Analisis Lingkungan Eksternal Deskripsi Hasil Studi 1. Analisis kelembagaan non LKM dan LKM.

1 Peluang i. Hasil tangkapan yang cukup potensial. ii. Dengan masih berlimpahnya potensi perikanan dan perairan di Kabupaten Cirebon, maka semakin terbuka lebar peluang nelayan untuk berusaha dan terus mendapatkan uang untuk memutar modal dan terutama melunasi pinjaman dari LKM. iii. Kemudahan dalam menjalin kerjasama dengan bank-bank, antara lain Bank Bukopin dan saat ini meluas kepada bank-bank pembangunan daerah dalam hal pendanaan iv. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pengelola yang sudah mulai tumbuh, hal ini dibuktikan dengan kenaikan simpanan masyarakat nelayan pada LKM Swamitra Mina dari tahun ke tahun. v. Meningkatnya kebutuhan modal para nelayan dapat dilihat dari PYD pada laporan keuangan tahun 2004 dan 2005 dengan rerata peningkatan 300 , sedangkan pada tahun 2006 sedikit mengalami penurunan. vi. Dicanangkannya pola makan sehat melalui program makan ikan, melalui penyuluhan dari tingkat desa sampai kabupaten. vii.Dukungan yang diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan serta Pemerintah Daerah setempat, termasuk kelurahan dan kecamatan yang semakin memantapkan nelayan untuk memilih menjadi nasabah LKM Swamitra Mina. Diharapkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak tersebut, maka kebutuhannya akan semakin diperhatikan. 2 Ancaman i. Adanya rentenir di masyarakat dilatar belakangi oleh wawasan masyarakat nelayan yang masih sempit serta kebutuhan akan modal yang mendesak bahwa meminjam kepada rentenir lebih mudah prosesnya dibandingkan kepada Bank atau LKM. ii. Sistem ijon yang masih berjalan dari tengkulak, masyarakat nelayan lebih memandang bahwa telah terjadi hutang budi kepada pemilik dana yang merasa dibantu kebutuhannya pada saat paceklik. iii. Program serupa yang menawarkan berbagai fasilitas dan kemudahan, biasanya banyak ditawarkan oleh para tengkulak untuk memenuhi kebutuhan sekunder dari masyarakat nelayan, dimana pembayarannya diperhitungkan dengan hasil tangkapan yang akan dijual kepada tengkulak tersebut. iv. Wawasan masyarakat yang masih sempit, pembinaan dan sosialisai mengenai koperasi dan LKM dari instansi terkait masih sangat kurang. v. Lemahnya kelembagaan sosial ekonomi masyarakat, kurangnya perhatian Pemda setempat untuk pemberdaayn LKM dan Koperasi, Selama ini, baik LKM maupun Koperasi dapat berjalan beredasarkan ketokohan. vi. Kenaikan harga BBM yang terus melambung, hasil tangkapan yang tidak menutupi dengan harga BBM yang terus meningkat, menjadi peluang bagi para pelaku rente dan ijon.

3.3. Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan sebagai marketing framework untuk membantu LKM meningkatkan eksistensi LKM dan mencapai kesuksesan. Kekuatan S dan Kelemahan W adalah faktor internal yang dapat dikontrol oleh perusahaan. Sedangkan Peluang O dan Ancaman T adalah faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol. Tabel 13. Matriks IFE

A. FAKTOR INTERNAL

Bobot a Rating b Skor a x b 1. Kejujuran dan dedikasi yang tinggi dari pihak pengelola 0,077 3,611 0,278 2. Jaminan kontinuitas dana 0,088 3,889 0,342 3. Adanya sistem bagi hasil dengan pengelola 0,057 1,556 0,089 4. Penyediaan fasilitas dan kebutuhan nelayan 0,085 3,722 0,316 5. Pemberian reward kepada masyarakat nelayan dengan performa baik 0,074 2,889 0,215 6. Pembuatan program pengentasan kemiskinan 0,084 3,611 0,302 7. Sistem pemasaran tidak sporadis 0,083 3,611 0,301 8. SDM kurang handal 0,065 2,944 0,192 9. Produk LKM hanya simpan pinjam 0,069 1,500 0,104 10. Pencatatan keuangan dilakukan secara sederhana 0,052 1,222 0,063 11. Pembinaan hanya diberikan kepada nelayan perwakilan 0,083 4,000 0,333 12. Bantuan hanya diberikan kepada nelayan- nelayan yang dikenal oleh pengelola 0,090 4,000 0,361 Jumlah A 3,265 Faktor kelemahan yang sangat penting untuk diperhatikan adalah pembinaan yang hanya diberikan kepada nelayan perwakilan dan sistem pemasaran yang tidak sporadis. Hal ini tentu saja harus ditangani dengan serius, karena model pembinaan yang seperti itu akan menyebabkan keterlambatan pengembangan kemampuan dan keterampilan nelayan- nelayan lain. Langkah yang dapat diambil untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah perlu adanya pelatihan secara berkala untuk seluruh anggota nelayan pemanfaat dan perlu adanya buku panduan secara lengkap yang akan lebih melengkapi proses pembelajaran seluruh nelayan. Sistem pemasaran yang hanya melalui cara ketok tular atau dari mulut ke mulut word of mouth, menyebabkan kurang efektifnya