1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pasar kerja, investasi dan pendapatan sektor tersier di Provinsi DKI Jakarta?
2. Bagaimana peramalan dampak kebijakan pemerintah terhadap pasar kerja, investasi dan pendapatan sektor tersier di Provinsi DKI Jakarta?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kebijakan ekonomi terhadap pasar kerja, investasi dan pendapatan sektor tersier di
Provinsi DKI Jakarta. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pasar kerja, investasi dan
pendapatan sektor tersier 2. Meramal dampak kebijakan ekonomi terhadap pasar kerja, investasi dan
pendapatan sektor tersier di Provinsi DKI Jakarta tahun 2007 – 2010.
1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis
dampak kebijakan ekonomi terhadap pasar kerja, investasi dan pendapatan sektor tersier di Provinsi DKI Jakarta. Secara khusus penelitian ini menganalisis
angkatan kerja Jakarta, penyerapan tenaga kerja, upah sektor tersier, upah minimal regional Jakarta, investasi dan pendapatan sektor tersier, yang
merupakan perbedaan utama dari penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah masalah tenaga kerja yang dianalisis
hanya mencakup sektor tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, angkutan, perbankkan serta jasa. Penelitian dilakukan di Provinsi DKI Jakarta karena
Jakarta memiliki daya serap yang tinggi terhadap pasar kerja disektor tersier serta memiliki tingkat migrasi yang tinggi.
1.5. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah DKI Jakarta mengenai keadaan pasar kerja, tingkat investasi dan Produk
Domestik Regional Bruto Provinsi DKI Jakarta pada sektor tersier. Sehingga dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan untuk menyusun kebijakan-
kebijakan di bidang ketenagakerjaan.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peranan Sektor Tersier dalam Perekonomian Indonesia.
Pembangunan perekonomian sangat erat kaitannya dengan pembangunan sektor tersier yang andal. Sektor tersier terdiri dari empat sektor, yaitu sektor
perdagangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, dan sektor persewaan, jasa perusahan dan lainnya. Keempat sektor ini memegang
peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Sub sektor perdagangan merupakan jembatan penghubung antara produsen dan konsumen
sedangkan pendistribusian hasil produksi tidak lepas dari peranan sektor pengangkutan. Sub sektor keuangan sangat dibutuhkan dalam pemodalan dunia
usaha sementara sub sektor jasa lainya juga tidak dapat diabaikan peranannya dalam menciptakan perekonomian yang sehat.
Peranan sektor tersier terhadap Produk Domestik Regional Bruto pada tahun 2004 sebesar 41.25 persen. Ini berarti lebih tinggi dari tahun 2003 yang
hanya sebesar 41.97 terhadap Produk Domestik Bruto. Hal ini terlihat pada tahun 1995 hampir 35.61 persen PDRB disumbang oleh sektor tersier, kontribusi
sektor tersier terus meningkat menjadi 42.65 persen pada tahun 2002 Tabel 4. Dari Tabel 4 ditunjukan bahwa selama periode tahun 1985-2004 diantara
sektor-sektor tersier tersebut, kontribusi sub sektor perdagangan mendominasi nilai tambah, yaitu sekitar 16.12 persen. Sub sektor perdagangan berperan
sebagai penunjang kegiatan ekonomi untuk menghasilkan produk barang dan jasa. Akibat dari krisis ekonomi sub sektor perdagangan juga mengalami dampak
yang sama dengan sektor-sektor yang lain. Hal ini terlihat pada tahun 1998 sektor ini mengalami penurunan menjadi 13.98 persen, akan tetapi hal ini tidak
berlangsung lama pada tahun 2004 sektor ini mengalami peningkatan menjadi 16.21 persen.
Tabel 4. Distribusi Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha,Tahun 1985-2004
persen
Tahu n
Lapangan usaha Pertani
an Pertam
bangan Industri Listri
gas dan air
Baguna na
Perdagan agan
Pengangkut an
Keuang an
Jasa PDB 1985
11.26 5.66 21.45 1.45 3.56 12.45 5.89 4.12
6.53 100
1986 11.24 5.12 21.86 1.02 2.89 12.56
5.78 4.13 6.48
100 1987
11.78 6.23 21.70 1.42 2.98 12.69 5.89 4.23
6.55 100
1988 11.45 6.54 21.45 1.11 3.21 12.89
6.00 4.33 6.12
100 1990
11.23 7.33 22.69 1.20 3.42 13.00 6.12 4.89
7.12 100
1991 11.89 7.21 22.78 1.22 3.58 13.45
6.23 5.12 7.56
100 1992
12.56 7.45 22.45 1.35 3.69 13.50 6.45 5.23
7.99 100
1993 12.45 7.89 22.56 1.45 4.90 13.56
6.58 5.23 7.45
100 1994
13.12 8.95 23.55 1.45 4.89 13.58 6.89 5.78
8.92 100
1995 14.02 9.25 23.88 1.45 4.89 14.52
6.78 5.76 8.55
100 1996
14.08 9.12 24.71 1.45 4.96 14.15 7.11 5.89
8.45 100
1997 14.88 8.90 24.84 1.50 5.45 14.15
7.12 6.45 8.09
100 1998
16.90 9.96 25.30 1.50 5.97 13.98 7.17 7.51
9.09 100
1999 17.21 9.04 26.07 1.01 5.87 15.86
7.05 6.89 9.85
100 2000
16.71 9.41 26.43 1.07 5.98 16.00 7.36 6.88
9.56 100
2001 16.97 9.05 26.87 1.77 6.23 16.34
7.23 7.00 10.2
100 2002
17.31 10.21
27.12 1.78 6.76 16.89 7.09 7.78
10.8 100
2003 17.31
10.33 27.14 1.79 6.23 16.10
7.09 7.88 10.9
100 2004
18.21 10.47
27.14 1.69 6.12 16.21 7.06 7.88
11.1 100
Sumber: BPS 2004
Sub sektor jasa merupakan penyumbang kedua terbesar setelah sub sektor perdagangan dengan konstribusi sebesar 9.53 persen pada tahun 1985.
Pada tahun 1996 dan 1997 sektor ini mengalami penurunan sebesar 8.05 persen. Badai krisis moneter yang kemudian menjadi krisis ekonomi yang
melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, masih terlihat dampaknya pada saat ini. Hampir semua sektor ekonomi masih belum dapat berjalan seperti
sedia kala, termasuk sub sektor jasa. Fenomena ini terlihat dari pertumbuhan sektor jasa pada tahun 1998 yang menunjukan pertumbuhan yang membaik
yaitu sebesar 9.69 persen. Secara makro sektor tersier mengalami peningkatan. Ini menandakan bahwa sektor tersier tidak begitu berpengaruh terhadap krisis
ekonomi.
2.2. Peranan Sektor Tersier dalam Perekonomian DKI Jakarta