kenaikan tingkat upah juga berarti harga waktu menjadi lebih mahal. Nilai waktu yang lebih tinggi mendorong keluarga mensubstitusikan waktu senggangnya
untuk lebih banyak bekerja menambah konsumsi barang. Penambahan waktu bekerja tersebut dinamakan substitution effect dari kenaikan tingkat upah
Simanjuntak,1998.
3.2.2. Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja juga merupakan suatu hubungan antara harga dan kuantitas. Akan tetapi permintaan pengusahan atas tenaga kerja berlainan
dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Konsumen membeli barang karena barang itu akan memberikan kegunaan baginya. Akan tetapi bagi
pengusaha, memperkerjakan seseorang karena membantu produksi barang dan jasa untuk dijual kepada konsumen.
Borjas 1996, teori permintaan tenaga kerja dapat dipelajari melalui fungsi produksi dari suatu perusahaan. Fungsi produksi menggambarkan jumlah
teknologi yang digunakan oleh perusahaan untuk menjalankan proses produksinya. Misalnya, perusahaan mempergunakan dua input untuk proses
produksi yaitu: L jumlah jam kerja jumlah tenaga kerja dan K adalah jumlah tanah, mesin dan input fisik lainya. Maka fungsi produksinya dapat ditulis sebagai
berikut: q = fL,K............................................................................................ 5
dimana: q = jumlah unit yang diproduksi output perusahaan
fungsi produksi menggambarkan berapa banyak produksi yang dihasilkan dengan kombinasi tenaga kerja dan modal.
Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang itu
memberikan utility kepada pembeli. Akan tetapi pengusaha memperkerjakan seseorang karena seseorang itu membantu memperoduksi barang dan jasa
untuk dijual kepada konsumen. Pertambahan permintaan terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang
diproduksinya. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand.
Adapun hubungan yang penting dengan fungsi produksi perusahaan adalah marginal product of labor MP
L
yang didefinisikan sebagai jumlah output tambahan yang didapatkan dari satu unit tenaga kerja tambahan, dengan
mepertahankan jumlah modal tetap maka dapat dituliskan sebagai berikut: MP
L
=
k
L q
Δ Δ
.............................................................................................. 6 Marginal product of capital dapat didefinisikan sebagai perubahan output dari
tambahan 1 unit modal, input lain dianggap konstan maka: MP
K
=
L
K q
Δ Δ
…...........................................................................................7 diasumsikan bahwa marginal product of labor kerja dan modal adalah positif, jadi
penambahan input akan meningkatkan output. Selanjutnya untuk menganalisis jumlah permintaan tenaga kerja,
diasumsikan bahwa perusahaan akan memaksimumkan keuntungan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
p q w L r K
π = × − × − ×
.......................................................................... 8 di mana:
p = harga output w = tingkat upah
r = harga kapital
diasumsikan bahwa perusahaan adalah kompetitif sempurna didalam pasar output dan pasar input. Harga output p dipengaruhi oleh berapa banyak output
yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan. Sedangkan harga input dipengaruhi oleh berapa banyak tenaga kerja dan kapital yang dimiliki. Jadi harga input w dan
r adalah konstan. Jika fungsi produksi disubsitusikan kedalam persamaan maksimisasi keuntungan, maka akan diperoleh sebagai berikut:
, p
f L K w L r K
π = × − × − ×
…………………………………………… 9 Karena harga output dan harga input konstan, maka persamaan diatas dapat
menggambarkan bagaimana perusahaan memutuskan untuk menambah satu satuan tenaga kerja dengan memperhitungkan berapa banyak tenaga kerja yang
dapat digunakan. Dalam jangka pendek, bila kapital adalah konstan maka keuntungan
perusahaan dapat diukur yaitu dengan menentukan berapa banyak output yang ditambahkan oleh pekerja dengan melihat kurva marginal produtc. Untuk
menghitung berapa banyak output yang dihasilkan oleh pekerja maka marginal product tenaga kerja dikalikan dengan unit harga p ini yang disebut dengan value
marginal product of labor VMPL sebagai brikut: VMP
L
= p x MP
L
………………………………………………………… 10 Perusahaan akan menghitung jumlah uang yang diterima dengan
tambahan hasil tersebut maka jumlah uang yang diterima ini disebut marginal revenue MR. Jadi nilai MR sama dengan nilai dari MP
L
, yaitu besarnya MP
L
dikalikan dengan unit harga p , sehinga dapat diperoleh: MR = VMP
L
= MP
L
x p…………………………………………………… 11 Kemudian pengusaha akan membandingkan MR tersebut dengan biaya
memperkerjakan tambahan seorang pekerja. Maka jumlah biaya yang dikeluarkan pengusaha sehubungan dengan memperkerjakan tambahan seorang
pekerja adalah upahnya sendiri w dan dinamakan biaya marjinal atau marginal cost MC. Bila tambahan penerimaan marjinal revenue MR lebih besar dari
pada biaya memperkerjakan orang yang menghasilkannya W, maka memperkerjakan tambahan orang tersebut akan menambah keuntungan
pengusaha. Dengan kata lain dalam rangka menambah keuntungan, pengusaha akan terus menambah jumlah karyawan selama MR lebih besar dari W.
Penentuan permintaan tenaga kerja dapat diturunkan dari fungsi produksi yang merupakan fungsi tenaga kerja L dan modal K. Bila diasumsikan bahwa
pengusaha memiliki dana tidak terbatas, menghadapi pasar persaingan sempurna, dan harga bersifat positif, maka faktor produksi akan mengalami
deliminiting tahap produksi seperti pada Gambar 3. TP,AP dan MP
TP=fLK I II III
e 1 Max MP
L
0 e 1 e 0 Max AP
L
AP
L
MP
L
LK Gambar 3: Hubungan antara Produksi Total, Produksi Rata-rata dan Produksi
Marginal dari Penggunaan Tenaga Kerja.
Sumber: Debertin 1986
Keterangan: MP
L
= produksi marjinal dari penggunaan tenaga kerja AP
L
= produksi rata-rata dari penggunaan tenaga kerja TP = produksi total
e = elastisitas produksi
Gambar 3 tersebut dapat dijelaskan bahwa daerah produksi dibagi tiga tahap yaitu:
1. Tahap I adalah daerah AP
L
menaik e1. 2. Tahap II adalah daerah P
L
mulai menurun dan MP
L
masih positif 0e1. 3. Tahap III adalah daerah MP
L
negatif e0. Tahap II disebut dengan tahap produksi ekonomis atau daerah rasional
karena pada wilayah tersebut keuntungan yang diperoleh perusahaan maksimal dan produk meningkat untuk setiap penambahan input tenaga kerja. Meskipun
pada tahap I ini berlaku hukum hasil produksi yang semakin menurun the law of diminishing returns. Hal tersebut terjadi karena satu unit modal tetap, harus
dilayani oleh jumlah tenaga kerja yang semakin besar, sehingga produktifitas pertenaga kerja menurun. Tahap I dan III juga disebut sebagai daerah irrasional.
Pada tahap I, disebut daerah irrasional, karena setiap penambahan input akan mengakibatkan keuntungan produk yang dihasilkan terus menurun. Bila
diasumsikan pengusaha adalah seorang yang rasional maka dia akan berproduksi pada wilayah AP
L
mulai menurun dan MP
L
masih positif, sehingga kurva produksi marjinal sering digambarkan seperti Gambar 4.
Gambar 4 menunjukan bahwa semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin sedikit produksi marginal yang diciptakan oleh setiap
tambahan pekerja, dengan asumsi bahwa faktor produksi lain jumlahnya tetap. Pekerja ke L
dapat menghasilkan produksi tambahan sebanyak MP sedangkan
pekerja ke-L
1
hanya dapat menghasilkan produksi tambahan sebanyak MP
1
. Terlihat bahwa MP
MP
1
, ini disebabkan karena L
1
L , sehingga
perbandingan alat-alat produksi untuk setiap pekerja menjadi lebih kecil dan tambahan hasil marjinal juga menjadi lebih kecil pula. Inilah yang dinamakan
hukum diminishing returns dan dilukiskan dengan kurva D
L
dalam Gambar 4b.
Produksi tambahan pekerja Tingkat Upah D
L
= VMP
L
MP W
B
MP
A
W
A
A MP
1
MP
L
W
1
C L
L
A
L
1
Tenaga Kerja
L L
A
L
1
a Produksi Marginal Pekerja b Permintaan Tenaga Kerja Gambar 4. Menentukan Kurva Permintaan Tenaga Kerja
Sumber : Modifikasi Sadono 2004 Kurva D
L
pada Gambar 4b melukiskan besarnya nilai hasil marjinal tenaga kerja value marginal product of labor VMP
L
untuk setiap penggunaan tenaga kerja. Dengan kata lain menggambarkan hubunggan antara tingkat upah W dan
penggunaan tenaga kerja yang ditunjukan oleh titik-titik A, B, dan C. Dengan menarik garis melalui titik-titik tersebut diperoleh kurva permintaan tenaga kerja.
Misalkan jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak L
,
maka nilai hasil kerja orang ke-L
sama dengan MP
L0
. P = W pada titik B. Apabilah W
A
adalah tingkat upah yang sedang berlaku maka nilai W
o
lebih besar dari pada W
A
, sehingga laba pengusaha dapat terus menambah dengan penambahan tenaga kerja baru.
Pengusaha dapat terus menambah laba dengan mempekerjakan orang hingga sejumlah L
A
, karena pada saat ini pengusaha akan mencapai laba maksimum, dimana MP
LA
. P = W
A
yakni pada titik A. Penambahan tenaga kerja yang lebih besar dari L
A
, misalnya sebesar L
1
akan mengurangi keuntungan pengusaha, karena nilai marjinal yang diperoleh hanya sebesar MP
L1
. P = W
1
yakni pada titik C. Dan karena W
1
W
2
maka pengusaha cendrung untuk menghindari
penggunaan jumlah karyawan yang lebih besar dari L
A
, apabila pengusaha mengunakan tenaga kerja sebanyak L
A
. 3.2.3. Keseimbangan di Pasar Tenaga Kerja
Keseimbangan pasar tenaga kerja merupakan suatu posisi tertentu yang terbentuk oleh adanya interaksi permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga
kerja Gambar 5. Tingkat Upah
W S
L
C D CD = kelebihan penawaran tenaga kerja W
1
AB = kelebihan permintaan tenaga kerja W
E W
2
A B D
L
L
D1
L
S2
L L
D2
L
S1
L Jumlah Tenaga Kerja
Gambar 5. Keseimbangan di Pasar Tenaga Kerja
Sumber : Sukirno 2006
Bellanta dan Jakson, 1990 menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja secara bersama-sama menentukan tingkat upah,
keseimbangan dan suatu penggunaan tenaga kerja. Hal yang serupa dikemukakan Todaro 1999, bahwa dalam pasar persaingan sempurna perfect
competition dengan produsen dan konsumen ”atomistik” yakni tidak ada satupun produsen dan konsumen yang mempunyai pengaruh atau kekuatan
yang cukup besar untuk mendikte harga-harga input maupun output produksi, maka tingkat penyerapan tenaga kerja level of employment dan harganya
ditentukan secara bersamaan oleh segenap harga ouput dan faktor-faktor produksi dalam suatu perekonomian melalui perimbangan permintaan tenaga
kerja dan penawaran tenaga kerja. Maka dapat disimpulkan sifat permintaan tenaga kerja dan penawaran
tenaga kerja dalam perekonomian sebagai berikut: 1. Semakin tinggi tingkat upah, maka semakin rendah permintaan atas tenaga
kerja. 2. Semakin tinggi tingkat upah, maka semakin banyak tenaga kerja yang
ditawarkan. Pada Gambar 5, kurva D
L
menggambarkan permintaan tenaga kerja dalam perekonomian. Kurva diatas merupakan jumlah dari semua permintaan buruh
oleh perusahaan yang ada dalam perekonomian. Kurva S
D
mengambarkan penawaran tenaga kerja dalam perekonomian dan dibentuk dengan
menjumlahkan penawaran tenaga kerja dari semua pekerja dalam perekonomian. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan tercapai apabila
permintaan tenaga kerja di pasar adalah sama dengan penawaran tenaga kerja. Keadaan ini dicapai pada E
, yaitu pada tingkat upah W dan tingkat kesempatan
kerja L . Keseimbangan ini dapat dibuktikan dengan melihat keadaan yang akan
berlaku pada tingkat upah yang lain, misalnya pada W
1
atau W
2
. Apabilah tingkat upah adalah W
1
akan berlaku kelebihan penawaran tenaga kerja. Menurut para ahli ekonomi klasik bahwa pengangguran akan
mengakibatkan kemerosotan tingkat upah. Kemerosotan tingkat upah akan menambah permintaan tenaga kerja dan mengurangi penawaran tenaga kerja.
Proses penyesuaian ini hanya akan berhenti apabilah permintaan dan penawaran tenaga kerja mencapai keseimbangan yaitu di titik E
. Penyesuaian yang sebaliknya akan berlaku apabila upah terlalu rendah. Keadaan ini akan
menyebabkan kenaikan upah, yang seterusnya menyebabkan penawaran tenaga
kerja bertambah dan permintaan tenaga kerja berkurang, yang pada akhirnya permintaan dan penawaraan tenaga kerja akan mencapai keseimbangan pada
titik E Sukirno,1998.
3.3. Angkatan Kerja dan Pengangguran