Tabel 4. Distribusi Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha,Tahun 1985-2004
persen
Tahu n
Lapangan usaha Pertani
an Pertam
bangan Industri Listri
gas dan air
Baguna na
Perdagan agan
Pengangkut an
Keuang an
Jasa PDB 1985
11.26 5.66 21.45 1.45 3.56 12.45 5.89 4.12
6.53 100
1986 11.24 5.12 21.86 1.02 2.89 12.56
5.78 4.13 6.48
100 1987
11.78 6.23 21.70 1.42 2.98 12.69 5.89 4.23
6.55 100
1988 11.45 6.54 21.45 1.11 3.21 12.89
6.00 4.33 6.12
100 1990
11.23 7.33 22.69 1.20 3.42 13.00 6.12 4.89
7.12 100
1991 11.89 7.21 22.78 1.22 3.58 13.45
6.23 5.12 7.56
100 1992
12.56 7.45 22.45 1.35 3.69 13.50 6.45 5.23
7.99 100
1993 12.45 7.89 22.56 1.45 4.90 13.56
6.58 5.23 7.45
100 1994
13.12 8.95 23.55 1.45 4.89 13.58 6.89 5.78
8.92 100
1995 14.02 9.25 23.88 1.45 4.89 14.52
6.78 5.76 8.55
100 1996
14.08 9.12 24.71 1.45 4.96 14.15 7.11 5.89
8.45 100
1997 14.88 8.90 24.84 1.50 5.45 14.15
7.12 6.45 8.09
100 1998
16.90 9.96 25.30 1.50 5.97 13.98 7.17 7.51
9.09 100
1999 17.21 9.04 26.07 1.01 5.87 15.86
7.05 6.89 9.85
100 2000
16.71 9.41 26.43 1.07 5.98 16.00 7.36 6.88
9.56 100
2001 16.97 9.05 26.87 1.77 6.23 16.34
7.23 7.00 10.2
100 2002
17.31 10.21
27.12 1.78 6.76 16.89 7.09 7.78
10.8 100
2003 17.31
10.33 27.14 1.79 6.23 16.10
7.09 7.88 10.9
100 2004
18.21 10.47
27.14 1.69 6.12 16.21 7.06 7.88
11.1 100
Sumber: BPS 2004
Sub sektor jasa merupakan penyumbang kedua terbesar setelah sub sektor perdagangan dengan konstribusi sebesar 9.53 persen pada tahun 1985.
Pada tahun 1996 dan 1997 sektor ini mengalami penurunan sebesar 8.05 persen. Badai krisis moneter yang kemudian menjadi krisis ekonomi yang
melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, masih terlihat dampaknya pada saat ini. Hampir semua sektor ekonomi masih belum dapat berjalan seperti
sedia kala, termasuk sub sektor jasa. Fenomena ini terlihat dari pertumbuhan sektor jasa pada tahun 1998 yang menunjukan pertumbuhan yang membaik
yaitu sebesar 9.69 persen. Secara makro sektor tersier mengalami peningkatan. Ini menandakan bahwa sektor tersier tidak begitu berpengaruh terhadap krisis
ekonomi.
2.2. Peranan Sektor Tersier dalam Perekonomian DKI Jakarta
Dalam mendukung terwujudnya struktur ekonomi yang semakin seimbang dan kokoh antara sektor sekunder dan sektor primer yang tangguh diperlukan
peran sektor tersier Andriani 2000. Setelah krisis ekonomi yang menimpa
Indonesia terlihat bahwa peran serta sektor tersier sangat membantu dalam pertumbuhan produk domestik regional bruto DKI Jakarta dibanding dengan
sektor-sektor lainya. Sumbangannya sektor tersier dapat meningkatkan pendapatan nasional maupun regional dan sekaligus dapat menamba
penerimaan masyarakat yang bergerak dalam proses produksi pada masing- masing sektor Prihawantoro, 2002.
Menurut Badan Pusat Statistik BPS DKI Jakarta, 2004 peran sektor perdagangan sedikit mengalami penurunan, namun masih cukup tinggi dibanding
dengan sektor-sektor lainnya. Anggka penurunan yang besar pada sub sektor perdagangan inilah yang memberikan kontribusi terbesar bagi turunnya produk
domestik regional bruto sektor perdagangan, hotel dan restoran. Turunnya sub sektor perdangangan disebabkan karena krisis ekonomi yang terjadi telah
memberikan pengaruh terhadap turunnya volume kegiatan perdagangan. Turunnya volume kegiatan perdagangan antara lain ditunjukkan oleh turunnya
nilai perdagangan Internasional DKI Jakarta, terutama nilai import DKI Jakarta yang turun drastis sekitar 46.7 persen BPS DKI Jakarta,2002.
Menurut Badan Pusat Statistik, 1999 bahwa selama delapan tahun terakhir struktur perekonomian Provinsi DKI Jakarta didominasi oleh dua sektor
yang terdiri dari sektor sekunder pengolah dan sektor tersier. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi yang kecil terhadap produk domestik regional bruto
provinsi DKI Jakarta adalah sektor listrik gas dan air bersih dan sektor primer. Khusus untuk sektor primer selain sumbangannya kecil, persentase
sumbangannya pun cendrung menurun sedangkan sektor tersier sumbangannya cendrung menaik dan memberikan kontribusi yang besar terhadap produk
domestik regional bruto Jakarta Tabel 5 . Dari Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa selama delapan tahun terakhir
struktur perekonomian DKI Jakarta didominasi oleh dua sektor, yaitu: 1 sektor
sekunder, 2 Sektor tersier. Sedangkan sektor yang kecil sumbanganya terhadap PDRB adalah sektor primer. Khusus sektor primer, selain
sumbanganya kecil, persentase sumbangannya pun cendrung menurun. Di antara sektor-sektor yang besar sumbangannya terhadap produk domestik
regional bruto, sumbangan sektor industri pengolahan mengalami penurunan setelah terjadinya krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh besarnya penurunan
produk domestik regional bruto sektor tersebut, jauh lebih besar dari penurunan produk domestik regional bruto DKI Jakarta. Sedangkan sektor tersier
mengalami kenaikan karena penurunan PDRB kedua sektor tersebut masih lebih kecil dari penurunan PDRB DKI Jakarta.
Tabel 5. Struktur Ekonomi DKI Jakarta dengan Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, Tahun 1985-2004
persen
Tahun Lapangan usaha
Perta nian
Industr i
Listri gas dan
air Baguna
n Perdaganag
a Pengangk
utan Keuang
an Jasa PDB
1985 0.16
18.12 0.23 12.54 19.34
7.12 19.23 7.12 100 1986
0.17 18.33 0.56 12.43
18.34 7.23 20.57 7.23 100
1987 0.18
19.45 0.57 12.54 20.13
7.34 20.32 7.86 100 1988
0.18 19.86 0.56 12.34
20.32 7.54 20.56 8.45 100
1990 0.20
19.45 1.34 13.43 21.12
7.98 20.45 7.34 100 1991
0.17 20.45 0.89 13.87
21.21 8.90 20.68 9.56 100
1992 0.19
19.12 1.23 13.89 21.87
7.90 20.98 8.34 100 1993
0.18 20.57 1.04 13.34
21.65 8.98 21.12 8.56 100
1994 0.19
20.89 1.23 14.23 21.53
7.89 21.43 8.86 100 1995
0.20 21.21 1.66 14.48
22.53 8.41 21.97 9.52 100
1996 0.18
21.04 1.62 15.32 22.74
8.49 21.68 8.94 100 1997
0.18 21.16 1.74 15.35
22.90 8.64 21.50 8.53 100
1998 0.18
21.04 1.92 11.48 23.47
9.22 23.55 9.13 100 1999
0.20 21.66 2.03 11.19
23.68 9.81 22.17 9.25 100
2000 0.19
21.64 2.06 10.88 23.81
10.16 22.13 9.13 100 2001
0.23 21.68 2.15 10.99
24.12 10.23 22.23 9.34 100
2002 0.44
21.89 2.30 11.34 24.65
10.65 22.45 9.45 100 2003
0.45 22.12 2.35 11.56
24.65 10.34 22.60 9.65 100
2004 0.55
22.89 3.12 11.60 24.75
10.23 22.78 9.85 100 Sumber: BPS 2005
2.3. Kebijakan Pemerintah di Pasar Tenaga kerja