksi jamur tiram putih yang dihasilkan petani masih
terbatas. Jumlah pedagang pengecer lebih banyak dibandingkan pedagang besar. Hal ini mengakibatkan posisi tawar pedagang pengecer relatif lebih lemah
dibandingkan pedagang besargrosir. Akan tetapi Pedagang pengecer memiliki kemudahan dalam mendapatkan produk dari pedagang besar bersangkutan. Adapun
posisi tawar pengecer terhadap konsumen akhir relatif lemah. Hal tersebut disebabkan jumlah pedagang pengecer relatif banyak sehingga konsumen memiliki
banyak pilihan atau alternatif dalam membeli jamur tiram putih. Selain itu, pedagang sayuran yang menjual berbagai macam sayuran juga terdapat dalam
jumlah yang banyak sehingga konsumen memiliki banyak pilihan dalam membeli jenis sayuran yang akan dikonsumsi.
6.4.2. Jenis dan Keadaan Jamur Tiram Putih di Desa Cipendawa
Komoditas jamur tiram putih yang ada di Desa Cipendawa berasal dari jenis jamur tiram putih Florida. Jamur tiram jenis ini merupakan yang paling
banyak dibudidayakan oleh para petani jamur tiram putih di Kabupaten Cianjur pada umumnya dan Desa Cipendawa khususnya. Bentuk jamur tiram putih jenis ini
menyerupai tudungpayung. Beberapa dari jenis ini dalam pertumbuhannya berkelompok. Namun ada pula yang berupa tangkai tunggal. Akan tetapi ciri
umumnya tetap berbentuk tudung. Jamur tiram putih jenis Florida sangat cocok untuk jenis sayuran, untuk usaha jenis keripik jamur, dan juga jamur goreng.
Strukturnya masih cukup kuat walaupun telah disimpan dalam lemari es. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa tidak terdapat diferensiasi produk
dalam tataniaga jamur tiram putih karena pada umumnya ukuran jamur tiram putih yang dihasilkan oleh petani relatif seragam. Walaupun terdapat jamur tiram putih
yang berbeda ukuran atau ketebalan, tetapi jumlahnya tidak signifikan dibandingkan dengan total jamur tiram putih yang dipanen setiap hari oleh para
petani. Biasanya dari total panen, hanya terdapat kurang dari satu persen jamur tiram putih yang berbeda ukuran. Harga jual tidak terpengaruh oleh hal tersebut
karena harga lebih ditentukan oleh perkembangan yang terjadi di pasar melalui mekanisme penawaran dan permintaan. Secara umum budidaya jamur tiram putih
lxxxiii relatif mudah tergantung dari kemampuan teknik budidaya, relasi bisnis, dan
perkembangan pasar. Komoditas jamur tiram putih di Desa Cipendawa dapat dikatakan sebagai
komoditas sayuran organik sebab budidaya jamur tiram putih tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat merusak kesehatan jika dikonsumsi. Petani hanya
menggunakan serbuk gergaji dan dedak sebagai bahan substrat terpenting. Selebihnya bahan tambahan yang digunakan yaitu gips dengan takaran tertentu
yang aman jika dicampurkan dengan bahan substrat yang lain. Selain itu, komoditas jamur tiram putih ini tidak perlu disemprot pestisida selama proses
pemeliharaannya.
6.4.3. Sumber Informasi
Sumber informasi pasar dalam rantai tataniaga jamur tiram putih belum tersedia sesuai kebutuhan pasar. Informasi pasar diperlukan oleh produsen dan
semua pihak yang terlibat dalam tataniaga hasil - hasil pertanian tentang kondisi pasar, lokasi, jenis, mutu, waktu dan harga pasar. Informasi yang diterima pasar
pada umumnya dari pedagang pengumpul desaPPD dan sesama petani. Tingkat harga pada petani responden umumnya masih berdasarkan harga yang terjadi di
tingkat pedagang pengumpul desa. Sumber informasi yang diperoleh para pedagang didapatkan dari berbagai sumber yang relatif beragam dan bukan informasi
komersial, sehingga tidak perlu biaya khusus untuk mengakses informasi pasar atau infomasi harga sesuai dengan mekanisme pasar yang terjadi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa struktur pasar yang terjadi antara petani jamur tiram putih dan pedagang pengumpul di Desa
Cipendawa cenderung mengarah pada pasar monopsoni. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikasi yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah petani penjual yang cukup banyak jika dibandingkan dengan jumlah
pedagang pengumpul pembeli yang hanya berjumlah satu orang. 2.
Petani tidak dapat menentukan dan mempengaruhi tingkat harga yang terjadi di pasar.
3. Hambatan yang dihadapi petani dalam keluar masuk pasar adalah terkait
permasalahan modal.
lxxxiv 4.
Penentuan harga dilakukan oleh pihak pedagang pengumpul berdasarkan harga yang berlaku di pasar, sehingga kedudukan petani sebagai price taker dan tidak
memiliki bargaining position yang kuat. 5.
Produk yang ditawarkan bersifat homogen. Struktur pasar yang terjadi antara pedagang pengumpul desa PPD dan
pedagang besargrosir cenderung bersifat pasar monopsoni. Hal ini ditunjukkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah penjual pedagang pengumpul hanya satu orang sedangkan jumlah
pembeli pedagang besargrosir juga hanya satu orang. 2.
Hambatan yang dihadapi dalam keluar masuk pasar adalah terkait masalah permodalan. Memasuki pasar pedagang pengumpul maupun pedagang
besargrosir tidak mudah. 3.
Pedagang pengumpul desa PPD tidak dapat mempengaruhi harga pasar. 4.
Sumber informasi harga pasar diperoleh dari sesama pedagang. 5.
Produk yang ditawarkan bersifat homogen. Struktur pasar yang terjadi antara pedagang besargrosir dengan pedagang
pengecer cenderung mengarah pada pasar persaingan murni. Hal ini ditunjukkan oleh hal- hal sebagai berikut:
1. Jumlah penjual pedagang besargrosir lebih sedikit dibanding pembeli
pedagang pengecer. 2.
Pedagang besar mendapat hambatan keluar masuk pasar. Hal ini disebabkan adanya persaingan di antara pedagang besar dalam memperoleh barang
dagangannya. Walaupun dalam kenyataannya pedagang besar menjalin hubungan yang baik bersifat langganan terhadap PPD. Hambatan lainnya adalah
apabila pedagang akan memasuki pasar ini membutuhkan modal yang cukup tinggi.
3. Dalam prakteknya pedagang besargrosir masih dapat mempengaruhi harga,
karena pedagang ini mampu memprediksikan harga berdasarkan jumlah pasokan setiap periode dengan banyaknya permintaan dari pengecer. Hal ini
mengindikasikan bahwa antara pedagang besar dengan PPD bisa terjadi tawar- menawar.
lxxxv Struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengecer dengan konsumen
akhir sangat berbeda dengan struktur pasar yang dihadapi petani, pedagang pengumpul, dan pedagang besar. Struktur pasar yang terjadi cenderung mengarah
pada pasar persaingan murni. Hal ini ditunjukkan oleh hal- hal sebagai berikut: 1.
Jumlah pengecer cukup banyak sehingga terjadi persaingan dalam mendapatkan konsumen. Konsumen juga berjumlah banyak sehingga terdapat persaingan
untuk mendapatkan jamur tiram putih. 2.
Barang yang diperjualbelikan bersifat homogen 3.
Informasi mengenai harga yang terjadi di pedagang pengecer diperoleh dari sesama pedagang pengecer dan pedagang besar. Sistem pembayaran yang
berlaku di tingkat pedagang pengecer adalah sistem pembayaran tunai. 4.
Pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi harga. 6.5. Perilaku Pasar
Perilaku pasar dapat diketahui dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga, sistem
penentuan harga, kemampuan pasar menerima jumlah produk yang dijual, stabilitas pasar, dan pembayaran serta kerjasama di antara lembaga tataniaga.
Perilaku pasar menunjukkan strategi yang dilakukan oleh para pelaku pasar dalam menghadapi pesaing. Struktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan
keragaan pasar yang dapat diukur melalui peubah harga, biaya, marjin tataniaga dan jumlah komoditas yang akan dipasarkan, sehingga akan memberikan penilaian
mengenai baik atau tidaknya suatu sistem tataniaga.
6.5.1. Praktek Pembelian dan Penjualan
Pola saluran tataniaga jamur tiram putih di Desa Cipendawa melibatkan lembaga-lembaga tataniaga yang melakukan kegiatan pembelian dan penjualan
kecuali petani yang hanya melakukan praktek penjualan serta konsumen yang hanya melakukan praktek pembelian. Saluran tataniaga yang terjadi diawali petani
yang menjual jamur tiram putih dengan dua cara, yaitu penjualan kepada pedagang pengumpul desa PPD dan penjualan langsung kepada konsumen akhir.
Proses pemanenan dilakukan petani sendiri dari kumbung produksi masing- masing. Petani tidak harus mengeluarkan biaya panen dan biaya transportasi dalam
lxxxvi proses pemanenannya. Setelah jamur tiram putih dipanen oleh petani lalu dijual
kepada pedagang pengumpul desa PPD dan kemudian PPD menjual kembali ke pedagang besargrosir dan selanjutnya pedagang besar menjualnya ke pedagang
pengecer yang ada di kota Tangerang yaitu pasar induk Tangerang. Praktek pembelian di tingkat PPD dilakukan dengan petani. Pedagang
pengumpul desa PPD biasanya sudah memiliki langganan dengan beberapa petani. Praktek penjualan PPD dilakukan dengan pedagang besargrosir. Praktek
pembelian ditingkat pedagang besargrosir dilakukan dengan PPD sedangkan untuk praktek penjualan dilakukan dengan pedagang pengecer yang menjual kembali ke
konsumen akhir. Praktek pembelian dan penjualan antar sesama pedagang dilakukan dengan sistem langganan.
6.5.2. Sistem Penentuan Harga
Harga yang terjadi di tingkat petani dan harga yang terjadi di tingkat pengecer memiliki gap yang cukup tinggi sebesar Rp 5.000 per kg. Hal ini
merupakan salah satu indikasi terjadinya inefisiensi tataniaga. Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa dari semua lembaga-lembaga tataniaga jamur tiram putih di
Cipendawa, harga jual jamur di tingkat petani merupakan yang terendah dibandingkan harga di tingkat lembaga-lembaga tataniaga yang lain. Pedagang
pengecer menjual jamur tiram putih dengan harga cukup tinggi kepada konsumen akhir di pasar Tangerang yaitu sebesar Rp 12.000 per kg Tabel 13.
Tabel 13. Tingkat Harga Jamur Tiram Putih Pada Lembaga Tataniaga di Desa
Cipendawa Tahun 2010. Kelembagaan
Tingkat Harga RpKg Marjin Tataniaga Rp
Petani Produsen 7.000
- Pengumpul 7.300
300 Pedagang BesarGrosir
9.000 1.700
Pedagang Pengecer 12.000
3.000
Sumber: Aris, 2010 diolah
Harga di tingkat petani lebih ditentukan oleh pedagang pengumpul desa. Hal ini disebabkan karena pedagang pengumpul desa PPD lebih menguasai pasar
daripada petani. Sistem penentuan harga dilakukan dengan tawar-menawar.
lxxxvii Walaupun demikian, keputusan terakhir ditentukan oleh lembaga dengan posisi
tawar yang lebih tinggi sesuai dengan mekanisme pasar yang terjadi. Sedangkan sistem penentuan harga antara PPD dengan pedagang besargrosir pada umumnya
tawar menawar. Proses penentuan harga lebih berdasarkan penawaran pedagang besar yang dapat memprediksikan perubahan permintaan pasar. Pada umumnya
penentuan harga yang terjadi antara lembaga-lembaga tataniaga didasarkan atas harga yang berlaku umum di pasar.
6.5.3. Sistem Pembayaran
Lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam saluran tataniaga jamur tiram putih di Desa Cipendawa dalam melakukan fungsi-fungsi tataniaga
menerapkan dua macam sistem pembayaran yaitu sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran kemudian. Sistem pembayaran tunai dilakukan konsumen
kepada pedagang pengecer, pedagang pengecer kepada pedagang besar serta pedagang besar kepada pedagang pengumpul desa PPD.
Sistem pembayaran kemudian ini dilakukan oleh pedagang pengumpul desa PPD terhadap petani setelah PPD menjual jamur tiram putih hasil panen kepada
pedagang besargrosir. Biasanya pembayaran hasil panen para petani jamur tiram putih dilakukan oleh pedagang pengumpul desa PPD satu hari kemudian setelah
transaksi penjualan dengan para petani.
6.5.4. Kerjasama Antar Lembaga Tataniaga
Kerjasama antar lembaga tataniaga terjadi antara PPD dengan Pedagang besargrosir dengan kerjasama sistem pembayaran dibayar dimuka. Kerjasama ini
dilakukan bertujuan untuk menjaga kontinuitas pasokan jamur tiram putih dari PPD. Adapun kerjasama antar pedagang besar dilakukan melalui saling tukar
menukar informasi mengenai perkembangan pasar. Kerjasama ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan posisi tawar dan penentuan harga, agar tidak terjadi
perbedaan harga di tingkat pedagang yang sama.
6.6. Keragaan Pasar 6.6.1. Analisis Marjin Tataniaga