Karakteristik Petani Responden GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

lxiii pria 51,60 persen dan 48,40 persen merupakan penduduk wanita atau 8.203 jiwa 9 . Keterangan lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Penduduk Beberapa Desa di Kecamatan Pacet Tahun 2010. No Nama Desa Jumlah Jiwa Orang Jumlah Kepala Keluarga KK Pria Wanita Total 1 Ciputri 5.295 4.865 10.160 3.051 3.633 4.137 3.064 2.321 2.414 3.895 2 Ciherang 7.086 7.405 14.491 3 Cipendawa 8.745 8.203 16.945 4 Sukatani 5.739 5.395 11.134 5 Gadog 5.263 4.853 10.116 6 Cibodas 4.219 4.713 8.932 7 Sukanagalih 9.005 8.695 17.700 Jumlah 45.352 44.129 89.478 22.515 Sumber: Aziz 2010 Desa Cipendawa merupakan salah satu sentra produksi jamur tiram putih di Kecamatan Pacet yang cukup produktif. Hal ini dapat dilihat dari tingkat produksi rata-rata jamur tiram putih di Desa Cipendawa mencapai sekitar 430 kg per hari atau sekitar 14,33 persen dari total produksi jamur tiram putih Kecamatan Pacet yang mencapai 3.000 kg per hari.

5.2. Karakteristik Petani Responden

Identitas responden dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek yang dikaji antara lain: umur responden, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan luas kumbung. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa sebagian besar petani responden memiliki tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA yaitu mencakup 77,78 persen dari total petani responden. Sementara itu, dua orang 9 Rully Abdul Aziz. 2010. Laporan Kegiatan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan Bulan Januari-Mei 2010. http:www.google.co.idhl=idbiw=1024bih=613q=jumlah+penduduk+desa+cipendawaaq= oaqi=g10aql=oq=gs_rfai=fp=6d1d5e09d1ea4a8f . [27 November 2010]. lxiv petani atau 22,22 persen dari total petani responden memiliki tingkat pendidikan S1. Hal ini menunjukkan bahwa para petani jamur tiram putih di Desa Cipendawa termasuk petani yang cukup terdidik sehingga dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan maupun cara pandang para petani tersebut terhadap usaha budidaya jamur tiram putih dilihat dari perkembangan pasar, khususnya terkait kondisi permintaan dan penawaran, tingkat harga, persaingan, maupun hal-hal yang berkaitan dengan aspek teknis. Para petani jamur tiram putih di Desa Cipendawa pada umumnya hanya memiliki pengalaman usaha selama dua atau tiga tahun. Akan tetapi, meskipun tingkat pengalaman usaha budidaya jamur tiram putih para petani di Desa Cipendawa tergolong baru, namun mereka pada umumnya sudah mengenal dan mempelajari budidaya jamur tiram putih sejak sekitar sepuluh tahun yang lalu. Hal ini cukup memberikan mereka bekal dan wawasan mengenai perkembangan usaha jamur tiram putih. Umumnya para petani jamur tiram putih di Desa Cipendawa pada mulanya mencoba melakukan budidaya jamur tiram putih dalam skala kecil di ruang-ruang rumah yang tidak terpakai atau di sebidang tanah kecil di halaman rumah. Hal tersebut mereka lakukan untuk melihat atau menguji tingkat keberhasilan budidaya jamur tiram putih. Setelah terlihat upaya tersebut membuahkan hasil, para petani tersebut kemudian memutuskan untuk memulai usaha setelah semua sumberdaya yang diperlukan terpenuhi seperti; modal, lahan, skill keterampilan, dan lain sebagainya. Luasan kumbung yang dimiliki oleh setiap petani responden merupakan salah satu faktor pendukung kegiatan budidaya jamur tiram putih. Hal tersebut sangat terkait dengan kapasitas produksi dari masing-masing petani yang berpengaruh terhadap besarnya volume produksi dan pada akhirnya berpengaruh terhadap penerimaan dan keuntungan setiap petani berdasarkan tingkat produksi jamur tiram putih yang dapat mereka hasilkan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, diperoleh bahwa total luasan kumbung dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih dapat terbagi dalam tiga bagian, yaitu kurang dari 50 m 2 , antara 50 m 2 sampai 100 m 2 , dan lebih dari 100 m 2 . Pembagian luas kumbung ini dilakukan dengan harapan dapat menggambarkan kondisi luas kumbung yang memang dimiliki oleh para petani responden maupun pengaruhnya terhadap kapasitas lxv produksi jamur tiram putih. Kumbung petani jamur tiram putih di Desa Cipendawa dibangun di atas lahan milik sendiri. Para petani jamur tiram putih yang ada di Desa Cipendawa semuanya pria. Keterangan lebih lanjut mengenai petani responden dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 10. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Usia, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengalaman dan Luas Kumbung di Desa Cipendawa Tahun 2010. Karakteristik Petani Jumlah Responden Orang Persentase Umur Tahun 25 - - 25 – 50 8 88,89 50 1 11,11 Total 9 100 Tingkat pendidikan Tidak tamat SD - - Tamat SD - - Tamat SLTP - - Tamat SLTA 7 77,78 Tamat Kuliah S1 2 22,22 Total 9 100 Tingkat pengalaman ≤ 1 tahun 3 33,33 ≥ 2 tahun 6 66,67 Total 9 100 Luas Kumbung 50 m 2 4 44,45 50 m 2 – 100 m 2 2 22,22 100 m 2 3 33,33 Total 9 100 Masalah yang dihadapi oleh para petani responden di Desa Cipendawa adalah adanya ketergantungan terhadap pedagang pengumpul dalam memasarkan produknya karena volume produksi petani masih kecil sehingga akan menjadi tidak efisien jika petani melakukan tataniaga sendiri berhubung letak lokasi tataniaga yang jauh. Selain itu, belum adanya agroindustri di lokasi produksi mengakibatkan petani mengalami kesulitan dalam penjualan hasil panennya. Hal tersebut mengakibatkan ketergantungan yang besar terhadap pedagang pengumpul dalam penjualan hasil panennya sehingga petani mempunyai posisi tawar yang rendah. lxvi Selain itu, masih ada petani yang mengalami kesulitan dalam hal permodalan sehingga tidak dapat mengusahakan budidaya jamur tiram putih secara maksimal. Sebenarnya para petani jamur tiram putih di Desa Cipendawa Kecamatan Pacet sudah bisa memanfaatkan hasil panen mereka menjadi produk jamur olahan yang memiliki nilai tambah yang tinggi dengan harga jual yang tinggi seperti aneka keripik jamur diantaranya keripik jamur goreng tepung, keripik jamur rasa barbeque, keju Belanda, sambal balado, jagung Lembang, jagung bakar, mayones, saos sambal, rasa pizza Italia, bahkan saat ini jamur tiram putih sudah dapat diolah menjadi sate jamur. Akan tetapi usaha agroindustri jamur ini juga belum dapat dikembangkan secara optimal karena para petani masih kesulitan dana.

5.3. Karakteristik Pedagang Responden