PEMBAHASAN Carbon Stock Analysis as Landscape Services of Golf Course in JABOPUNJUR

V. PEMBAHASAN

5.1. Estimasi Kondisi Eksisting Potensi Cadangan Karbon 5.1.1. Potensi Cadangan Karbon Rumput Golf Area Permainan Berdasarkan hasil analisis kandungan karbon dengan asumsi luas area yang sama diperoleh bahwa potensi cadangan karbon rumput golf pada area permainan di tiga lokasi padang golf memiliki trend cenderung meningkat dengan berkurangnya ketinggian lokasi penelitian Cibodas Golf Park 1350 m dpl, Bogor Golf Club 230 m dpl, dan the Golf Pantai Indah Kapuk 5 m dpl mulai dari area green, teebox, fairway , dan rough. Perbedaan cadangan karbon pada masing- masing area disebabkan perbedaan ketinggian pangkasan rumput pada masing- masing area tersebut. Rumput golf jenis Bermuda grass maupun Zoysia grass tergolong rumput C4 yang tumbuh lebih adaptif di dataran rendah dibanding dataran tinggi. Hasil penelitian Mehaffey et al. 2005 menunjukkan suhu adalah faktor utama yang mempengaruhi kecepatan tumbuhnya daun pada Poaceae, pada suhu yang lebih tinggi umumnya pertumbuhan daun berlangsung lebih cepat. Sehingga akumulasi biomassa berlangsung lebih cepat di dataran rendah dibandingkan dataran tinggi. Area green merupakan area yang paling rutin dipangkas dan bagian rumput golf yang dipangkas menurun sampai pada area rough. Perbedaan ketinggian pangkasan ini mengakibatkan perbedaan biomassa pada masing-masing area. Hal ini memperkuat pernyataan Holland dan Jenkins 2010 yang menyatakan perbedaan ketinggian pangkasan dan jenis turfgrass mengakibatkan perbedaan produktifitas biomassa. Zhao et al. 2008 menambahkan pada proses regenerasi yang cepat setelah clipping pada rumput, maka akan diikuti oleh penggunaan CO 2 oleh rumput yang lebih cepat sehingga dapat memberikan kontribusi dalam mengurangi akumulasi CO 2 atmosfer dalam upaya mitigasi pemanasan global. Nilai cadangan karbon tertinggi dan berbeda nyata terdapat pada Bogor Golf Club dan the Golf Pantai Indah Kapuk dan diperoleh dari area rough dengan jenis rumput yang sama yaitu Bermuda grass var tifway masing-masing sebesar 3.7 dan 4.8 tonha. Selain disebabkan perbedaan ketinggian pangkasan dan umur turfgrass pada tiga lokasi penelitian, perbedaan cadangan karbon pada ekosistem turfgrass juga karena perbedaan dalam pemeliharaan rumput golf di lapangan seperti intensitas pemupukan dan irigasi Small dan Czimczik, 2010. Cadangan karbon yang berbeda-beda di tiga lokasi penelitian pada area green, teebox, fairway , dan rough juga disebabkan perbedaan kualitas rumput itu sendiri. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Beard 1973 yang menyatakan kualitas turfgrass merupakan hasil penampakan dan potensi hereditas tanaman yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya dan diekspresikan melalui perkembangan internal, proses fisiologis, dan biokimia. Kondisi dan kualitas pertumbuhan rumput seringkali berubah dari tahun ke tahun, tergantung kondisi cuaca musiman dan praktek pengelolaan tanaman rumput Skogley dan Sawyer,1992. 5.1.2. Potensi Cadangan Karbon Pohon di Tiga Lokasi Penelitian Nilai potensi Cadangan karbon ditetapkan 50 dari nilai biomassa Brown, 1997. Dalam penelitian ini hanya dibatasi pada pengukuran karbon di atas permukaan tanah saja terhadap biomassa bahan hidup, sedangkan pengukuran karbon di bawah permukaan tanah tidak dilakukan karena potensi penyerapan karbon terutama oleh akar sangat kecil. Cadangan karbon pohon yang memiliki nilai tertinggi dari ketiga lokasi penelitian dihasilkan oleh pohon pada Bogor Golf Club yaitu sebesar 35.9 tonha diikuti tegakan pada the Golf Pantai Indah Kapuk dan Cibodas Golf Park masing- masing sebesar 23.4 dan 10.3 tonha. Pohon pada Bogor Golf Club memiliki nilai cadangan karbon tertinggi karena usia lapangan golf tersebut paling tua diantara padang golf lainnya. Hal ini juga menyebabkan vegetasi asli yang terdapat di area ini cenderung memiliki DBH yang besar sehingga potensi cadangan karbon juga tinggi. Secara keseluruhan pohon pada kelas DBH 30 cm mempunyai proporsi ± 60 dalam total cadangan karbon tegakan pada tiga lokasi penelitian. Menurut Kusmana et al. 1992 salah satu faktor penting yang menentukan besarnya cadangan karbon pada tegakan adalah diameter tegakan itu sendiri. Sumbangan cadangan karbon terbesar dari pohon di Bogor Golf Club dan the Golf Pantai Indah Kapuk dihasilkan dari tegakan yang berasal dari famili Fabaceae yang berfungsi sebagai peneduh seperti angsana, sengon, flamboyan, dan trembesi Gambar 23 dan 24. Nova et al. 2011 menyatakan bahwa pohon- pohon jenis ini memiliki pertumbuhan diameter batang yang cukup cepat sehingga akumulasi biomassanya berlangsung lebih cepat, hal ini menyebabkan potensi karbon yang terkandung di dalamnya juga tinggi. Sumbangan cadangan karbon tertinggi pada Cibodas Golf Park dihasilkan oleh famili Casuarinaceae seperti cemara gunung dan cemara laut Gambar 22. Kedua jenis ini merupakan tanaman yang mampu beradapatasi baik di dataran tinggi sehingga pertumbuhan fisik tanaman yang meliputi pertambahan diameter batang berlangsung cepat. Akibatnya tegakan dari kedua spesies ini cenderung memiliki DBH yang besar sehingga potensi cadangan karbon yang dimilikinya juga tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas bidang dasar mempunyai koefisien korelasi terhadap cadangan karbon sebesar 0.99. Nilai korelasi yang positif menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara luas bidang dasar dan cadangan karbon pohon. Semakin besar luas bidang dasar suatu pohon akan mempunyai cadangan karbon yang semakin besar juga. Hal ini membuktikan bahwa ukuran diameter pohon merupakan komponen utama yang menentukan besarnya biomasa dan kandungan karbon tanaman di samping jumlah pohon dan jumlah jenis penyusun tegakan pada tiga lokasi penelitian. Korelasi yang signifikan terhadap rataan estimasi cadangan karbon juga ditunjukkan oleh nilai kerapatan tegakan. Kerapatan merupakan gambaran dari jumlah individu tanaman penyusun suatu tegakan sehingga jumlah individu pohon yang menyusun suatu tegakan merupakan parameter lain yang akan mempengaruhi nilai cadangan karbon suatu tegakan. Dalam penelitian didapatkan hasil bahwa kerapatan pohon mempuyai nilai korelasi positif dengan cadangan karbon mengikuti persamaan fungsi power. Hal ini bertentangan dengan teori Adinugroho 2012 yang menyatakan semakin banyak individu penyusun tegakan maka akan mempunyai cadangan karbon yang rendah dan dapat dijelaskan keterkaitannya dengan ruang tumbuh. Akan tetapi perbedaan tersebut dapat dijelaskan oleh belum tercapainya titik optimum kerapatan pohon sehingga cadangan karbon meningkat linier dengan bertambahnya kerapatan pohon. Apabila kerapatan pohon telah mencapai titik optimum maka cadangan karbon akan cenderung konstan bertambah mengikuti berkurangnya kerapatan pohon.

5.1.3. Potensi Cadangan Karbon Total dan Serapan CO₂ dalam Skala

Lanskap Nilai cadangan karbon total yang terdapat pada the Golf Pantai Indah Kapuk memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan Bogor Golf Club maupun Cibodas Golf Park karena perbedaan luasan area yang lebih luas dan didominasi oleh tegakan dengan DBH 40 cm sehingga memiliki potensi biomassa yang besar. Kondisi awal ketiga lokasi penelitian Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, dan the Golf Pantai Indah Kapuk sebelum dibangun padang golf adalah kebun campuran, hutan karet, dan tambak. Studi literatur menunjukkan bahwa cadangan karbon pada kebun campuran sebesar 2 tonha Agus dan Noordwijk, 2010, sedangkan untuk hutan karet sebesar 76 tonha Cesylia, 2009, dan 51.5 tonha untuk rawa tambak Zulkifli et al. 2010. Nilai cadangan karbon total eksisting yaitu sebesar 12.22, 38.31, dan 26.20 tonha untuk Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, dan the Golf Pantai Indah Kapuk Gambar 24. Apabila dibandingkan antara nilai cadangan karbon kondisi eksisting dengan masa lalu pada ketiga lokasi penelitian maka Bogor Golf Club dan the Golf Pantai Indah Kapuk memiliki nilai cadangan karbon yang lebih rendah 50 dibandingkan kondisi sebelum dibangunnya padang golf tersebut. Salah satu strategi untuk meningkatkan nilai cadangan karbon kondisi eksisting adalah dengan melakukan penanaman pohon pada area non permainan yang memiliki nilai cadangan karbon tinggi seperti sengon, petai cina, dan angsana pada kedua padang golf terseut. Penelitian yang telah dilakukan terhadap beberapa jenis pohon secara konsisten menunjukkan bahwa lebih dari 75 biomassa pohon bagian atas berasal dari bagian batang, sedangkan yang terendah adalah pada bunga dan buah Langi, 2007. Besarnya biomassa pada batang berkaitan erat dengan hasil produksi pohon yang didapat melalui proses fotosintesis yang umumnya disimpan pada batang. Kandungan karbon dihitung berdasarkan data DBH dan biomassa pohon. Biomassa bertambah secara linier dengan bertambahnya umur, sehingga peningkatan biomassa akan meningkatkan kandungan karbon. Jenis suatu tanaman juga akan mempengaruhi nilai cadangan karbon pada suatu tegakan, hal ini disebabkan terdapatnya keragaman nilai kerapatan kayu yang dimiliki oleh masing-masing jenis tanaman. Chave et al. 2005 mengemukakan bahwa kerapatan kayu merupakan parameter penting untuk mendapatkan nilai dugaan yang akurat dalam pendugaan biomassa setelah diameter bahkan lebih penting dibandingkan tinggi. Perbedaan nilai total cadangan karbon pada tiga lokasi penelitian disebabkan juga perbedaan komposisi pohon dan nilai kerapatan kayunya. Area Bogor Golf Club dan the Golf Pantai Indah Kapuk didominasi oleh pohon yang bersal dari famili Fabaceae, sedangkan tegakan pada area Cibodas Golf Park didominasi dari famili Casuarinaceae. Adinugroho 2012 menyatakan vegetasi dengan jenis kayu keras dengan nilai kerapatan kayu yang tinggi cenderung memiliki nilai cadangan karbon yang tinggi karena kayu tersusun oleh serat selulosa yang merupakan rangkaian dari rantai karbon. Salah satu faktor yang mempengaruhi serapan CO 2 dari vegetasi adalah umur pohon. Struktur pohon yang terdiri dari pohon-pohon muda mempunyai potensi besar dalam menyerap dan mengurangi kadar karbon dioksida di udara. Hal ini karena pada tegakan yang masih muda proses pertumbuhan terus berlangsung, sehingga fotosintesis dan akumulasi biomassa berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan tegakan yang sudah berumur tua Bismark et al. 2008. 5.2. Keanekeragaman Vegetasi dan Struktur Pohon di Lokasi Penelitian 5.2.1. Keanekaragaman Vegetasi di Lokasi Penelitian Pohon pada areal Cibodas Golf Park didominasi oleh puspa pada tingkat pertumbuhan tiang dan angsana pada tingkat pertumbuhan pohon masing-masing dengan INP 198.39 dan 57.70. Spesies vegetasi pada tingkat pohon memiliki indeks keanekaragaman Shannon yang tertinggi, hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis vegetasi pada tingkat pohon lebih tinggi dibanding tingkat vegetasi lainnya. Spesies puspa Schima wallichi DC. Korth merupakan jenis yang nilai kerapatan dan frekuensinya tertinggi sehingga dapat dianggap sebagai jenis yang rapat serta tersebar luas pada hampir seluruh lokasi penelitian. Hal ini mendukung hasil penelitian Arrijani et al. 2006 yang menyatakan puspa merupakan spesies yang mendominasi pada zona sub Montana 1000-1500 m dpl di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Sebelum dibangun pada tahun 1935, kondisi vegetasi alami pada areal Bogor Golf Club awalnya didominasi oleh hutan karet. Menurut Sundarapandian dan Swamy 2000, indeks nilai penting merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran tentang peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya. Berdasarkan kondisi pengamatan di lapangan, spesies jati merupakan spesies yang mendominasi karena memiliki INP tertinggi pada tingkat pertumbuhan tiang maupun pohon. Kemampuan spesies jati dalam menempati sebagian besar lokasi penelitian menunjukkan bahwa spesies ini memiliki kemampuan beradaptasi dengan kondisi lingkungan pada wilayah penelitian. Selain itu indeks keanekaragaman Shannon menunjukkan keanekaragaman tingkat pertumbuhan pohon lebih tinggi dibandingkan tingkat pertumbuhan tiang dan secara keseluruhan keanekaragaman spesies pada Bogor Golf Club tergolong tinggi H’3. Terlepas dari campur tangan manusia, penyebaran dan perkembangan suatu jenis vegetasi sangatlah dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti iklim dan ketersediaan hara Barbour et al . 1999. Struktur tegakan pada area the Golf Pantai Indah Kapuk didominasi oleh spesies tanaman eksotik yang berasal dari famili Arecaceae. Hal ini karena kondisi iklim Pantai Indah Kapuk yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi sehingga ide awal dari pembangunan padang golf ini adalah menggunakan konsep mediterania dengan berbagai jenis palem. Nilai tertinggi dari indeks nilai penting pada lokasi penelitian ini diperoleh dari spesies trembesi yang banyak ditanam pada areal permainan the Golf Pantai Indah Kapuk sebagai tanaman peneduh. Spesies lain yang memiliki INP tinggi seperti palem Bismarck dan palem kipas banyak terdapat di lokasi karena campur tangan desainer yang menginginkan komposisi vegetasi sedemikian rupa. The Golf Pantai Indah Kapuk cenderung memiliki suhu yang tinggi dengan curah hujan rendah, tetapi secara keseluruhan keanekaragaman jenis tegakan pada The Golf Pantai Indah Kapuk tergolong tinggi ≥ 3. Hal ini bertentangan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gilliam 2007 yang menyatakan dalam kondisi ekstrem, keanekaragaman akan rendah karena hanya terdapat sedikit spesies yang mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut. Odum 1971 menambahkan bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis H’ tumbuhan menunjukkan kemantapan komunitas vegetasi, yaitu semakin tinggi nilai Indeks keanekaragaman jenis H’ suatu komunitas maka semakin stabil kondisi komunitasnya.

5.2.2. Struktur Pohon di Lokasi Penelitian

Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi. Hal ini mengakibatkan vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan . Pertumbuhan diameter dibangun oleh hasil fotosintesis simpanan sehingga dimulai lebih lambat dan lebih lama dibandingkan pertumbuhan tinggi pada pohon Anderson et al 2006. Bentuk struktur tegakan horizontal untuk tegakan pada Cibodas Golf Park menyerupai huruf J terbalik eksponensial negatif, bentuk struktur tegakan seperti ini sering ditemukan pada tegakan hutan tidak seumur atau hutan alam dan berada dalam kondisi yang seimbang Onrizal et al. 2005. Kurva pertumbuhan struktur horizontal pada Cibodas Golf Park berbentuk huruf J terbalik disebabkan oleh komposisi pohon pada lokasi penelitian memiliki kerapatan individuha yang menurun dengan bertambahnya ukuran DBH. Selain itu, hal ini juga berarti bahwa populasi pohon di Cibodas Golf Park terdiri atas campuran seluruh kelas diameter dengan didominasi oleh pohon berdiameter kecil, sehingga dapat menjamin kelangsungan tegakan di masa mendatang Semakin rapat tegakan maka semakin cepat pertumbuhan meninggi dikarenakan persaingan memperoleh cahaya, dan sebaliknya semakin jarang kerapatan tegakan maka semakin cepat pertumbuhan diameter kesamping Sabarnurdin et al. 2004. Struktur pohon pada areal Bogor Golf Club memiliki sebaran yang mendekati normal yang didominasi oleh spesies jati dengan DBH 10-19.9 cm. Davis et al. 2001 menyatakan bahwa hutan dengan pohon yang seumur cenderung mempunyai karakteristik struktur pohon membentuk kurva sebaran normal. Salah satu indikator dalam menelaah struktur pohon dan potensi cadangan karbon adalah basal area atau luas bidang dasar ataupun diameter batang. Luas bidang dasar pohon yang tertinggi pada area Bogor Golf Club diperoleh dari tegakan dengan kelas DBH 40 cm yaitu sebesar 10.13 m 2 ha, hal ini membuktikan kerapatan pohon pada area ini lebih didominasi oleh pohon yang berdiameter besar. Selain luas basal area ditentukan dengan diameter batang, nilai ini juga dipengaruhi oleh umur suatu pohon. Hal ini diperkuat oleh Bakri 2009 yang menyatakan bahwa yang paling berpengaruh dalam menentukan diameter batang adalah jenis dan umur pohon. Kerapatan pohon pada the Golf Pantai Indah Kapuk cenderung meningkat dengan bertambahnya kelas diameter. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada lokasi ini didominasi oleh spesies yang memiliki DBH besar dan memiliki kerapatan tinggi. Sedangkan nilai total luas bidang dasar pada lokasi penelitian sebesar 15.99 m 2 ha dengan nilai tertinggi pada kelas DBH 40 cm, hal ini membuktikan kerapatan pohon pada kelas DBH tersebut merupakan yang tertinggi. Pengetahuan mengenai struktur pohon dapat memberikan informasi mengenai dinamika populasi suatu jenis kelompok mulai dari tingkat pertumbuhan semai, tiang, pancang, pohon, maupun tumbuhan bawah. Pada areal Bogor Golf Club dan the Golf Pantai Indah Kapuk, untuk keseluruhan jenis memiliki bentuk struktur yang tidak mengikuti bentuk umum struktur tegakan hutan alam J terbalik. Sedikitnya jumlah individu pada kelas diameter terkecil 10 cm menyebabkan ketidaksesuaian bentuk umum struktur tersebut. Penelitian Prasetyo 2006 menunjukkan umumnya pada areal bekas penebangan, untuk keseluruhan jenis, individu pada kelas diameter terkecil 10 cm berjumlah sedikit. Hal ini dapat disebabkan karena jenis berdiameter kecil yang masih berumur muda belum dapat beregenerasi secara optimal, sedangkan jenis yang berukuran besar, mendapatkan gangguan, akibat aktivitas penebangan.

VI. SIMPULAN DAN SARAN