Perumusan Masalah Penelitian Terhadap Tingkat Tenaga Kerja di Pemerintah DKI

Kedua, persentase tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian akan semakin kecil, dan ketiga peningkatan produksi disemua bidang akan menjadi lebih bersifat industri. Hal ini juga terjadi di provinsi DKI Jakarta, jumlah penduduk DKI Jakarta bertambah dari 8 256 165 orang pada tahun 1995 menjadi 8 566 300 orang pada tahun 2003, maka laju pertumbuhan penduduk Jakarta sebesar 1.68 persen pertahun. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, tenaga kerja dan angkatan kerja juga mengalami peningkatan. Tenaga kerja bertambah dari 4 857 861 orang pada tahun 1995 menjadi 5 052 847 orang pada tahun 2002. Angkatan kerja juga mengalami peningkatan dari 3 663 731 orang pada tahun 1995 menjadi 4 070 736 orang pada tahun 1997. dengan demikian jelas bahwa semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar pula tenaga kerja dan angkatan kerja. Oleh karena itu penelitian, di rasa perlu untuk melihat seberapa besar dampak kebijakan ekonomi terhadap pasar kerja, investasi dan pendapatan sektor tersier di Provinsi DKI Jakarta.

1.2 Perumusan Masalah

Lahirnya UU No 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, dan PP No.25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan provinsi sebagai daerah otonomi, membawa implikasi kepada perubahan struktur pembangunan. Bila sebelum pembangunan sangat bersifat sentralistik top down, dengan peraturan baru ini pembangunan dilaksanakan secara terdesentralisasi bottom up yang mengandalkan sumberdaya lokal. Hal tersebut berarti bahwa pembangunan ekonomi nasional akan terjadi pada setiap daerah dan perekonomian daerah. Menurut Rasyid 2000, dengan lahirnya UU tentang otonomi daerah, menjadi modal bagi pemerintah untuk melakukan upaya pembangunan daerah yang berorintasi untuk kepentingan daerah. Dengan demikian akan memberi peluang bagi pemerintah daerah untuk mendorong investasi di berbagai sektor, yang akan berimplikasi pada peningkatan pertumbuhan sektor tersebut. DKI Jakarta memiliki potensi sumberdaya yang cukup memadai, baik potensi sumberdaya di sektor sekunder maupun di sektor tersier, yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja pada sektor tersebut. Pada tahap awal pertumbuhan tenaga kerja di DKI Jakarta lebih banyak terserap di sektor primer, namun dengan proses industrialisasi terlihat terjadi perpindahan tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder dan kemudian dari sektor sekunder ke sektor tersier. Ketidakseimbangan penyerapan tenaga kerja antar sektor ini, mengakibatkan tingkat pendapatan masyarakat masih tetap rendah. Masalah ketenagakerjaan di provinsi DKI Jakarta cukup serius dan penting untuk dicari penyelesaianya, mengingat jumlah angkatan kerja di provinsi DKI Jakarta dari tahun ketahun mengalami peningkatan, sebagai akibat pertambah penduduk sementara kesempatan kerja yang tersediah terbatas. Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengharuskan pemerintah DKI Jakarta untuk menyediakan dan memperluas lapangan kerja yang diperuntukkan bagi angkatan kerja tersebut. Sumbangan sektor tersier terhadap produk domestik regional bruto DKI Jakarta. Pada tahun 1997 sumbangan sektor tersier terhadap produk domestik regional bruto propinsi DKI Jakarta sebesar 61.43 persen, dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2004 menjadi 68.75 persen Tabel 1. Dari Tabel 1 dijelaskan bahwa kontribusi sektor tersier selalu diatas 60 persen. Ini menunjukkan bahwa sektor tersier menjadi sektor yang memberikan pengaruh terhadap pertubuhan perekonomian di Provinsi DKI Jakarta. Tingginya kontribusi sektor tersier terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Jakarta sejalan dengan tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja disektor ini. Persentasenya tingkat penyerapan tenaga kerja lebih besar dari persentase produk domestik regional bruto sektor primer dan sekunder. Tabel 1. Kontribusi Sektor Primer, Sekunder dan Tersier terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi DKI Jakarta, Tahun 1985 – 2004 persen Tahun Sektor Jumlah Primer Sekunder Tersier 1985 0.18 35.23 59.45 100 1986 0.17 34.55 60.12 100 1987 0.19 34.87 61.43 100 1988 0.19 35.21 61.54 100 1989 0.17 35.34 61.11 100 1990 0.18 35.88 62.11 100 1991 0.19 36.23 62.11 100 1992 0.19 36.45 62.44 100 1993 0.20 36.78 61.56 100 1994 0.20 37.22 62.45 100 1995 0.20 37.35 62.43 100 1996 0.18 37.98 61.84 100 1997 0.18 38.25 61.57 100 1998 0.18 34.44 65.37 100 1999 0.20 34.88 64.91 100 2000 0.19 34.58 65.23 100 2001 0.23 34.82 65.92 100 2002 0.44 35.53 67.20 100 2003 0.45 35.66 66.30 100 2004 0.55 35.90 68.75 100 Sumber : BPS 2005 Pada tahun 1985 hingga tahun 2004, tingkat penyerapan tenaga kerja sektor tersier lebih dari 60 persen dari angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta Tabel 2. Dari Tabel 2 diatas terlihat bahwa tenaga kerja yang bekerja di Jakarta di dominasi oleh sektor tersier. Jumlah yang bekerja dari sektor tersier di Provinsi DKI Jakarta selalu bertambah, sala satu faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat yang bekerja di sub sektor tersier adalah tingkat penyerapan tenaga kerja di dominasi oleh sektor tersier. Hal ini terlihat dari tingkat yang bekerja di sektor tersier sekita di atas 70 persen, karena di samping lapangan kerja formal di ketiga kegiatan tersebut cukup banyak. Angkatan kerja baru yang terserap sebagian besar di serap di sektor tersier. Tabel 2. Komposisi Penduduk Provinsi DKI Jakarta yang Bekerja Menurut Sektor Utama, Tahun 1985 – 2004 persen Tahun Sektor Jumlah Primer Sekunder Tersier 1985 0.18 35.23 53.14 100 1986 0.17 34.55 54.14 100 1987 0.19 34.87 55.15 100 1988 0.19 35.21 56.78 100 1989 0.17 35.34 56.45 100 1990 1.60 27.50 70.80 100 1991 0.19 35.25 68.52 100 1992 0.19 36.45 58.89 100 1993 1.83 24.30 73.42 100 1994 2.32 23.94 73.21 100 1995 2.09 23.54 73.31 100 1996 1.98 23.60 73.42 100 1997 0.20 24.20 75.60 100 1998 0.90 21.60 77.00 100 1999 0.70 21.50 77.80 100 2000 0.20 24.80 75.00 100 2001 0.80 25.00 74.40 100 2002 0.62 24.21 75.17 100 2003 0.81 12.15 75.04 100 2004 0.55 35.90 68.75 100 Sumber : BPS 2005 Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja sektor tersier tinggi adalah tingkat upah, walapun secara rata-rata tingkat upah disektor tersier lebih rendah dari sektor sekunder maupun primer Tabel 3. Dari Tabel 3 dijelaskan bahwa upah sektor tersier lebih rendah dari sektor sekunder. Hal ini akan menjadi insentif bagi para investor untuk berinvestasi di sektor tersier. Upah disektor tersier tahun 1985 sebesar Rp 82 790 dan tahun 2004 sebesar Rp 1 240 557. Relatif rendahnya upah disektor tersier tidak terlepas dari produktivitas kerja sektor tersier. Produktivitas yang dicerminkan dari peran sektor tersier terhadap PDRB Provinsi DKI menunjukkan bahwa produktivitas sektor tersier lebih rendah dari sektor sekunder. Dengan 53.14 persen penduduk yang bekerja di sektor tersier pada tahun 1985, akan tetapi hanya menyumbang sebesar 63.45 persen terhadap total PDRB. Sedangkan sektor sekunder, dengan 35.23 persen pekerja dari total pekerja di DKI Jakarta tahun 1985 mampu menyumbang PDRB DKI Jakarta tahun 1985 sebesar 37.35 persen terhadap total PDRB DKI. Jakarta Tabel 3. Tingkat Upah Sektor Primer, Sekunder, dan Tersier di Provinsi DKI Jakarta, Tahun 1985 -2004 Rupiah Tahun Sektor Primer Sekunder Tersier 1985 204 555 93 454 82 790 1986 215 454 95 545 84 936 1987 223 545 98 545 94 611 1988 235 488 134 554 123 564 1989 248 791 184 556 151 725 1990 252 164 198 899 169 916 1991 317 767 204 545 220 742 1992 354 369 220 878 243 118 1993 367 865 258 445 344 907 1994 374 562 307 651 302 217 1995 567 646 345 662 348 180 1996 695 500 364 782 372 860 1997 658 750 421 941 415 925 1998 643 136 460 781 508 210 1999 601 958 475 998 531 573 2000 608 466 498 655 612 470 2001 608 769 645 845 821 769 2002 615 401 891 442 987 417 2003 665 467 924 556 1 118 449 2004 787 908 1 025 484 1 240 557 Sumber : BPS 2005 Dengan semakin banyaknya permasalahan ketenagakerjaan di DKI Jakarta, baik dari pihak pengusaha maupun karyawan, maka dirasa perlu bagi pemerintah untuk membuat kebijakan upah minimum regional Jakarta. Dengan kebijakan ini, diharapkan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi DKI Jakarta dapat terjaga. Dari perumusan masalah diatas, maka dalam penelitian ini akan di identifikasi, dianalisis dan dicari jawabannya terkait dengan: 1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pasar kerja, investasi dan pendapatan sektor tersier di Provinsi DKI Jakarta? 2. Bagaimana peramalan dampak kebijakan pemerintah terhadap pasar kerja, investasi dan pendapatan sektor tersier di Provinsi DKI Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Dokumen yang terkait

Tingkat Upah dan Produktivitas Tenaga Kerja Propinsi DKI Jakarta

0 10 195

Penelitian Terhadap Tingkat Tenaga Kerja di Pemerintah DKI

0 13 203

Identifikasi dan Peran Sektor Ungggulan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi DKI Jakarta

2 12 93

DAMPAK TINGKAT PENDIDIKAN TENAGA KERJA DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LABUHANBATU.

1 3 12

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN TINGKAT PENDIDIKAN Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Tenaga Kerja, dan Tingkat Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surakarta Tahun 1991 – 2013.

1 4 17

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN TINGKAT PENDIDIKAN Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Tenaga Kerja, dan Tingkat Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surakarta Tahun 1991 – 2013.

0 0 13

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, TENAGA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk,Tenaga Kerja,Tingkat Pendidikan Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Grobogan Tahun 1990-201

0 2 16

METODE PENELITIAN PENGARUH TINGKAT ABSENSI KERJA DAN PENGELUARAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PERUSAHAAN FURNITURE CV. ERA DI SURAKARTA.

1 6 20

ANALISIS PENGARUH TENAGA KERJA, TINGKAT PENDIDIKANDAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP Analisis Pengaruh Tenaga Kerja,Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Rembang.

0 1 15

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Tenaga Kerja,Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Rembang.

0 1 13