TINJAUAN PUSTAKA Prospek Pemasaran dan Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Swamitra Mina di Kabupaten Cirebon
program PKS menyatakan telah mencapai 9,8 juta kepala keluarga pada April 1997. Program yang terbaru adalah Jaring Pengaman Sosial JPS untuk
mengurangi dampak dari krisis moneter pada tahun 1999-1999, yang telah mendapatkan kritikan dan terjadi demonstrasi mahasiswa sehubungan dengan
salah penggalokasian missallocation dana di berbagai lokasi Ismawan dan Budiantoro, 2005.
Perkembangan bentuk dari lembaga-lembaga tersebut, jumlah dari lembaga keuangan mikro di Indonesia per Desember 2005, terdiri dari 3.916
BRI unit, 5.345 Badan Keuangan Desa BKD, 2.148 BPR non BKD, 2,272 Lembaga Dana Kredit Pedesaan LDKP, 264 pegadaian dan 1.146 koperasi
kredit, serta 35.218 unit simpan pinjam Tabel 1. Tabel 1. Beberapa indikator perkembangan LKM
No Jenis LKM
Jumlah Unit
Simpan- an Rp-
miliar Penyim-
pan juta rek
Pinjaman Rp miliar
Jumlah Pemin-
jam juta rek
Rataan Pinjaman
Rp juta
1 BPR
2.148 9.254,00
5,61 9.431,00
2,40 3,93
2 BRI Unit
3.916 27.429,00
29,87 14.182,00
3,10 4,57
3 Badan Kredit Desa
5.345 0,38
0,48 0,20
0,40 0,00
4 KSP
1.097 85,00
dtd 531,00
0,67 0,79
5 USP
35.218 1.157,00
dtd 3.629,00
dtd dtd
6 LDKP
2.272 334,00
dtd 358,00
1,30 0,27
7 Pegadaian
264 - - 157,70
0,02 9,34
8 BMT
3.038 209,00
dtd 157,00
1,20 0,13
9 Credit Union
NGO 1.146
188,01 0,29
505,73 0,40
1,27
Total 54.444 38.656,39
36,25 28.951,00
9,48 3,05
Sumber : Ismawan dan Budiantoro , 2005.
dtd = data tidak tersedia
Untuk BKD, sejak terdaftar menjadi BPR, pengawasan secara formal dilakukan oleh Bank Indonesia. Namun, karena kurangnya pegawai dan
menimbang pengalaman panjang BRI dalam mensupervisi cabang-cabangnya, Bank Indonesia telah mendelegasikan tugasnya kepada BRI untuk
mendampingi dengan dukungan keuangan penuh. Pegadaian diatur sebagai satu kesatuan dengan pemerintah dan berada di bawah supervisi Menteri
Keuangan. Koperasi dan unit simpan pinjam diatur di bawah peraturan
koperasi dan berada dibawah supervisi Menteri Koperasi dan Pengembangan Usaha Kecil-Menengah Menkop dan UKM Ismawan dan Budiantoro, 2005
Koperasi Petani dan Nelayan
KUD sebagai koperasi berbasis wilayah pada era reformasi jumlahnya mencapai 8.620 unit Departemen Koperasi dan UKM, 2001. Hingga
menjelang dicabutnya Inpres 41984 pada tahun 2002, KUD hanya 25 dari jumlah koperasi yang ada ketika itu, namun dalam hal bisnis mewakili 43
dari seluruh volume bisnis koperasi di Indonesia. KUD meskipun bukan koperasi pertanian namun secara keseluruhan dibandingkan koperasi lainnya
tetap lebih mendekati koperasi pertanian dan karakternya sebagai koperasi berbasis pertanian sangat menonjol. Diantara koperasi yang ada di Indonesia
yang jumlahnya pada tahun 2001 lebih dari 103 ribu unit, KUD termasuk yang mempunyai jumlah KUD aktif tertinggi 92 atau 7.931 unit. KUD pada saat
ini tidak berbeda dengan koperasi lainnya dan tidak memperoleh privilege khusus, tidak terikat dengan wajib ikut program sektoral, sehingga pada
dasarnya sudah menjadi koperasi otonomi yang memiliki rataan anggota terbesar. Pada tahun 2004 jumlah koperasi sudah mencapai 116.000 unit
Menegkop dan UKM, 2004. Problematika sektor pertanian di Indonesia akan mempengaruhi corak
pengembangan koperasi pertanian di masa depan, yaitu kurangnya sumber daya manusia SDM yang memadai telah menyebabkan terancamnya
regenerasi, sehingga kegiatan pertanian menurun berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas. Hal ini pula yang menyebabkan permintaan akan
produk LKM melemah. Bukti empiris di dunia mengungkapkan bahwa pertanian keluarga tidak mampu menopang kesejahteraan yang layak setara
dengan sektor lainnya dalam suasana perdagangan bebas Shankar and Conan, 2002.
Kekuatan utama Koperasi Nelayan terletak pada kekuatan monopoli penguasaan tempat pendaratan ikan dan pelelangan oleh pemerintah, maka
masa depannya ditentukan oleh kebijakan daerah bersangkutan. Pemerintah daerah juga berpotensi untuk melahirkan pesaing baru dengan membangun
pendaratan baru. Dengan pengorganisasian atas dasar kesamaan tempat pendaratan, maka pada dasarnya kekuatannya terletak pada daya tarik tempat
pendaratan. Persoalan yang dihadapi koperasi nelayan ke depan adalah alih fungsi dari nelayan tangkap menjadi nelayan budidaya, karena hampir
sebagian terbesar perairan perikanan pantai sudah di kategorikan overfishing. Fenomena ini juga terjadi di negara seperti Kanada, Korea Selatan dan Eropa
dimana koperasi nelayan sedang menghadapi situasi surut DKP, 2006.
Perkembangan dan Model LKM
Sebagaimana dimaklumi, 97 usaha kecil di Indonesia memiliki omset di bawah Rp. 50 Jutatahun, meskipun batas atas omset usaha kecil adalah Rp.
1 Miliar. Pada dasarnya, jika Indonesia ingin menjangkau usaha kecil, terutama usaha kecil-kecil atau usaha mikro tersebut secara khusus perlu
diarahkan perhatiannya pada kelompok ini, karena mewakili lebih dari 33 juta pelaku usaha. Sampai saat ini hampir belum terlihat adanya program khusus
pemberdayaan usaha mikro, padahal lapisan inilah penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia. Dalam setiap usaha pemberdayaan usaha kecil ada tiga
aspek penting yang perlu dikembangkan, yaitu pertama, lingkungan kondusif dan sistem administrasi pemerintahan yang mendukung; kedua, dukungan non
finansial berupa jasa perkreditan; dan ketiga, dukungan finansial yang khusus ditujukan bagi usaha kecil Syukur, 2001.
Menurut Syukur 2001, usaha mikro sering digambarkan sebagai kelompok Usaha Kecil dan Menengah UKM dengan kemampuan
permodalan rendah. Akses UKM terhadap lembaga keuangan formal rendah, sehingga hanya 12 UKM yang memperoleh akses terhadap kredit bank
karena : a. Produk bank tidak sesuai dengan kebutuhan dan kondisi UKM.
b. Adanya anggapan berlebihan terhadap besarnya risiko kredit UKM. c. Biaya transaksi kredit UKM relatif tinggi.
d. Persyaratan bank teknis kurang dipenuhi agunan dan proposal. e. Terbatasnya akses UKM terhadap pembiayaan ekuitas.
f. Monitoring dan koleksi kredit UKM tidak efisien. g. Bantuan teknis belum efektif dan masih harus disediakan oleh bank sendiri,
sehingga biaya pelayanan UKM menjadi mahal. h. Bank pada umumnya belum terbiasa dalam pembiayaan kepada UKM.
Secara singkat kredit perbankan diselenggarakan atas pertimbangan komersial, sehingga menyebabkan UKM sulit memenuhi persyaratan teknis
perbankan, terutama soal agunan dan persyaratan administratif lainnya.
Kredit mikro dapat diartikan bermacam-macam, karena memang produk kredit mikro sendiri tidak homogen dan lembaga pelaksananya juga
bermacam-macam bila ditinjau dari segi sifat dan status legalnya. Perbedaan- perbedaan ini juga merupakan ciri segmentasi pasar yang perlu dipahami dan
bahkan dapat dilihat sebagai mekanisme fungsional dalam pembagian pasar dan target sasaran. Pemahaman ini diperlukan bagi penetapan kebijakan sesuai
kelompok sasaran yang hendak dituju. Meskipun latar belakang program pengenalannya sangat terkait dengan munculnya tantangan yang dihadapi
masyarakat ketika itu, namun demikian pembiayaan mikro tetap mempunyai universalitas sebagai penyedia jasa keuangan bagi usaha mikro dan kecil
Ismawan dan Budiantoro, 2005. Perkreditan mikro selain dilihat dari segi produk dan kelembagaannya
juga dapat dilihat dari segi ”permintaan dan penawaran” atau dari sudut sumber dan penggunaan. Gambaran ini akan menjelaskan pembagian kerja
fungsional antar lembaga perkreditan mikro dengan berbagai kelompok sasaran berdasarkan tingkat pendapatan dan bahkan dapat sangat terkait
dengan penggunaan kredit. Pendekatan ini sekaligus untuk memahami dinamika perkembangan lembaga perkreditan mikro bagi pengembangan
ekonomi rakyat Ismawan dan Budiantoro, 2005. Pada dasarnya, kredit dapat dibedakan dalam dua sifat penggunaan, yaitu
kredit produktif dan konsumtif. Untuk melihat sejauh mana sektor-sektor ekonomi produktif memberikan tanda adanya permintaan pasar yang kuat
perlu dikaji struktur ekonomi masing-masing sektor berdasarkan atas pelaku usaha, disamping itu kaitannya dengan sasaran ekspor dan tersedianya dana
sendiri oleh pelaku usaha. Ciri pasar kredit mikro adalah kecepatan pelayanan
dan kesesuaian dengan kebutuhan pengusaha mikro Ismawan dan Budiantoro, 2005.
Berdasarkan nilai kredit besarnya kredit yang tergolong ke dalam kredit mikro lazimnya disepakati oleh perbankan untuk pinjaman sampai dengan Rp.
50 juta nasabah. Ada yang berpendapat bahwa dalam masyarakat perbankan internasional kredit mikro dapat mencapai maksimum US 1.000,-. Di
Thailand baru dalam taraf pilot project oleh Bank for Agriculture Cooperative BAC menetapkan kredit mikro adalah kredit dengan jumlah maksimum Bath
100.000nasabah atau setara dengan US 2.500,-. Dengan demikian, kredit mikro pada dasarnya menjangkau pengusaha kecil lapis bawah yang memiliki
usaha dengan perputaran cepat Ismawan dan Budiantoro, 2005. Lembaga perkreditan mikro di Indonesia pada dasarnya ada dua
kelompok besar, yakni pertama, bank seperti BRI unit dan BPR yang beroperasi sampai ke pelosok tanah air; dan kelompok yang kedua adalah
koperasi, baik koperasi simpan pinjam yang khusus melayani jasa keuangan maupun unit usaha simpan pinjam dalam berbagai macam koperasi.
Disamping itu terdapat LKM lain yang diperkenalkan oleh berbagai lembaga, baik pemerintahan seperti seperti Lembaga Kredit Desa, Badan Kredit
Kecamatan dan lain-lain, maupun swasta lembaga non pemerintah seperti yayasan, LSM, dan LKM lainnya termasuk lembaga keagamaan Yusuf, 1999.
Pemasaran
Konsep dari pemasaran telah berkembang, bukan hanya sejedar menjual atau beriklan melainkan ”memuaskan kebutuhan pelanggan”. Jika pemasar
memahami kebutuhan pelanggan dengan baik; mengembangkan produk yang mempunyai nilai superior; dan menetapkan harga, mendistribusikan, dan
mempromosikan produknys dengan efektif, maka produk barang atau jasa akan terjual dengan mudah. Jadi, sebenarnya penjualan dan periklanan
hanyalah bagian dari bauran pemasaran marketing mix yang lebih besar-satu set perangkat pemasaran yang bekerja bersama-sama untuk mempengaruhi
pasar Kotler dan Amstrong, 1999.
Lebih lanjut, Kotler dan Amstrong 1999 menjelaskan bahwa pemasaran didefinisikan sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang
membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang dibutuhkan dan inginkan, lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai
dengan orang lain. Konsep pemasaran marketing concept mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan
keinginan pasar sasaran target market dan memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing.
Strategi Pengembangan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pencapaian sasaran suatu organisasi atau perusahaan, untuk itu pengelola
organisasi harus dapat mengantisipasi perubahan lingkungan yang sangat cepat dewasa ini dan dapat menetapkan alternatif kebijakan yang akan diambil
dalam rangka penyesuaian dengan perubahan lingkungan tersebut. Dalam menghadapi perubahan yang dihadapi maka seorang manajer strategi harus
melakukan analisa yang dalam terhadap semua sumber daya organisasi. Perubahan lingkungan juga akan dihadapi oleh instansi pemerintahan sehingga
memaksa mereka untuk dapat melakukan penyesuaian dalam rangka menghadapi perubahan tersebut.
Menurut Jauch dan Glueck 1988, strategi merupakan suatu rencana yang dipadukan secara menyeluruh dan terpadu dengan mengkaitkan
keunggulan strategi perusahaan terhadap tantangan lingkungan yang dirancang sesuai dengan lingkungan, agar tujuan perusahaan dapat tercapai melalui
pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Selanjutnya Jauch dan Glueck 1988 mengatakan untuk menentukan strategi maka perlu analisis lingkungan.
Analisis lingkungan adalah suatu proses yang digunakan dalam perencanaan strategik dalam upaya memantau sektor lingkungan untuk menentukan
peluang dan ancaman terhadap usaha. Purnomo dan Zulkieflimansyah 1999 merinci beberapa manfaat dari
manajemen strategi, yaitu : 1. Dapat menentukan batasan usahabisnis yang akan dilakukan
2. Membantu proses identifikasi, pemilihan prioritas, dan eksploitasi 3. Memberikan kerangka kerja sehingga dapat meningkatkan koordinasi dan
pengendalian 4. Mengarahkan dan membentuk budaya perusahaan
5. Kebijakan yang diambil akan taat azas 6. Mengintegrasikan perilaku individu ke dalam perilaku kolektif
7. Meminimalkan adanya resiko karena adanya perubahan 8. Menciptakan kerangka kerja dalam komunikasi internal
9. Memberikan disiplin dan formalitas manajemen Tahap kegiatan manajemen strategi menurut Wheelen dan Hunger 2000
mencakup empat tahap, yaitu : 1. Environmental scanning, yaitu melakukan monitoring, menghimpun dan
evaluasi terhadap faktor-faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang mempengaruhi perusahaan atau organisasi.
2. Formulasi strategi, yaitu menyusun suatu perencanaan dengan prinsip manajemen yang efektif berdasarkan analisa terhadap ancaman dan
peluang, kemudian meminimalkan ancaman dan memanfaatkan peluang. Selanjutnya dilakukan analisa terhadap kekuatan dan kelemahan dan
berupaya seoptimal mungkin untuk memanfaatkan kekuatan, serta mengeliminir kelemahan. Dalam kegiatan ini termasuk mendefinisikan
misi perusahaan, menetapkan tujuan yang spesifik, menyusun strategi dan menciptakan kebijakan yang dapat mendukung pencapaian sasaran.
3. Implementasi strategi, yaitu dalam hal ini strategi dan kebijakan yang dibuat kemudian dijabarkan ke dalam suatu program, anggaran pendanaan
dan membuat uraian tugas. 4. Evaluasi dan kontrol, yang merupakan kegiatan monitoring terhadap
pelaksanaan dan melakukan tindakan korektif, bila ditemukan penyimpangan.
Dari hasil analisis lingkungan dapat ditentukan formulasi strategi, yaitu merupakan cara atau arah suatu perusahaan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Menurut Certo dan Peter dalam Purnomo dan
Zulkieflimansyah 1999, bahwa sebelum menentukan formulasi strategi, maka beberapa pertanyaaan mendasar yang harus dijawab oleh manajer
perusahaan, dimana pertanyaaan tersebut harus mampu menyediakan kerangka umum untuk menganalisa situasi perusahaan-perusahaan secara
obyektif agar dapat menentukan formulasi strategi yang efektif.