Bermudagrass meliputi 10 spesies, termasuk spesies hibrida Cynodon
magennisii . Varietasnya sangat banyak dan beragam misalnya varietas Tifgreen
dan Tifdwarf sangat bagus untuk green, sedangkan Tifway cocok untuk fairway Harjanto, 1995. Ketiga contoh varietas tersebut adalah hasil perkawinan antara
C. dactylon dan C. transvaalensis. Zoysiagrass memiliki beberapa spesies dan
diantaranya banyak digunakan untuk lansekap, termasuk lapangan golf seperti rumput jepang Zoysia japonica dan rumput manila Zoysia matrella.
Spesies-spesies zoysia dibedakan terutama berdasarkan kecepatan pertumbuhan, tekstur dan toleransinya terhadap suhu rendah. Rumput jepang
bertekstur sedang, pertumbuhan lambat, dan toleran terhadap suhu rendah. Varietasnya yang paling banyak ditanam adalah Meyer. Varietas Emerald
merupakan hasil perkawinan antara Z. japonica dengan Z. tenuifolia, memiliki pertumbuhan rapat, berwarna hijau tua dan membentuk hamparan yang indah.
2.3. Pendugaan dan Pengukuran Biomassa serta Karbon
Penghitungan untuk karbon sequestration harus mencakup seluruh gudang karbon yaitu biomassa hidup bagian atas, biomassa hidup bagian bawah,
nekromassa, dan biomassa tanah. Biomassa merupakan jumlah total dari bahan organik hidup yang dinyatakan dalam bobot kering oven ton per unit area. Brown
1997 mengemukakan bagian terbesar gudang karbon carbon pool dalam proyek berbasis hutan adalah dalam biomassa hidup, meliputi komponen bagian
atas dan bagian bawah akar, pohon, palma, tumbuhan herba rumput dan tumbuhan bawah, semak, dan paku-pakuan.
Dalam inventarisasi karbon hutan, terdapat setidaknya ada empat gudang karbon yang diperhitungkan Hairiah et al. 2001. Keempat gudang karbon
tersebut yaitu : biomassa atas permukaan, biomassa bawah permukaan, bahan organik mati dan karbon organik tanah. Biomassa atas permukaan adalah semua
material hidup di atas permukaan. Termasuk bagian dari pool karbon ini yaitu : batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji dan daun dari vegetasi baik dari strata
pohon maupun dari strata tumbuhan bawah di lantai hutan. Biomassa mati meliputi serasah halus, sisa kayu kasar, tanah termasuk
mineral, lapisan organik dan gambut. Biomassa bawah permukaan adalah semua
biomassa dari akar tumbuhan yang hidup. Pengertian akar ini berlaku hingga ukuran diameter tertentu yang ditetapkan. Hal ini dilakukan sebab akar tumbuhan
dengan diameter yang lebih kecil dari ketentuan cenderung sulit untuk dibedakan dengan bahan organik tanah dan serasah Cesylia, 2009.
Bahan organik mati meliputi kayu mati dan serasah. Serasah dinyatakan sebagai semua bahan organik mati dengan diameter yang lebih kecil dari diameter
yang telah ditetapkan dengan berbagai tingkat dekomposisi yang terletak di permukaan tanah Hairiah, 2001. Kayu mati adalah semua bahan organik mati
yang tidak tercakup dalam serasah baik yang masih tegak maupun yang roboh di tanah, akar mati, dan tunggul dengan diameter lebih besar dari diameter yang
telah ditetapkan. Karbon organik tanah mencakup karbon pada tanah mineral dan tanah organik termasuk gambut.
Namun untuk mengukur keseluruhan gudang karbon mengalami banyak kendala dan biaya yang sangat besar serta beberapa komponen gudang karbon
dalam vegetasi memiliki perubahan cadangan karbon sangat kecil sehingga tidak perlu diukur. Cessylia 2009 merekomendasikan gudang karbon utama yang
dapat diperhitungkan untuk kegiatan proyek karbon yakni biomassa di atas permukaan tanah above ground biomass, biomassa di bawah permukaan tanah
below ground biomass, serasah, kayu-kayu mati, dan karbon tanah. Pengukuran biomassa vegetasi dapat memberikan informasi tentang karbon
dalam vegetasi secara keseluruhan, atau jumlah bagian-bagian tertentu seperti kayu yang sudah diekstrasi Langi, 2007. Menurut Sutaryo 2009 metode
pendugaan biomassa diatas permukaan tanah secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Metode pemanenan destruktif a Metode pemanenan individu tanaman, metode ini digunakan pada kerapatan
tanaman individu tumbuhan cukup rendah dan komunitas tumbuhan dengan jumlah yang sedikit. Nilai total biomassa dengan metode ini diperoleh dengan
menjumlahkan biomassa seluruh individu dalam suatu unit area contoh. b Metode pemanenan kuadrat, metode ini mengharuskan menanam semua
individu dalam suatu unit area contoh dan menimbangnya. Nilai total biomassa
diperoleh dengan mengkonversi bobot bahan organik yang dipanen dalam suatu unit area.
c Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar, metode ini biasanya diterapkan pada tegakan yang memiliki ukuran individu seragam.
Nilai total biomassa diperoleh dengan menggandakan nilai berat rata-rata dari pohon contoh yang ditebang dengan jumlah individu pohon dalam suatu unit area
dengan jumlah luas bidang dasar dari semua pohon. 2. Metode pendugaan tidak langsung non-destruktif
a Metode hubungan alometrik, metode ini didasari pada persamaan alometrik dengan mencari korelasi paling baik antara dimensi pohon diameter dan tinggi
dengan biomassanya. Sebelum pembuatan persamaan pohon-pohon yang mewakili sebaran kelas diameter ditebang dan ditimbang. Nilai total biomassa
diperoleh dengan menjumlahkan semua bobot individu pohon dalam suatu unit area.
b Crop meter, metode pendugaan biomassa ini dilakukan dengan cara menggunakan peralatan elektroda listrik. Menurut Marklund dan Schoene 2006
terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk menduga biomassa dari pohon, yakni pertama berdasarkan pendugaan volume kulit sampai batang bebas cabang
yang kemudian diubah menjadi kerapatan biomassa tonha, sedangkan pendekatan kedua secara langsung dengan menggunakan persamaan regresi
biomassa. Pendugaan biomassa pada pendekatan pertama menggunakan persamaan :
Biomassa di atas tanah tonha = VOB x WD x BEF Brown, 1997 dimana VOB = Volume batang bebas cabang dengan kulit m
3
ha WD
= Kerapatan kayu biomassa kering oven ton dibagi volume biomassa inventarisasi m
3
BEF = Perbandingan total biomassa pohon kering oven di atas tanah dengan
biomassa kering oven hasil inventarisasi hutan. Pendugaan biomassa dengan pendekatan kedua menggunakan persamaan :
Biomassa di atas tanah Y = aDb dimana : Y
= biomassa pohon kg D
= diameter setinggi dada 130 cm, serta a dan b merupakan konstanta.
Menurut Ketterings et al. 2001 metode yang paling akurat dalam pengukuran biomassa tegakan di atas permukaan tanah adalah dengan cara
menimbang biomassa pohon secara langsung di lapangan. Tetapi metode tersebut membutuhkan banyak waktu, sangat merusak, dan pada umumnya terbatas pada
area yang sempit serta ukuran pohon yang kecil. Pendugaan biomassa meggunakan metode non-destruktif dengan allometrik
bisa lebih cepat dilaksanakan dan area yang lebih luas bisa dijadikan contoh. Persamaan allometrik sering digunakan pada studi-studi ekologi dan inventarisasi
hutan dalam menduga hubungan antara diameter setinggi dada DBH atau variabel-variabel lain yang mudah diukur dengan volume pohon atau biomassa
pohon. Beberapa ahli mengembangkan pendugaan biomassa hubungan alometrik
dengan membangun hubungan diameter DBH pohon dengan tinggi pohon Hairiah et al. 2001. Menurut Marklund dan Schoene 2006 analisis dimensional
DBH dan tinggi suatu pohon telah terbukti dan mampu menjelaskan lebih dari 95 variasi biomassa pohon.
Lebih lanjut Rahayu et al. 2009 mengemukakan bahwa kandungan biomassa dari hutan berbeda-beda tergantung dari tipe hutan, kesuburan tanah,
tempat tumbuh, dan bagian-bagian biomassa pohon. Pada bagian batang bobotnya lebih besar daripada bobot akar, cabang dan daun, meskipun demikian bagian
tersebut sangat penting dalam inventarisasi hara, dan kandungan hara pada bagian batang cenderung mendominasi semua komponen di dalam hutan.
Pendugaan biomassa juga dapat dilakukan dengan pendekatan volume kayu berdiri mulai dari volume tunggak, batang utama, bebas cabang, cabang beraturan,
dan volume total batang dengan mengalikan volume tiap-tiap bagian ini dengan kerapatan kayu. Model matematik merupakan salah satu jenis model yang banyak
digunakan pada tanaman. Model ini dicirikan oleh persamaan matematik yang terdiri dari peubah dan parameter serta adanya korespondensi fungsi antar
peubah Marklund dan Schoene, 2006. Para ahli ekologi dan kehutanan mengasumsikan bahwa cadangan karbon
dalam pohon diperkirakan 40–50 dari total biomassa, sehingga pendugaan karbon terutama dalam kegiatan pengukuran dan monitoring perdagangan karbon
menggunakan asumsi bahwa 50 dari total biomassa adalah karbon Brown, 1997.
III. METODE PENELITIAN