Carbon Stock Analysis as Landscape Services of Golf Course in JABOPUNJUR

(1)

STEVE MUALIM

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis Cadangan Karbon Sebagai Jasa Lanskap Padang Golf di JABOPUNJUR adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2013

Steve Mualim


(3)

STEVE MUALIM. Carbon Stock Analysis as Landscape Services of Golf Course in JABOPUNJUR. Under supervision of HADI SUSILO ARIFIN and SANDRA ARIFIN AZIZ.

 

Golf courses as man-made landscapes have an important contribution to ecosystem dynamics. Up to now there is still few information of potential carbon stock from golf course vegetation. The presence of vegetations in golf course that able to sequestrate the carbon dioxide were needed for climate change mitigation in order to creating low Carbon as one of the environmental services. This research was conducted at three study sites of golf courses in Jakarta, Bogor, Puncak, and Cianjur (JABOPUNJUR), i.e Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, and the Golf Pantai Indah Kapuk. Those study sites were selected due to the different elevation, Cibodas Golf Park 1330 m above sea level (m asl), Bogor Golf Club 230 m asl, the Golf Pantai Indah Kapuk 3 m asl, respectively. The objectives of this research were: 1) to analyse potential carbon stock in turfgrass, 2) to analyse potential carbon stock of trees and 3) to analyse the structure composition and type of vegetation. There were 42 sampling plot scattered and observed at Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, and the Golf Pantai Indah Kapuk. Carbon stock estimation was calculated by non-destructive sampling method using existing allometric equation. Based on the results turfgrass contributes smaller carbon stock than tree stands on game area, only less than 25 % of the total value from carbon stock in all golf courses. Turfgrass carbon stock increased following by decreasing elevation 7530.26, 9531.36, and 10828.34 kg/ha in Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, and the Golf Pantai Indah Kapuk respectively. On the other side, the highest trees carbon stock was found in Bogor Golf Club 35931.42 kg/ha, following by the Golf Pantai Indah Kapuk 23496.40 kg/ha, and Cibodas Golf Park 10332.97 kg/ha. According to vegetation analysis the level of species diversity was medium at Cibodas Golf Park (H’ = 2.73) and high at Bogor Golf Club (H’ = 4.19), and the Golf Pantai Indah Kapuk (H’ = 3). The difference of carbon stock in turfgrass and trees were strongly influenced by the elevation, age and structure of the trees, as well as basal area of vegetation stands.

Keywords : allometric equation, environmental services, vegetation diversity, turfgrass.


(4)

RINGKASAN

STEVE MUALIM. Analisis Cadangan Karbon Sebagai Jasa Lanskap Padang Golf di JABOPUNJUR. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN dan SANDRA ARIFIN AZIZ.

Padang golf memiliki kontribusi penting untuk dinamika ekosistem dalam lanskap buatan manusia, dan sampai saat ini masih terdapat sedikit informasi mengenai potensi cadangan karbon dari sebuah padang golf. Keberadaan vegetasi yang mampu menyerap karbondioksida dalam lanskap padang golf diperlukan dalam mitigasi perubahan iklim yaitu menciptakan olahraga golf yang rendah karbon serta sebagai salah satu jasa lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada tiga lokasi padang golf daerah Jakarta, Bogor, Puncak, dan Cianjur (JABOPUNJUR) dengan ketinggian lokasi yang berbeda yaitu Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, dan the Golf Pantai Indah Kapuk dengan tujuan: 1) menganalisis potensi cadangan karbon dalam rumput golf area permainan 2) menganalisis potensi cadangan karbon pohon pada area permainan dan non permainan 3) menganalisis komposisi dan jenis vegetasi yang terdapat di padang golf tersebut. Analisis cadangan karbon pohon dilakukan dengan membuat 42 plot pengamatan yang tersebar pada Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, dan the Golf Pantai Indah Kapuk. Pendugaan cadangan karbon dilakukan dengan cara non destruktif sampling dengan menggunaan persamaan alometrik yang sudah ada. Rumput golf pada area permainan memberikan kontribusi cadangan karbon yang lebih kecil dibandingkan tegakan pada area permainan, yaitu hanya sebesar < 25 % dari nilai total cadangan karbon di tiga lokasi penelitian. Analisis cadangan karbon rumput golf di area permainan menunjukkan terjadi peningkatan cadangan karbon diikuti dengan penurunan elevasi lokasi penelitian mulai dari Cibodas Golf Park 1330 m dpl, Bogor Golf Club 230 m dpl, dan the Golf Pantai Indah Kapuk 4 m dpl dengan nilai cadangan karbon masing-masing 7530.26, 9531.36, dan 10828.34 kg/ha. Demikian juga halnya dengan cadangan karbon pohon yang cenderung meningkat dengan menurunnya elevasi lokasi penelitian dengan nilai cadangan karbon tegakan masing-masing 10332.97, 35931.42, dan 23496.40 kg/ha. Hasil analisis keanekaragaman tegakan menunjukkan keragaman spesies pada lokasi penelitian berada pada level sedang di Cibodas Golf Park dengan nilai indeks Shannon (H’ =2.73) dan tinggi (H > 3) pada Bogor Golf Club dan the Golf Pantai Indah Kapuk dengan nilai masing-masing 4.14 dan 3. Terdapat juga beberapa jenis tanaman yang jarang dijumpai dan jenis-jenis tersebut juga mempunyai daya serap karbon yang tinggi sehingga potensial untuk dijadikan pilihan jenis dalam peningkatan cadangan karbon sekaligus upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Perbedaan cadangan karbon pada rumput golf dan pohon tersebut dipengaruhi elevasi, umur dan struktur tegakan, serta luas bidang dasar vegetasi penyusun tegakan.

Kata kunci : jasa lingkungan, keanekaragaman vegetasi, persamaan alometrik, rumput golf.


(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(6)

ANALISIS CADANGAN KARBON SEBAGAI JASA LANSKAP

PADANG GOLF DI JABOPUNJUR

STEVE MUALIM

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(7)

NIM : P052100081

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr


(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Hyang Adi Buddha yang telah memberikan berkatnya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih untuk tesis ini adalah mitigasi perubahan iklim dengan analisis cadangan karbon dengan judul Analisis Cadangan Karbon Sebagai Jasa Lanskap Padang Golf di JABOPUNJUR. Penelitian mengenai aspek cadangan karbon pada padang golf didasarkan pada masih belum terdapatnya kajian cadangan karbon pada padang golf yang telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya.

Penulis menyadari bahwa terlaksananya penelitian hingga penyusunan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. dan Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing saya sejauh ini, dan terus memberikan masukan dan arahan kepada penulis selama ini.

2. Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr. dan Dr. Ir. Hariyadi, M.S. selaku dosen penguji tesis. Penghargaan juga disampaikan pada segenap staf dan dosen program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan atas masukan dan dukungan moril selama ini.

3. Pengelola Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, dan the Golf Pantai Indah Kapuk yang telah memberikan izin penelitian di padang golf tersebut. 4. Orang tua, saudara, dan teman-teman program stdi yang telah memberikan

dukungan dengan semangat persaudaraanya yang begitu kuat.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan ide bagi para pembacanya.

Bogor, Januari 2013


(9)

Penulis dilahirkan di Palembang, pada tanggal 1 Oktober 1988 dari ayah Eddy Mualim dan ibu Alice Lulu. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Xaverius 1 Palembang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SPMB. Penulis memilih Jurusan Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, dan lulus pada tahun 2010. Kesempatan untuk melanjutkan studi ke Program Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh penulis pada tahun 2010 dengan jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Hipotesis ... 3

1.5. Kerangka Pemikiran ... 3

1.6. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Struktur dan Desain Padang Golf ... 5

2.2. Struktur Vegetasi Padang Golf ... 7

2.3. Pendugaan dan Pengukuran Biomassa Serta Karbon ... 10

III. METODOLOGI ... 15

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

3.2. Bahan dan Alat ... 17

3.3. Peubah Pengamatan ... 17

3.3.1. Rumput golf ... 17

3.3.2. Pohon ... 17

3.3.3. Komposisi dan Jenis Vegetasi ... 17

3.4. Metode Penelitian ... 18

3.4.1. Penarikan Contoh Rumput Golf (Destruktif) ... 18

3.4.2. Penentuan Petak Ukur Permanen Pohon ... 18

3.4.3. Analisis Keanekaragaman Vegetasi ... 19

3.5. Prosedur Analisis ... 19

3.5.1. Penentuan Kadar Karbon Rumput Golf ... 19

3.5.1.1. Penentuan Biomassa Rumput Golf ... 19

3.5.1.2. Pengukuran Kadar Air ... 19

3.5.1.3. Penentuan Kadar Zat Terbang ... 20

3.5.1.4. Penentuan Kadar Abu ... 20

3.5.1.5. Penentuan Kadar Karbon ... 21

3.5.2. Analisis Cadangan Karbon Pohon ... 21

3.5.2.1. Penentuan Biomassa Pohon dalam Skala Plot... 21

3.5.2.2. Penentuan Cadangan Karbon dan Serapan CO2 dalam Skala Lanskap ... 22

3.5.3. Analisis Keanekeragaman Vegetasi ... 22


(11)

4.1. Analisis Situasional ... 25

4.1.1. Letak Geografis dan Administratif ... 25

4.1.2. Kondisi Iklim ... 28

4.1.3. Jenis Tanah dan Topografi ... 29

4.2. Potensi Cadangan Karbon Rumput Golf Area Permainan ... 30

4.3. Potensi Cadangan Karbon Pohon di Tiga Lokasi Penelitian ... 32

4.4. Potensi Cadangan Karbon Total dan Serapan CO2 dalam Skala Lanskap ... 36

4.5. Keanekaragaman Vegetasi dan Struktur Tegakan ... 40

4.5.1. Keanekaragaman Vegetasi di Lokasi Penelitian ... 40

4.5.2. Struktur Tegakan di Lokasi Penelitian ... 46

V. PEMBAHASAN ... 53

5.1. Estimasi Kondisi Eksisting Potensi Cadangan Karbon ... 53

5.1.1. Potensi Cadangan Karbon Rumput Golf Area Permainan ... 53

5.1.2. Potensi Cadangan Karbon Pohon di Tiga Lokasi Penelitian ... 54

5.1.3. Estimasi Potensi Cadangan Karbon Total dan Serapan CO2 dalam Skala Lanskap ... 56

5.2. Keanekaragaman dan Struktur Pohon ... 57

5.2.1. Keanekaragaman Vegetasi di Lokasi Penelitian ... 57

5.2.2. Struktur Pohon di Lokasi Penelitian ... 58

VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1. Simpulan ... 61

5.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Persamaan alometrik pendugaan biomassa pohon ... 21

2. Aspek geografis, administratif, dan informasi umum lokasi penelitian ... 25

3. Kondisi iklim lokasi penelitian ... 28

4. Penggunaan jenis rumput, luasan area, dan nilai cadangan karbon pada tiap area permainan di tiga lokasi penelitian ... 31

5. Nilai cadangan karbon pada berbagai kelas DBH di tiga lokasi penelitian ... 32

6. Korelasi antara kerapatan pohon dan luas bidang dasar dengan cadangan karbon di tiga lokasi penelitian ... 36

7. Luas dan persentase luas pada area permainan di tiga lokasi Penelitian ... 37

8. Jenis vegetasi yang ditemukan di Cibodas Golf Park ... 41

9. Jenis vegetasi dengan INP tertinggi di Cibodas Golf Park ... 41

10. Jenis vegetasi yang ditemukan di Bogor Golf Club ... 43

11. Jenis vegetasi dengan INP tertinggi di Bogor Golf Club ... 44

12. Jenis vegetasi yang ditemukan di the Golf Pantai Indah Kapuk ... 45


(13)

Halaman

1. Bagar alir kerangka pemikiran... 4

2. Desain padang golf (sumber: Beelman, 2004) ... 5

3. Desain padang golf 18 holes (sumber: Nurhayati, 2009) ... 7

4. Peta lokasi Cibodas Golf Park (sumber: Google earth) ... 15

5. Peta lokasi Bogor Golf Club (sumber: Google earth) ... 16

6. Peta lokasi the Golf Pantai Indah Kapuk (sumber: Google earth) ... 16

7. Posisi sampling rumput golf ... 18

8. Bentuk plot sampling petak kuadrat ... 19

9. Lanskap water hazard di padang golf Cibodas Golf Park ... 26

10. Lanskap area fairway di padang golf Bogor Golf Club ... 26

11. Lanskap menuju area green di padang golf the Golf Pantai Indah Kapuk……. ... 27

12. Area green (kiri atas), teebox (kanan atas), fairway (kiri bawah), dan rough (kanan bawah) di lokasi penelitian ... 30

13. Potensi cadangan karbon pada rumput golf area permainan di tiga lokasi penelitian ... 31

14. Sebaran cadangan karbon pohon pada berbagai kelas DBH di Cibodas Golf Park ... 33

15. Sebaran cadangan karbon pohon pada berbagai kelas DBH di Bogor Golf Club ... 33

16. Sebaran cadangan karbon pohon pada berbagai kelas DBH di the Golf Pantai Indah Kapuk ... 33

17. Sebaran cadangan karbon pohon berdasarkan famili pada Cibodas Golf Park ... 35

18. Sebaran cadangan karbon pohon berdasarkan famili pada Bogor Golf Club ... 35

19. Sebaran cadangan karbon pohon berdasarkan famili pada the Golf Pantai Indah Kapuk ... 35

20. Hubungan antara kerapatan pohon dan luas bidang dasar dengan cadangan karbon pada tiga lokasi penelitian ... 36

21. Distribusi cadangan karbon total antara rumput golf dan pohon di tiga lokasi penelitian ... 38


(14)

Halaman

22. Total cadangan karbon dan serapan CO2 di tiga lokasi penelitian ... 38

23. Rataan cadangan karbon antara rumput golf dan pohon di tiga Lokasi penelitian ... 39

24. Total rataan cadangan karbon dan serapan CO2 antara rumput golf dan pohon di tiga lokasi penelitian ... 39

25. Beberapa jenis vegetasi yang terdapat di Cibodas Golf Park : cemara laut (kiri atas); kecubung gunung (kanan atas); pakis monyet (kiri bawah) dan angsana (kanan bawah) ... 40

26. Beberapa jenis vegetasi yang terdapat di Bogor Golf Club : resak (kiri atas); sengon (kanan atas); cemara norfolk (kiri bawah) dan petai cina (kanan bawah) ... 42

27. Beberapa jenis vegetasi yang terdapat di the Golf Pantai Indah Kapuk : Palem Bismarck (kiri atas); palem merah (tengah atas); palem kipas (kanan atas); palem segitiga (kiri bawah); sukun (tengah bawah) dan saga (kanan bawah) ... 44

28. Kerapatan dan tinggi pohon di Cibodas Golf Park ... 47

29. Kerapatan dan tinggi pohon di Bogor Golf Club... 47

30. Kerapatan dan tinggi pohon di the Golf Pantai Indah Kapuk ... 47

31. Rataan DBH dan tinggi pohon di Cibodas Golf Park ... 49

32. Rataan DBH dan tinggi pohon di Bogor Golf Club ... 49

33. Rataan DBH dan tinggi pohon di the Golf Pantai Indah Kapuk... 49

34. Kerapatan pohon dan luas bidang dasar di Cibodas Golf Park ... 50

35. Kerapatan pohon dan luas bidang dasar di Bogor Golf Club ... 50

36. Kerapatan pohon dan luas bidang dasar di the Golf Pantai Indah Kapuk... 50


(15)

Halaman

1. Hasil analisis vegetasi di Cibodas Golf Park ... 69 2. Hasil analisis vegetasi di bogor Golf Club ... 70 3. Hasil analisis vegetasi di the Golf Pantai Indah Kapuk ... 71 4. Kadar zat terbang, kadar abu, dan kadar karbon

di rumput golf pada Cibodas Golf Park ... 72 5. Kadar zat terbang, kadar abu, dan kadar karbon

di rumput golf pada Bogor Golf Club... 73 6. Kadar zat terbang, kadar abu, dan kadar karbon

di rumput golf pada the Golf Pantai Indah Kapuk ... 74


(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peran ekosistem daratan khususnya ruang terbuka hijau perkotaan seperti padang golf dalam siklus karbon merupakan topik yang menarik bagi peneliti dan pembuat kebijakan lingkungan. Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disingkat (RTH) adalah area memanjang dan mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (UU no 26, 2007).

Permasalahan terbatasnya RTH terkait erat dengan perubahan penutupan dan penggunaan lahan. Persatuan Golf Indonesia (2011) menyatakan terdapat 53 klub golf yang berada di kawasan Jakarta, Bogor, Puncak, dan Cianjur (JABOPUNJUR). Pembangunan lapangan golf dari tahun ke tahun yang cenderung meningkat mengakibatkan komunitas pencinta golf dikaitkan dengan dampak lingkungan negatif yang timbul dari lapangan golf (Terman, 1997).

Perubahan penutupan dan penggunaan lahan berdampak pada keberadaan vegetasi. Selain dari sisi estetika manfaat ekologis dari keberadaan vegetasi pada tingkat pohon di suatu lanskap yang saat ini menjadi perhatian banyak orang adalah sebagai pengendali iklim terkait dengan penyerapan karbondioksida melalui proses fotosintesis. Pendugaan karbon baik dari sink maupun source yang menghasilkan gas rumah kaca (GRK) merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi emisi akibat dampak lingkungan global. Penurunan gas rumah kaca di atmosfer seperti CO₂ tidak hanya dilakukan dengan menurunkan emisi, tetapi perlu diiringi dengan peningkatan penyerapan GRK (Valenti, 2010).

Peningkatan kadar CO2 yang diyakini memberikan dampak terhadap terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim telah menjadi isu global, salah satu solusi untuk mengurangi dampak ini adalah melakukan penanaman pohon yang mampu menyerap CO2 dan tetap mempertahankan kawasan yang telah tertutupi vegetasi (Ulumuddin et al. 2005).

Padang golf dengan penataan lingkungan sebagai lanskap buatan dan habitat satwa liar dapat juga menjadikan lapangan golf sebagai zona penyangga (buffer)


(17)

antara daerah perkotaan dan pedesaan yang menarik secara visual bagi para pemain golf. Arifin dan Nakagoshi (2011) menambahkan ruang terbuka hijau di perkotaan merupakan lanskap potensial untuk konservasi biodiversitas ketika ditopang oleh jaringan ekologi yang baik.

Pada sektor pertanian manajemen input seperti pemupukan, aplikasi herbisida dan pestisida, serta pengolahan lahan merupakan faktor penting dalam menciptakan karbon sink yang potensial (Pouyat et al. 2009). Hal yang sama berlaku untuk sebuah padang golf dimana pengelolaan turfgrass seperti penggunaan jenis rumput, umur rumput, dan teknik pemangkasan yang baik akan meningkatkan kapasitas penyimpanan karbon pada ekosistem padang golf (Huh et al. 2008).

Terlepas dari berbagai isu lingkungan yang ditimbulkan dengan pembangunan lapangan golf seperti alih fungsi dan perubahan penutupan lahan, maka diperlukan penelitian yang lebih mendalam untuk melihat potensi rumput golf maupun tegakan di lapangan golf sebagai penyerap karbon. Peran vegetasi dalam kaitannya dengan penyerapan karbon merupakan salah satu jasa lingkungan yang potensial untuk dikembangkan untuk mendukung sebuah harmonisasi pembanguan yang berkelanjutan pada lanskap padang golf.

 

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang perlu dicari jawabannya adalah sebagai berikut :

1. Berapa potensi cadangan karbon pada rumput golf yang terdapat di area permainan Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, dan the Golf Pantai Indah Kapuk ?

2. Berapa potensi cadangan karbon pada pohon yang terdapat pada ketiga padang golf tersebut ?

3. Bagaimanakah keanekaragaman dan struktur pohon yang terdapat pada ketiga padang golf tersebut ?


(18)

3   

1.3. Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang muncul maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Menganalisis cadangan karbon dalam rumput golf area permainan yang terdapat pada Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, dan the Golf Pantai Indah Kapuk

2. Menganalisis cadangan karbon pada pohon yang terdapat pada ketiga padang golf tersebut

3. Menganalisis keanekaragaman dan struktur pohon yang terdapat pada ketiga padang golf tersebut

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini yaitu :

1. Terdapat perbedaan cadangan karbon pada rumput golf area permainan di padang golf Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, dan the Golf Pantai Indah Kapuk

2. Terdapat perbedaan cadangan karbon pada pohon di ketiga padang golf tersebut

3. Terdapat perbedaan pada keanekaragaman dan struktur pohon di ketiga padang golf tersebut

1.5. Kerangka Pemikiran

Vegetasi pada lanskap padang golf memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau yang mampu menyimpan cadangan karbon. Penelitian ini difokuskan pada cadangan karbon pohon dan rumput golf di RTH permanen padang golf mengingat bahwa jumlah cadangan karbon pada RTH non permanen jauh lebih kecil daripada hutan (Rahayu et al. 2009).

Cadangan karbon pohon pada kondisi saat ini akan diduga dengan persamaan alometrik sedangkan cadangan karbon rumput golf akan dihitung dengan metode destruktif melalui analisis karbon terikat. Berikut ini adalah kerangka pikir dari kajian yang akan dilakukan tentang cadangan karbon pada padang golf (Gambar 1).


(19)

Alih Fungsi dan Perubahan Tutupan Lahan

Arena Permainan Club House

Perairan Pasir Rumput

Eksisting Desain Penanaman dan Jenis Vegetasi pada Padang Golf

Bangunan Vegetasi

Keanekaragaman Vegetasi

Biomassa Rumput

Rasio C-Stok Rumput dan Vegetasi Emisi C Akibat

Pemangkasan

C sequestration dalam Rumput

Pendekatan Alometrik

C-Stok

Potensi C-Stok pada Padang Golf Vegetasi Area Non-Permainan

Padang Golf JABOPUNJUR

 

Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi cadangan karbon yang terdapat dalam padang golf dan bermanfaat bagi sektor mitigasi pemanasan global.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

 

   

2.1. Struktur dan Desain Padang Golf

Area permainan suatu lapangan golf terdiri dari fairway, green, hazard, rough, dan teebox (Gambar 2). Fairway adalah daerah rumput antara teebox dan putting green yang merupakan area yang benar untuk jatuhnya bola sebelum masuk ke green dan atau sesudah memukul dari teebox (Brosnan, 2008). Fairway berbentuk bulat, lonjong memanjang, berpola organik atau membelok sesuai kondisi tapak dan luasan yang tersedia dengan ketinggian rumput 13-20 mm (Emmons, 2000).

Gambar 2. Desain padang golf (sumber : Beelman, 2004).  

Green merupakan daerah sasaran utama pukulan yang di dalamnya terdapat hole atau lubang tempat masuknya bola. Green biasanya berbentuk bulat atau berpola organik dengan kemiringan yang disesuaikan dengan tingkat kesulitan. Green yang baik ditumbuhi rumput yang merata, rapat, berwarna hijau segar, permukaan rumput tegak halus sehingga bola dapat menggelinding dengan baik (Nasrullah dan Tunggalini, 2000). Jenis rumput yang digunakan adalah rumput bermuda yang bertekstur halus, berdaun kecil, cepat merapat dan tahan


(21)

kekeringan, tahan terhadap kadar garam tinggi, hama dan penyakit (Emmons, 2000). Ukuran green sangat bervariasi, berkisar antara 465-697 m2 dengan kemiringan sebesar 1-2% dan ketinggian rumput 4-6 mm.

Hazard merupakan suatu rintangan di lapangan, dapat berupa bak pasir (sand bunker), collar, vegetasi yang tumbuh di sepanjang rough dan rintangan air yang berupa danau. Rintangan berupa danau dapat diletakkan di fairway, rough atau sekitar green, yang dapat berfungsi sebagai tempat akhir pembuangan air, drainase dan bermanfaat sebagai air irigasi.

Rough adalah lapangan rumput yang memisahkan antara area permainan hole yang satu dengan hole yang bersebelahan atau merupakan area yang berada di luar area permainan. Daerah rough biasanya menggunakan rumput manila (Zoysia matrella) yang mempunyai daun lebih lebar, padat dan agak tegak jika dibandingkan dengan rumput Bermuda (Emmons, 2000). Ketinggian rumput sekitar 30-135 mm sehingga dari jauh penampakan rough akan berbeda dengan fairway (Nick, 2004). Pada daerah ini dibangun sirkulasi pelayanan dan ditanami pohon yang berfungsi sebagai pembatas. Rough merupakan area yang membutuhkan pemeliharaan yang relatif minimum.

Teebox adalah tempat memulai permainan golf atau suatu area di hole permainan golf yang khusus disiapkan untuk pemukulan pertama pada setiap hole. Teebox mempunyai posisi tinggi dengan kemiringan sebesar 1-2 %. Bentuk teebox bisa bulat, persegi maupun lonjong dan dibuat mengarah ke fairway. Jenis rumput yang biasanya digunakan adalah rumput bermuda dengan ketinggian 7-10 mm (Guntoro et al. 2007). Teebox memerlukan tingkat pemeliharaan yang lebih tinggi dibandingkan fairway namun lebih rendah dibandingkan green (Nurhayati, 2009).

Aspek estetis adalah hal yang utama dalam permainan golf, yang berarti keadaan alam yang sepatutnya dipertahankan sehingga apa yang dilihat oleh pemain dapat dirasakan keunikannya. Menurut Nurhayati (2009) terdapat lima tipe rancangan dasar untuk lapangan golf 18 holes yang dapat menampung kebutuhan-kebutuhan khusus melalui penentuan lokasi dengan cara penelaahan topografi dan sifat khas alamiah tapak (Gambar 3), yaitu :

1. Lapangan 18 holes berjalur tunggal dengan sembilan balikan. 2. Lapangan 18 holes dengan jalur tunggal menerus.


(22)

7   

3. Lapangan 18 holes berjalur ganda dengan sembilan balikan. 4. Lapangan 18 holes dengan jalur ganda menerus.

5. Lapangan 18 holes yang merupakan lapangan golf inti.

Gambar 3. Desain padang golf 18 holes (sumber: Nurhayati, 2009).  

Lapangan 18 holes berjalur tunggal dengan sembilan balikan dirancang apabila lahan yang tersedia cukup luas dengan letak club house di tengah-tengah. Hal ini akan memudahkan pemain untuk memulai permainan dari hole satu atau hole sepuluh terlebih dahulu sehingga jika terdapat banyak pemain tidak perlu mengantri terlalu lama.

2.2. Struktur Vegetasi Padang Golf

Lapangan golf tanpa adanya pohon akan terlihat gundul dan pemain akan merasakan pentingnya pohon dan tanaman ornamental. Keberadaan tanaman baik pohon dan ornamental dapat menaikkan kualitas lapangan golf dengan melakukan pemilihan jenis tanaman yang tepat dan mengetahui penempatan yang baik di lapang akan memperlihatkan empat fungsi utama tanaman, yaitu fungsi secara arsitektural, teknik, estetika, dan ekonomi (Nick, 2004).

Fungsi pohon secara arsitektural yaitu:

1. Sebagai rintangan alami bagi pegolf dalam penempatan bola di permainan golf.


(23)

2. Sebagai alat penentu jarak yang alami.

3. Referensi point saat bola mendarat pada garis area permainan.

4. Sebagai kontrol dalam penempatan bola agar tidak keluar area permainan dan menciptakan target utama yaitu daerah green serta melindungi pegolf dari sinar matahari yang menyilaukan.

Fungsi pohon secara ekologis yaitu:

1. Mempengaruhi dan mengontrol aliran udara dan sirkulasi.

2. Sebagai alat konservasi seperti pengontrol erosi dan preservasi habitat satwa.

3. Memodifikasi lingkungan contohnya sebagai pemecah angin.

4. Sebagai pengaman dari pukulan yang tidak terarah bagi pegolf maupun properti lainnya.

5. Sebagai pagar dari sesuatu yang mengganggu serta pemberi rasa nyaman bagi pegolf.

Fungsi pohon secara estetika yaitu:

1. Sebagai pemecah kemonotonan di sepanjang daerah permainan.

2. Memberi kesan tertentu seperti menghasilkan kontras, variasi dan menarik perhatian.

3. Sebagai pemberi tekanan terhadap suatu titik yang menjadi pusat perhatian.

4. Sebagai penghubung dari bentukan-bentukan yang ada di lapangan golf. Fungsi pohon secara ekonomi yaitu menghasilkan produk yang ekonomis seperti buah, kayu, kayu bakar, kompos, daun, kacang-kacangan, dan produk lainnya. Jenis tanaman yang tumbuh sesuai iklim setempat akan mempengaruhi jenis produk yang dihasilkan.

Lapangan golf yang baik harus mampu memenuhi dua jenis kualitas yang ditentukan, yaitu kualitas fungsional dan kualitas visual (Nurhayati, 2009). Kualitas fungsional terdiri dari kekakuan (rigidity), elastisitas (elasticity), kekenyalan (resiliency), ketegaran (verdure), perakaran (rooting), dan pemulihan (Beard, 1973). Kualitas visual terdiri dari kerapatan (density), tekstur (texture), keseragaman (uniformity), dan kehalusan (smoothness), dan warna (Nick, 2004).


(24)

9   

Secara umum berdasarkan daerah sebaran dan daya adaptasinya terhadap suhu lingkungan, ada dua kelompok besar rumput yaitu rumput daerah panas, dan rumput daerah dingin. Rumput daerah panas tumbuh paling baik di daerah yang suhunya antara 27°-35° C, sedangkan rumput daerah dingin lebih baik pertumbuhannya pada suhu antara 15°-24° C. Rumput yang tumbuh di daerah panas yang popular antara lain adalah bermudagrass (Cynodon dactylon), zoysiagrass (Zoysia matrella), dan carpetgrass (Axonopus compresus) (Nick, 2004).

Pemilihan rumput untuk lansekap termasuk untuk lapangan golf, didasarkan pada berbagai pertimbangan. Ketahanan dan kualitas hamparan yang diinginkan dan kecepatan pertumbuhan/penutupan tanah merupakan kriteria utama. Pertumbuhan dan penutupan yang cepat diinginkan untuk stabilisasi tanah, mengurangi perawatan sesudah tanam dan penggunaan tapak secara keseluruhan

Tingkat kepentingan kriteria ditentukan juga oleh peruntukannya, misalnya kriteria mana yang utama untuk green berbeda dengan teebox maupun fairway. Guntoro et al. (2007) menyatakan jenis rumput yang digunakan untuk area green harus memiliki persyaratan antara lain :

1. Rendah, tumbuh menjalar, dan berdaun tegak.

2. Toleran terhadap pemangkasan pendek (sampai 0.5 cm), 3. Tajuknya sangat rapat

4. Daunnya bertekstur halus 5. Keseragaman tinggi

6. Bebas dari biji gulma yang berlebihan 7. Mempunyai daya pemulihan yang cepat

Sifat-sifat lain yang juga diinginkan adalah ketahanan terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap deraan lingkungan dan lalu-lintas. Warna hijau tua tidak mempengaruhi kualitas putting tetapi dapat meningkatkan nilai estetikanya.

Sifat penting yang harus diperhatikan untuk daerah teebox antara lain memiliki daya pulih yang tinggi, adaptif untuk pemangkasan 0.8-2 cm, rapat dan kuat, serta toleran terhadap pemadatan tanah. Sifat yang diinginkan untuk daerah fairway tidak banyak beda dengan untuk green. Perbedaannya terutama dalam tingkat keseragaman, kehalusan dan ketegaran.


(25)

Bermudagrass meliputi 10 spesies, termasuk spesies hibrida (Cynodon magennisii). Varietasnya sangat banyak dan beragam misalnya varietas Tifgreen dan Tifdwarf sangat bagus untuk green, sedangkan Tifway cocok untuk fairway (Harjanto, 1995). Ketiga contoh varietas tersebut adalah hasil perkawinan antara C. dactylon dan C. transvaalensis. Zoysiagrass memiliki beberapa spesies dan diantaranya banyak digunakan untuk lansekap, termasuk lapangan golf seperti rumput jepang (Zoysia japonica) dan rumput manila (Zoysia matrella).

Spesies-spesies zoysia dibedakan terutama berdasarkan kecepatan pertumbuhan, tekstur dan toleransinya terhadap suhu rendah. Rumput jepang bertekstur sedang, pertumbuhan lambat, dan toleran terhadap suhu rendah. Varietasnya yang paling banyak ditanam adalah Meyer. Varietas Emerald merupakan hasil perkawinan antara Z. japonica dengan Z. tenuifolia, memiliki pertumbuhan rapat, berwarna hijau tua dan membentuk hamparan yang indah.

2.3. Pendugaan dan Pengukuran Biomassa serta Karbon  

Penghitungan untuk karbon sequestration harus mencakup seluruh gudang karbon yaitu biomassa hidup bagian atas, biomassa hidup bagian bawah, nekromassa, dan biomassa tanah. Biomassa merupakan jumlah total dari bahan organik hidup yang dinyatakan dalam bobot kering oven ton per unit area. Brown (1997) mengemukakan bagian terbesar gudang karbon (carbon pool) dalam proyek berbasis hutan adalah dalam biomassa hidup, meliputi komponen bagian atas dan bagian bawah (akar), pohon, palma, tumbuhan herba (rumput dan tumbuhan bawah), semak, dan paku-pakuan.

Dalam inventarisasi karbon hutan, terdapat setidaknya ada empat gudang karbon yang diperhitungkan (Hairiah et al. 2001). Keempat gudang karbon tersebut yaitu : biomassa atas permukaan, biomassa bawah permukaan, bahan organik mati dan karbon organik tanah. Biomassa atas permukaan adalah semua material hidup di atas permukaan. Termasuk bagian dari pool karbon ini yaitu : batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji dan daun dari vegetasi baik dari strata pohon maupun dari strata tumbuhan bawah di lantai hutan.

Biomassa mati meliputi serasah halus, sisa kayu kasar, tanah termasuk mineral, lapisan organik dan gambut. Biomassa bawah permukaan adalah semua


(26)

11   

biomassa dari akar tumbuhan yang hidup. Pengertian akar ini berlaku hingga ukuran diameter tertentu yang ditetapkan. Hal ini dilakukan sebab akar tumbuhan dengan diameter yang lebih kecil dari ketentuan cenderung sulit untuk dibedakan dengan bahan organik tanah dan serasah (Cesylia, 2009).

Bahan organik mati meliputi kayu mati dan serasah. Serasah dinyatakan sebagai semua bahan organik mati dengan diameter yang lebih kecil dari diameter yang telah ditetapkan dengan berbagai tingkat dekomposisi yang terletak di permukaan tanah (Hairiah, 2001). Kayu mati adalah semua bahan organik mati yang tidak tercakup dalam serasah baik yang masih tegak maupun yang roboh di tanah, akar mati, dan tunggul dengan diameter lebih besar dari diameter yang telah ditetapkan. Karbon organik tanah mencakup karbon pada tanah mineral dan tanah organik termasuk gambut.

Namun untuk mengukur keseluruhan gudang karbon mengalami banyak kendala dan biaya yang sangat besar serta beberapa komponen gudang karbon dalam vegetasi memiliki perubahan cadangan karbon sangat kecil sehingga tidak perlu diukur. Cessylia (2009) merekomendasikan gudang karbon utama yang dapat diperhitungkan untuk kegiatan proyek karbon yakni biomassa di atas permukaan tanah (above ground biomass), biomassa di bawah permukaan tanah (below ground biomass), serasah, kayu-kayu mati, dan karbon tanah.

Pengukuran biomassa vegetasi dapat memberikan informasi tentang karbon dalam vegetasi secara keseluruhan, atau jumlah bagian-bagian tertentu seperti kayu yang sudah diekstrasi (Langi, 2007). Menurut Sutaryo (2009) metode pendugaan biomassa diatas permukaan tanah secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Metode pemanenan (destruktif)

a) Metode pemanenan individu tanaman, metode ini digunakan pada kerapatan tanaman individu tumbuhan cukup rendah dan komunitas tumbuhan dengan jumlah yang sedikit. Nilai total biomassa dengan metode ini diperoleh dengan menjumlahkan biomassa seluruh individu dalam suatu unit area contoh.

b) Metode pemanenan kuadrat, metode ini mengharuskan menanam semua individu dalam suatu unit area contoh dan menimbangnya. Nilai total biomassa


(27)

diperoleh dengan mengkonversi bobot bahan organik yang dipanen dalam suatu unit area.

c) Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar, metode ini biasanya diterapkan pada tegakan yang memiliki ukuran individu seragam. Nilai total biomassa diperoleh dengan menggandakan nilai berat rata-rata dari pohon contoh yang ditebang dengan jumlah individu pohon dalam suatu unit area dengan jumlah luas bidang dasar dari semua pohon.

2. Metode pendugaan tidak langsung (non-destruktif)

a) Metode hubungan alometrik, metode ini didasari pada persamaan alometrik dengan mencari korelasi paling baik antara dimensi pohon (diameter dan tinggi) dengan biomassanya. Sebelum pembuatan persamaan pohon-pohon yang mewakili sebaran kelas diameter ditebang dan ditimbang. Nilai total biomassa diperoleh dengan menjumlahkan semua bobot individu pohon dalam suatu unit area.

b) Crop meter, metode pendugaan biomassa ini dilakukan dengan cara menggunakan peralatan elektroda listrik. Menurut Marklund dan Schoene (2006) terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk menduga biomassa dari pohon, yakni pertama berdasarkan pendugaan volume kulit sampai batang bebas cabang yang kemudian diubah menjadi kerapatan biomassa (ton/ha), sedangkan pendekatan kedua secara langsung dengan menggunakan persamaan regresi biomassa.

Pendugaan biomassa pada pendekatan pertama menggunakan persamaan : Biomassa di atas tanah (ton/ha) = VOB x WD x BEF (Brown, 1997) dimana VOB = Volume batang bebas cabang dengan kulit (m3/ha)

WD = Kerapatan kayu (biomassa kering oven (ton) dibagi volume biomassa inventarisasi (m3)

BEF = Perbandingan total biomassa pohon kering oven di atas tanah dengan biomassa kering oven hasil inventarisasi hutan.

Pendugaan biomassa dengan pendekatan kedua menggunakan persamaan : Biomassa di atas tanah Y = aDb dimana :

Y = biomassa pohon (kg)


(28)

13   

Menurut Ketterings et al. (2001) metode yang paling akurat dalam pengukuran biomassa tegakan di atas permukaan tanah adalah dengan cara menimbang biomassa pohon secara langsung di lapangan. Tetapi metode tersebut membutuhkan banyak waktu, sangat merusak, dan pada umumnya terbatas pada area yang sempit serta ukuran pohon yang kecil.

Pendugaan biomassa meggunakan metode non-destruktif dengan allometrik bisa lebih cepat dilaksanakan dan area yang lebih luas bisa dijadikan contoh. Persamaan allometrik sering digunakan pada studi-studi ekologi dan inventarisasi hutan dalam menduga hubungan antara diameter setinggi dada (DBH) atau variabel-variabel lain yang mudah diukur dengan volume pohon atau biomassa pohon.

Beberapa ahli mengembangkan pendugaan biomassa hubungan alometrik dengan membangun hubungan diameter (DBH) pohon dengan tinggi pohon (Hairiah et al. 2001). Menurut Marklund dan Schoene (2006) analisis dimensional (DBH dan tinggi) suatu pohon telah terbukti dan mampu menjelaskan lebih dari 95% variasi biomassa pohon.

Lebih lanjut Rahayu et al. (2009) mengemukakan bahwa kandungan biomassa dari hutan berbeda-beda tergantung dari tipe hutan, kesuburan tanah, tempat tumbuh, dan bagian-bagian biomassa pohon. Pada bagian batang bobotnya lebih besar daripada bobot akar, cabang dan daun, meskipun demikian bagian tersebut sangat penting dalam inventarisasi hara, dan kandungan hara pada bagian batang cenderung mendominasi semua komponen di dalam hutan.

Pendugaan biomassa juga dapat dilakukan dengan pendekatan volume kayu berdiri mulai dari volume tunggak, batang utama, bebas cabang, cabang beraturan, dan volume total batang dengan mengalikan volume tiap-tiap bagian ini dengan kerapatan kayu. Model matematik merupakan salah satu jenis model yang banyak digunakan pada tanaman. Model ini dicirikan oleh persamaan matematik yang terdiri dari peubah dan parameter serta adanya korespondensi (fungsi) antar peubah (Marklund dan Schoene, 2006).

Para ahli ekologi dan kehutanan mengasumsikan bahwa cadangan karbon dalam pohon diperkirakan 40–50% dari total biomassa, sehingga pendugaan karbon terutama dalam kegiatan pengukuran dan monitoring perdagangan karbon


(29)

menggunakan asumsi bahwa 50% dari total biomassa adalah karbon (Brown, 1997).


(30)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6044’18.34” LS dan 107000’13.49” BT pada ketinggian 1339 m di atas permukaan laut (m dpl) (Gambar 4), Bogor Golf Club dengan koordinat 6035’04.58” LS dan 106046’42.87” BT pada ketinggian 230 m dpl (Gambar 5), dan padang golf the Golf Pantai Indah Kapuk dengan koordinat 6006’48.18” LS dan 106044’56.32” BT pada ketinggian 3 m dpl (Gambar 6). Analisis biomassa dan kadar karbon dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Januari 2012 sampai dengan Mei 2012.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk analisis laboratorium penentuan kadar karbon rumput golf adalah sampel rumput golf. Alat yang digunakan antara lain timbangan kasar, timbangan analitik, eksikator, oven, tanur, dan cawan aluminium.

Peralatan yang digunakan dalam survei untuk analisis keanekaragaman dan pendugaan biomassa tegakan adalah global positioning system (GPS), tally sheet, tali tambang, hagameter, meteran, pita ukur, kalkulator.

3.3. Peubah Pengamatan

Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu rumput golf, tegakan pohon, serta komposisi dan jenis vegetasi.

3.3.1. Rumput Golf

Kelompok vegetasi yang diambil sebagai sampel adalah jenis rumput golf yang ditanam pada green, teebox, fairway, dan rough di padang golf tempat penelitian dan masuk dalam sub plot ukuran 0.5 m x 0.5 m dengan kedalaman 0-10 cm. Peubah yang diukur di lapangan adalah bobot basah, sedangkan di laboratorium yang diukur adalah bobot kering, kadar abu, kadar zar terbang, dan kadar karbon.


(31)

Gambar 4. Peta lokasi Cibodas Golf Park (sumber: Google earth).


(32)

17   

Gambar 6. Peta lokasi the Golf Pantai Indah Kapuk (Sumber: Google earth).

3.3.2. Pohon

Kelompok vegetasi yang diambil sebagai sampel adalah jenis pohon yang dominan ditanam di padang golf tempat penelitian, kemudian diukur dan diamati dengan kriteria sebagai berikut: yakni semua tumbuhan berkayu yang memiliki diameter batang setinggi dada atau diameter at breast height (DBH) > 5 cm. Peubah vegetasi berupa pohon yang diamati terdiri dari nama jenis, jumlah individu, diameter, dan tinggi pohon.

3.3.3. Komposisi dan Jenis Vegetasi

Vegetasi pada area permainan maupun non permainan padang golf diklasifikasikan berdasarkan tingkat pertumbuhannya, yaitu (a) pancang yaitu permudaan yang memiliki diameter mulai dari 2-10 cm, (b) tiang yaitu permudaan yang memiliki diameter mulai dari 10-20 cm, dan (c) pohon yaitu pohon yang telah memiliki diameter > 20 cm (Soerianegara dan Indrawan, 2008).


(33)

3.4. Metode Penelitian

3.4.1. Penarikan Contoh Rumput Golf (Destruktif)

Pendugaan Cadangan Karbon rumput golf dilakukan dengan cara destruktif. Menurut Hairiah et al. (2001) untuk sampling destruktif rumput golf yang masuk ke dalam plot dipangkas kemudian ditimbang bobot basahnya di lapangan dan ditimbang bobot keringnya setelah dioven.

Pengambilan sampel rumput golf pada bagian fairway, teebox, dan green, dan rough dilakukan secara komposit dan random masing-masing sebanyak tiga ulangan (Gambar 7). Biomassa total rumput golf adalah total biomassa setiap sortimen dari rumput tersebut. Setelah penimbangan bobot basah, diambil sub sampel sebanyak 250 g dan dimasukkan ke dalam paper bag serta diberi kode untuk dianalisis di laboratorium.

Gambar 7. Posisi sampling rumput golf.

3.4.2. Penentuan Petak Ukur Permanen Pohon

Penentuan petak ukur permanen dilakukan dengan menggunakan petak contoh berupa bujur sangkar dengan beberapa ukuran. Bagian petak contoh yang besar berukuran 20 m x 20 m untuk vegetasi yang berupa pohon, bagian petak contoh yang kecil berukuran 10 m x 10 m untuk tiang, petak contoh ukuran 5 m x 5 m untuk pancang. Untuk mengetahui karbon stok pada pohon maka sebelumnya dilakukan tahapan yaitu: inventarisasi dan pengukuran fisik pohon yang bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis pohon yang terdapat di lokasi penelitian.

Pengukuran fisik pohon dilakukan untuk memperoleh data mengenai diameter batang. Pengukuran DBH dilakukan pada ketinggian 130 cm dari atas permukaan tanah dengan menggunakan meteran. DBH dibagi 4 kategori, yaitu: < 10 cm, 10-19.9 cm, 20-29.9 cm, 30-39.9 cm, dan > 40 cm.


(34)

19   

3.4.3. Analisis Keanekaragaman Vegetasi

Penentuan titik sampling di dalam setiap area lapangan golf dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode ini merupakan metode penentuan lokasi penelitian secara sengaja yang dianggap representatif.

Pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan menggunakan petak contoh berupa bujur sangkar dengan beberapa ukuran. Bagian petak contoh yang besar berukuran 20 m x 20 m untuk vegetasi yang berupa pohon, bagian petak contoh yang kecil berukuran 10 m x 10 m untuk tiang, petak contoh ukuran 5 m x 5 m untuk pancang, 2 m x 2 m untuk semai (Gambar 8).

5 m

2  m  5 m  10 m 20 m

Gambar 8. Bentuk plot sampling petak kuadrat.

3.5. Prosedur Analisis

3.5.1. Penentuan Kadar Karbon Rumput Golf  3.5.1.1. Penentuan Biomassa Rumput Golf

Setiap sampel bagian tanaman yang sudah ditimbang dikeringkan dalam oven dengan suhu 800C selama 48 jam dan kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot keringnya. Setelah diketahui bobot kering sampel, maka dapat dihitung nilai total bobot kering sampel atau biomassa dari masing-masing bagian yang diukur dengan persamaan :

Bobot kering total kg m2 =

Bobot basah total kg x Bobot kering subsampel (g) Bobot basah subsampel g x Luas area sampling (m2) 

3.5.1.2. Pengukuran Kadar Air

Pengukuran kadar air contoh uji dari beberapa bagian pohon dilakukan berdasarkan standar TAPPI T 268 OM 88 dengan tahapan sebagai berikut :

a. Sebelum pengujian dimulai, cawan aluminium yang akan digunakan dipanaskan terlebih dahulu di dalam oven pada suhu 105⁰ C selama 1 jam. Setelah 1 jam,


(35)

cawan aluminium didinginkan ke dalam eksikator, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat cawan.

b. Selanjutnya contoh uji sebanyak 1–2 g ditimbang (Bo), kemudian dimasukan ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya. Cawan aluminium yang berisi contoh uji tersebut kemudian dimasukan ke dalam oven selama 3 jam pada suhu 105 ± 3o C.

c. Setelah 3 jam, cawan aluminium yang yang berisi contoh uji tersebut dikeluarkan dari oven, kemudian dimasukkan ke dalam eksikator, selanjutnya ditimbang sebagai berat contoh uji dalam cawan aluminium. Contoh uji dalam cawan aluminium dikurangi berat cawan aluminium dan dinyatakan sebagai berat kering oven dari contoh uji (BKT). Nilai kadar air (KA) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Kadar air = Bo-BKT

BKT × 100% 

3.5.1.3. Penentuan Kadar Zat Terbang

Cawan porselen diisi contoh uji berupa serbuk, kemudian cawan ditutup rapat-rapat dengan penutupnya, lalu dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 9500C dengan cara sebagai berikut: mula-mula cawan dimasukkan ke bagian depan pintu tanur dengan suhu 3000C selama 2 menit, kemudian dipindahkan pada sisi tanur dengan suhu 5000C selama 3 menit, dan terakhir cawan dipindahkan pada bagian dalam tanur dengan suhu 9500C selama 6 menit.

Kemudian cawan berisi serbuk yang sudah dipanaskan dalam tanur tersebut kemudian di dinginkan dalam eksikator selama 1 jam dan di timbang. Kadar zat yang mudah menguap dinyatakan dalam persen berat dengan rumus :

Kadar zat terbang = A-B

A × 100% 

dimana A adalah berat kering tanur pada suhu 1050C, B adalah berat contoh uji dikurangi berat cawan dan sisa contoh uji pada suhu 9500C.

3.5.1.4. Penentuan Kadar Abu

Serbuk contoh uji sebanyak 2 g dimasukkan kedalam cawan porselen yang telah ditetapkan baretnya, kemudian dimasukkan kedalam tanur pada suhu mulai 00C sampai 6000C selama 6 jam. Kemudian cawan dikeluarkan dari tanur


(36)

21   

selanjutnya didinginkan dalam eksikator dan ditimbang sampai beratnya tetap. Besarnya kadar abu dihitung dengan rumus:

Kadar abu =  Bobot abu

Bobot contoh uji kering oven ×100% 

3.5.1.5. Penentuan Kadar Karbon.

Penentuan kadar karbon terikat (fixed carbon) ditentukan berdasarkan rumus: Kadar karbon terikat arang = 100% - kadar zat terbang – kadar abu.

3.5.2. Analisis Cadangan Karbon Pohon

3.5.2.1. Penentuan Biomassa pohon dalam Skala Plot

Penentuan biomassa pohon pada skala plot dari beberapa jenis pohon dilakukan dengan metode non-destruktif sampling yaitu dengan menggunakan persamaan alometrik spesifik (Tabel 1). Dalam penelitian ini jika persamaan spesifik jenis tidak tersedia maka akan digunakan persamaan Chave et al. (2005). Tabel 1. Persamaan alometrik pendugaan biomassa pohon

Jenis Tegakan Persamaan Sumber

Akasia Jati Mahoni

Y = 0.0000478 D2.76

Y = 0.153 D2.382

Y = 0.048 D2.68

Hairiah et al. (2011)

Hairiah et al. (2011)

Hairiah et al. (2011)

Kayu Putih Y = 0.206 D2.305 Krisnawati et al. (2012)

Resak

Pinus merkusii

Y = 0.0002264 D2.423

Y = 0.0000169D2.3169

Krisnawati et al. (2012)

Hairiah et al. (2011)

Bambu Y = 0.1312 D2.2784 Hairiah et al. (2011)

Sengon Y = 0.0272 D2.831 Hairiah et al. (2011)

Karet Puspa

Palem

Ki Putri

Y = 419-16.9D+0.322 D2

Y = 0.000093 D2.505

Y = 4.5 + (7.7 x H)

Y = 0.000179((D+1)2.102H0.37)

Hairiah et al. (2011)

Krisnawati et al. (2012)

Chave et al. (2005)

Krisnawati et al. (2012)

Pohon lain* Pohon lain** Pohon lain***

Y = 0.012 (ρD2H)0.916

Y = 0.0509 (ρD2H)

Y = 0.0776 (ρD2H)0.94

Chave et al. (2005)

Chave et al. (2005)

Chave et al. (2005)

Keterangan :

Y = biomassa pohon (kg/pohon) D = diameter batang (cm)

ρ = berat jenis kayu (gr/cm3)

* pohon yang belum tersedia persamaannya di lokasi dengan curah hujan < 1500 mm/tahun ** pohon yang belum tersedia persamaannya di lokasi dengan curah hujan 1500 - 4000 mm/tahun


(37)

Model tersebut digunakan karena model ini merupakan hasil pengembangan dan koreksi dari beberapa model sebelumnya dan beberapa lokasi penelitiannya di Indonesia serta spesifik untuk kondisi dengan curah hujan <1500 - >4000 mm/tahun, yang kurang lebih sama dengan curah hujan di tiga lokasi penelitian. Sedangkan untuk data berat jenis kayu diakses dari database wood density of trees world agroforestry (www.worldagroforestry.org) dan FAO (www.fao.org).

3.5.2.2 Penentuan Cadangan Karbon dan Serapan CO2 dalam Skala Lanskap

Cadangan karbon dihitung dengan menggunakan pendekatan biomassa, dimana karbon dioksida yang diserap tanaman melalui proses fotosintesis disimpan dalam bentuk biomassa. Biomassa total dapat digunakan untuk mengkonversi/ menghitung total karbon yang tersimpan dengan menggunakan asumsi bahwa kandungan karbon kira-kira 50% dari biomassa (Brown, 1997).

Berhubung kandungan biomassa totalnya sudah diketahui dari pengukuran di lapangan maka diperoleh rumus: Cadangan karbon = Biomassa x 0.5 (ton/ha). Adapun serapan CO2 dihitung dengan menggunakan perbandingan massa molekul relatif CO2 (44) dan massa atom relatif C (12), yaitu serapan CO2 = 3.67 x cadangan karbon.

3.5.3. Analisis Keanekaragaman Vegetasi

Pendugaan struktur vegetasi pada padang golf dilakukan dengan menggunakan analisis vegetasi dan indeks keragaman pada setiap titik sampling. Pengukuran parameter ekologi mencakup kerapatan, frekuensi, dominansi dan indeks nilai penting masing-masing pohon.

Pengukuran kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, frekuensi relatif, dominasi mutlak, dominasi relatif dan indeks nilai penting (INP) masing-masing pohon dilakukan setelah data lapangan dikumpulkan melalui metode petak kuadrat.

Menurut Soerianegara dan Indrawan (2008) penentuan komposisi jenis pohon dominan menggunakan INP dengan melihat nilai frekuensi relatif dan kerapatan relatif yang dihitung dengan menggunakan rumus :


(38)

23   

Kerapatan = Jumlah Individu Luas Contoh  

Kerapatan relatif KR = Jumlah Kerapatan dari spesies

Kerapatan seluruh jenis x 100 %  Dominansi = Jumlah bidang dasar

uas ontoh

L C  

Dominansi relatif DR = Dominansi suatu jenis

Dominansi seluruh jenisx 100 %  Frekuensi = Jumlah plot ditemukannya suatu spesies

Jumlah seluruh plot  

Frekuen =

Fr u

si relatif FR Frekuensi suatu jenis

ekuensi dari sel ruh jenisx 100 %  Indeks nilai penting  INP = KR+DR+FR 

Secara kuantitatif gambaran umum mengenai keanekaragaman tegakan pada suatu area dapat dilihat dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon wiener, yang dihitung dengan menggunakan persamaan :

H'= - [ni n Ln

ni n ] Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon ni = Nilai INP jenis ke-i

N = Nilai INP total

Nilai perhitungan indeks keragam (H’) tersebut menunjukkan bahwa H’ ≥ 3, keragaman spesies tinggi;

1 < H’ < 3, keragaman spesies sedang; H’ ≤ 1, keragaman spesies rendah.

3.5.4. Analisis Data Cadangan Karbon Rumput dan Pohon

Nilai cadangan karbon pada rumput golf pada masing-masing area permainan sebanyak 3 ulangan dianalisis menggunakan software SAS 9.1 dengan ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata (α) 5 %. Nilai total cadangan karbon untuk rumput golf


(39)

dan tegakan pada masing-masing lokasi padang golf dibandingkan dan dianalisis dengan menggunakan uji lanjut t-student’s pada taraf nyata (α) 5 %.


(40)

IV. HASIL

4.1 Analisis Situasional

4.1.1 Letak Geografis dan Administratif

Berdasarkan hasil pengamatan padang golf pada ketiga lokasi penelitian memiliki karakteristik dan ciri khas masing-masing yang berbeda, adapun informasi umum mengenai ketiga lokasi penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Aspek geografis, administratif, dan informasi umum lokasi penelitian

Informasi Umum

Padang Golf Cibodas Golf

Park

Bogor Golf Club

the Golf Pantai Indah Kapuk

Letak Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor Jakarta Utara

Kabupaten Cianjur Kabupaten Sukabumi

Koordinat Lokasi 6044’18.34” LS 6035’04.58” LS 6006’48.18” LS

107000’13.49” BT 106046’42.87” BT 106044’56.32” BT

Ketinggian lokasi 1350 m dpl 230 m dpl 5 m dpl

Jumlah holes 9 9 18

Luas (ha) 19.8 20 80

Tahun didirikan 1993 1935 1997

Desainer Michael Coate - Robert Trent Jr

Sumber : Data Pengelola

a). Cibodas Golf Park

Cibodas Golf Park terletak pada koordinat geografis 6044’18.34” LS dan 107000’13.49” BT. Luas wilayah Cibodas Golf Park berdasarkan data pengelola adalah seluas 19.8 ha dan terletak pada kisaran ketinggian 1350-1390 m dpl. Secara administratif Cibodas Golf Park berada dalam 3 kabupaten, yaitu; Kabupaten Bogor (sebelah utara dan barat, Cianjur (sebelah barat dan timur) dan Sukabumi (sebelah barat dan selatan). Padang golf ini mulai beroperasi pada tahun 1993 dan didesain oleh Michael Coate dengan total 9 holes seluas 18 ha (Gambar 9).


(41)

Gambar 9. Lanskap water hazard di padang golf Cibodas Golf Park.

b). Bogor Golf Club

Bogor Golf Club terletak pada koordinat geografis 6035’04.58” LS dan 106046’42.87” BT. Luas wilayah Bogor Golf Club berdasarkan data pengelola adalah seluas 22 ha dengan total 9 holes dan memiliki kisaran ketinggian lokasi 210-230 m dpl. Secara administratif padang golf Bogor Golf Club berada dalam wilayah kecamatan Bogor barat, dan dilewati oleh daerah aliran sungai Cisadane pada bagian barat dan selatan. Padang golf ini memiliki lanskap yang indah dan didominasi oleh pepohonan berukuran besar (Gambar 10).


(42)

27   

Bogor Golf Club merupakan padang golf tertua di Indonesia yang memiliki total area sebanyak 9 holes dengan luas ± 20 ha, terletak dekat aliran sungai (DAS) Cisadane kota Bogor dan dibangun pada tahun 1935. Padang golf ini awalnya memiliki konsep berupa taman yang diselaraskan dengan area permainan golf, sehingga dari desainnya padang golf memberikan pengalaman bermain golf yang berbeda. Dalam perkembangannya sampai saat ini, Bogor golf club tidak banyak mengalami perubahan dalam desain lapangannya.

c). The Golf Pantai Indah Kapuk

The Golf Pantai Indah Kapuk terletak pada koordinat geografis 6006’48.18” LS dan 106044’56.32” BT. Luas wilayah the Golf Pantai Indah Kapuk berdasarkan data pengelola adalah seluas 80 ha dan terletak pada kisaran ketinggian 5-21 m dpl. Secara administratif padang golf ini terletak di kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara (Gambar 11).

Gambar 11. Lanskap menuju area green di padang golf the Golf Pantai Indah Kapuk.

The Golf Pantai Indah Kapuk adalah salah satu salah satu padang golf Damai Indah yang terletak di sepanjang pantai Laut Jawa. Padang Golf ini merupakan pembangunan komprehensif real estate yang mulai dibangun pada tahun 1997 dan dirancang oleh Robert Trent dengan tema utama Spirit of the sea,


(43)

serta menggabungkan antara keindahan alami dan real estate yang modern. Padang golf ini terletak berdekatan dengan laut Jawa di Jakarta Utara dan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, padang golf ini banyak disorot karena menampilkan suatu tema yang berbeda dengan padang golf gaya Eropa. Padang golf ini terdiri dari 80 hektar dengan total par 72 sepanjang 6535 meter dan 18 holes. Fasilitas pada padang golf ini dirancang untuk memberikan perspektif permainan golf yang unik dengan mengintegrasikan keindahan alami rawa di sekitar pantai yang mengelilingi setiap holes yang ada

4.1.2 Kondisi Iklim

Ketiga padang golf masing-masing Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, dan the Golf Pantai Indah Kapuk memiliki ketinggian tempat yang berbeda satu sama lainnya, hal ini mengakibatkan kondisi iklim pada lokasi penelitian memiliki perbedaan yang signifikan (Tabel 3).

Tabel 3. Kondisi iklim lokasi penelitian

Lokasi

Suhu Kelembaban Relatif

Curah hujan tahunan

Curah hujan bulanan

(⁰C) (%) (mm/tahun) (mm/bulan)

Cibodas Golf Park 18-25 70-90 3000-4200 200.0

Bogor Golf Club 24-27 65-70 1800-2200 169.7

The Golf Pantai Indah 23-33 45-76 400-450 40.3 Kapuk

Sumber : Data Pengelola dan Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (2012)

Berdasarkan laporan Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango periode tahun 2011-2012 kawasan Taman Nasional memiliki jumlah bulan basah 7-9 bulan berurutan, dan jumlah bulan kering < 2 bulan setiap tahunnya. Berdasarkan klasifikasi Schmidt and Ferguson Cibodas Golf Park masuk kedalam tipe iklim B1 dimana curah hujan rata-rata berkisar antara 3.000-4.200 mm/tahun dengan rata-rata curah hujan bulanan 200 mm. Suhu berkisar antara 18-25⁰ C dan kelembaban relatif berkisar antara 70-90 %.

Berdasarkan data BMKG Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor curah hujan lokasi penelitian menurut stasiun klimatologi terdekat selama tahun 2011-2012 adalah sebesar 2035.14 mm/tahun dengan rata-rata curah hujan bulanan 169.7


(44)

29   

mm. Suhu berkisar antara 24-27⁰C dengan kelembaban relatif berkisar antara 65-70%.

Curah hujan di the Golf Pantai Indah Kapuk adalah sebesar 483.6 mm/tahun dengan rata-rata curah hujan bulanan 40.35 mm/bulan (BMKG Stasiun Klimatologi Cengkareng, 2011-2012). Suhu berkisar antara 23-33.1⁰C dengan kelembaban relatif berkisar antara 45-76%.

4.1.3 Jenis Tanah dan Topografi

a). Cibodas Golf Park

Sesuai peta tinjauan tanah untuk Kabupaten Bogor dan Kota Bogor skala 1:250.000 dari Balai Penelitian Tanah Bogor, jenis tanah yang terdapat di Cibodas meliputi komplek alluvial kelabu, andosol coklat, dan latosol coklat kemerahan. Tanah ini mengandung liat dan lapisan sub soil gembur, mudah ditembus air dan lapisan bawahnya melapuk. Tanah sangat gembur dan agak peka terhadap erosi. Secara topografi daerah wilayah studi merupakan dataran tinggi dengan variasi kelerengan lahan bergelombang sampai dengan curam.

b). Bogor Golf Club

Berdasarkan data pengelola jenis tanah di wilayah studi didominasi oleh jenis latosol dengan reaksi tanah cenderung masam karena tingginya pencucian akibat curah hujan yang relatif tinggi sepanjang tahun. Kondisi topografi pada daerah studi relatif datar karena sebelumnya lahan merupakan areal persawahan dan tegalan dengan tingkat kemiringan 0-25% yang melintasi DAS Cisadane tepat disamping beberapa titik sebagai batas areal permainan. Kelerengan lahan yang curam sangat berpengaruh pada terjadinya erosi tanah yang berlebihan, oleh karenanya untuk membentuk desain yang sesuai diperlukan proses cut and fill dengan rata-rata elevasi lahan sebesar 4% untuk di hole 1 - 3 sedangkan sebesar 2 % untuk hole 4 - 9.

c.) The Golf Pantai Indah Kapuk

Jenis Tanah di kawasan the Golf Pantai Indah Kapuk dipengaruhi oleh hasil endapan sungai yang mengalir di wilayah tersebut. Kondisi tanah aslinya merupakan endapan tanah liat bercampur pasir dengan jenis aluvial kelabu dan regosol coklat. Endapan sungai membentuk endapan alluvial pantai dengan


(45)

permukaan tanah datar dan subur karena dipengaruhi oleh endapan sungai yang mengandung sedimen bahan organik dengan tekstur tanah lunak. Kondisi ini menyebabkan daya dukung tanah rendah dan proses intrusi air laut tinggi. Variasi kelerengan pada wilayah studi relatif datar dan landai, kondisi ini dipertahankan sehingga kawasan permainan the golf Pantai Indah Kapuk menjadi lebih menantang.

4.2. Potensi C-Stock Rumput Golf Area Permainan

Rumput golf yang dijadikan sampel pada 3 lokasi penelitian adalah rumput yang berada pada area green, teebox, fairway, dan rough (Gambar 12). Penggunaan jenis rumput dan luasan pada masing-masing area permainan di 3 lokasi penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Gambar 12. Area green (kiri atas), teebox (kanan atas), fairway (kiri bawah), dan rough (kanan bawah) di lokasi penelitian.

Secara keseluruhan pada 3 lokasi penelitian yaitu Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, dan the Golf Pantai Indah Kapuk luasan pada area permainan fairway dan rough memiliki luas area yang lebih besar dibandingkan luasan area pada


(46)

31   

green maupun teebox. Penggunaan jenis rumput pada tiap area permainan di masing-masing lokasi penelitian relatif sama, kecuali pada area teebox di Cibodas Golf Park yang menggunakan rumput jenis Zoysia var matrella.

Tabel 4. Rataan biomassa, nilai fixed carbon, dan nilai cadangan karbon rumput golf pada tiap area permainan di tiga lokasi penelitian

Lokasi Area Biomassa Fixed Carbon Above ground Above ground

(kg/ha) (%) C-Stock (kg/ha) C-Stock

Cibodas Green 5553.22 17.57 975.70 ab Cibodas Golf Park

Golf Park Teebox 6355.91 18.94 1203.81 ab vs

Fairway 8104.38 19.88 1611.15 ab Bogor Golf Club

Rough 17581.62 21.27 3739.61 ab

Total 37595.13 - 7530.26 *

Bogor Golf Green 6404.36 17.88 1145.10 ab Cibodas Golf Park

Club Teebox 9838.84 19.93 1960.88 ab vs

Fairway 11574.67 25.66 2970.06 a the Golf Pantai

Rough 12102.73 28.55 3455.33 ab Indah Kapuk

Total 39920.60 - 9531.36 *

the Golf Green 7037.86 22.69 1596.89 a Bogor Golf Club

Pantai Indah Teebox 7917.77 29.15 2308.03 a vs

Kapuk Fairway 8488.69 24.66 2093.31ab the Golf Pantai

Rough 10885.98 44.37 4830.11 a Indah Kapuk

Total 34330.30 - 10828.34 tn

Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada area yang sama di lokasi berbeda tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (P > 0.05). Untuk total C-Stock * = berbeda

nyata (P < 0.05), tn = tidak berbeda nyata (P > 0.05) menuju uji t student.

Gambar 13. Potensi cadangan karbon rumput golf area permainan di tiga lokasi penelitian (Keterangan untuk total C-Stock: * = berbeda nyata, tn = tidak berbeda nyata menurut uji t student).

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

Cibodas Golf Park Bogor Golf Club The Golf Pantai Indah  Kapuk C Stock   (kg/ha)

green teebox fairway rough total

tn tn


(47)

Ketinggian rumput golf pada area permainan green berkisar antara 3-8 mm, teebox 10 mm, fairway 15 mm, dan rough 70 mm. Hasil analisis kadar karbon sampel rumput golf untuk ketiga lokasi penelitian menunjukkan kadar karbon cenderung meningkat mulai dari area green, teebox, fairway, dan rough (Lampiran 4-6).

Dari ketiga padang golf nilai cadangan karbon tertinggi rumput golf pada area permainan terdapat di area rough berturut-turut sebesar 3739.61, 3455.33, dan 4830.11 kg/ha (Gambar 13). Penurunan ketinggian lokasi penelitian mulai dari Cibodas Golf Park (1330 m dpl) sampai the Golf Pantai Indah Kapuk (3 m dpl) meningkatkan potensi cadangan karbon rumput golf pada masing-masing area permainan dengan nilai total cadangan karbon 7530.26, 9531.36, 10828.34 kg/ha.

4.3. Potensi Cadangan Karbon Pohon di Tiga Lokasi Penelitian

Cadangan karbon pohon meningkat dengan bertambahnya kelas DBH pada masing-masing lokasi penelitian. Rekapitulasi hasil uji statistik pada ketiga lokasi penelitian dengan variabel cadangan karbon dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai cadangan karbon pada berbagai kelas DBH di tiga lokasi penelitian Kelas

DBH Cibodas Golf Park Bogor Golf Club the Golf PIK

(cm) Biomassa C-Stock Biomassa C-Stock Biomassa C-Stock

(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha)

< 10 1449.22 724.61c 192.5 96.25c 5.5 2.75bc

10 - 19.9 4224.88 2112.44b 4038.72 2019.36c 47.86 23.93bc

20 - 29.9 2135.08 1067.54c 5811.9 2905.95bc 3783.92 1891.96b

30- 39.9 12856.76 6428.38a 13253.66 6626.83b 4717.44 2358.72b

> 40 48566.06 24283.03a 38438.08 19219.04a

Total 20665.94 10332.97 71862.84 35931.42 46992.8 23496.40

Cibodas Golf Park Cibodas Golf Park Bogor Golf club

vs vs vs

Bogor Golf Club the Golf PIK the Golf PIK

Total

C-Stock * * *

Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (P > 0.05)


(48)

33   

Secara statistik nilai cadangan karbon di Cibodas Golf Park berbeda nyata di kelas diameter 10-19.9 cm dengan nilai sebesar 2112.44 kg/ha dan pada kelas diameter 30-39.9 cm dengan nilai cadangan karbon sebesar 6428.38 kg/ha. Nilai cadangan karbon pada masing-masing kelas diameter untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada (Gambar 14).

Gambar 14. Sebaran cadangan karbon pohon pada berbagai kelas DBH

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

< 10 10 ‐19.9 20 ‐29.9 30 ‐39.9

C Stock   pohon   (kg/ha)

Kelas DBH (cm)

di Cibodas Golf Park.

Gambar 15. Sebaran cadangan karbon pohon pada berbagai kelas DBH

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

< 10 10 ‐19.9 20 ‐29.9 30 ‐39.9 > 40

C Stock   pohon   (kg/ha)

Kelas DBH (cm)

di Bogor Golf Club.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

< 10 10 ‐19.9 20 ‐29.9 30 ‐39.9 > 40

C Stock   pohon   (kg/ha)

Kelas DBH (cm)

Gambar 16. Sebaran cadangan karbon pohon pada berbagai kelas DBH di the Golf Pantai Indah Kapuk.


(49)

Bogor Golf Club dengan ketinggian lokasi 230 m dpl menghasilkan cadangan karbon pohon pada berbagai kelas diameter yang cenderung meningkat dengan bertambahnya kelas diameter (Gambar 15). Nilai cadangan karbon pohon yang terendah terdapat pada kelas diameter < 10 cm sedangkan nilai C-Stock tertinggi terdapat pada kelas diameter > 40 cm.

Secara statistik nilai cadangan karbon pohon pada Bogor Golf Club tidak berbeda nyata antara pohon yang memiliki kelas diameter < 10 cm, 10-19.9 cm, dan 20-29.9 cm. Pohon yang memiliki kelas diameter 30-39.9 cm dan > 40 cm dengan nilai cadangan karbon masing-masing 6626.83 dan 24283.03 kg/ha memiliki perbedaan nyata nilai cadangan karbon dengan kelas diameter pohon lainnya (Gambar 15).

Cadangan karbon pohon dengan kelas diameter > 40 cm pada area the Golf Pantai Indah Kapuk memiliki perbedaan nyata dengan nilai cadangan karbon pada kelas diameter lainnya (Gambar 16). Nilai cadangan karbon pada berbagai kelas diameter cenderung bertambah dengan meningkatnya kelas diameter. Nilai cadangan karbon tertinggi dihasilkan oleh pohon dengan kelas diameter > 40 cm yaitu sebesar 19219.04 kg/ha.

Gambar 17 menunjukkan bahwa spesies pohon dengan famili Casuarinaceae seperti cemara laut dan cemara gunung merupakan vegetasi dominan yang memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap nilai total cadangan karbon yaitu sebesar 7105.54 kg/ha. Vegetasi lainnya pada Cibodas Golf Park yang memberikan kontribusi untuk total cadangan karbon tertinggi antara lain pohon dengan famili Fabaceae, Dicksoniaceae, Araucariaceae, dan Myrtaceae masing-masing dengan nilai C-Stock sebesar 1482, 452.90, 431.77, dan 308.62 kg/ha.

Pada area Bogor Golf Club spesies pohon yang berasal dari famili Fabaceae seperti angsana merupakan famili yang memberikan kontribusi total cadangan karbon terbesar yaitu sebesar 8364.06 kg/ha (Gambar 18). Sedangkan famili lainnya yang memberikan kontribusi terbesar untuk nilai total cadangan karbon berasal dari famili Meliaceae, Anacardiaceae, dan Euphorbiaceae masing-masing memiliki nilai total cadangan karbon sebesar sebesar 7477.18, 4795.30, 3926.20, dan 2910.92 kg/ha.


(50)

35   

Spesies pohon dari famili Fabaceae, Arecaceae, Moraceae, Acanthaceae, dan Apocynaceae pada the Golf Pantai Indah Kapuk merupakan famili yang memberikan kontribusi terbesar untuk total cadangan karbon masing-masing sebesar 11969.75, 8801.34, 2185.52, 265.59, dan 247.51 kg/ha (Gambar 19).

Gambar 17. Sebaran cadangan karbon pohon berdasarkan famili pada

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 C Stock   pohon   (kg/ha)

Cibodas Golf Park.

Gambar 18. Sebaran cadangan karbon pohon berdasarkan famili pada Bogor Golf Club.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 C Stock   pohon   (kg/ha)

Gambar 19. Sebaran cadangan karbon pohon berdasarkan famili pada

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 C Stock   pohon   (kg/ha)


(51)

Gambar 20. Hubungan antara kerapatan pohon dan luas bidang dasar

R² = 0.953

R² = 0.981

0 2 4 6 8 10 12 0 10 20 30 40 50

0 5 10 15 20 25

Luas   Bidang   Dasar   (m²/ha) Kerapatan   pohon   (individu/ha)

Cadangan Karbon (ton/ha)

Power (Kerapatan Tegakan) Linear (Luas Bidang Dasar)

dengan cadangan karbon pada lokasi penelitian. Tabel 6. Korelasi antara kerapatan pohon dan luas bidang dasar dengan cadangan karbon di lokasi penelitian

Koefisien Korelasi Kerapatan Pohon Luas Bidang Dasar

Cadangan Karbon 0.86* 0.99**

Keterangan : * Memiliki korelasi nyata pada taraf kepercayaan 95% ** Memiliki korelasi nyata pada taraf kepercayaan 100%

Fungsi persamaan power digunakan dalam pendugaan hubungan antara kerapatan pohon dengan cadangan karbon. Terlihat bahwa seiring bertambahnya kerapatan pohon maka pertambahan cadangan karbon cenderung meningkat (Gambar 20). Begitu juga dengan peningkatan luas bidang dasar yang akan meningkatkan cadangan karbon pada tegakan secara linier. Koefisien korelasi antara cadangan karbon vs kerapatan dan cadangan karbon vs luas bidang dasar berbeda nyata dan memiliki korelasi tinggi antara satu dengan yang lainnya dengan nilai masing-masing sebesar 0.86 dan 0.99 (Tabel 6).

4.4. Potensi Cadangan Karbon Total dan Serapan CO₂ dalam Skala Lanskap

Untuk menghitung total cadangan karbon dan Serapan CO2 maka perlu diketahui luas masing-masing area permainan di padang golf tersebut. Pada penelitian ini area permainan padang golf yang digunakan untuk mengestimasi cadangan karbon pada tiga lokasi penelitian berupa area yang ditanami rumput golf (green, teebox, fairway, dan rough) serta area yang ditanami oleh pepohonan.


(52)

37   

Secara lebih detail luasan dan persentase luas pada masing-masing area permainan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Luas dan persentase luasan pada area permainan di tiga lokasi padang golf

Lokasi Area Luas Area Luas area Persentase Luas

(m²) (ha) (%)

Cibodas Golf Park Green 4501.15 0.45 2.37

Teebox 4730.28 0.47 2.49

Fairway 52367.69 5.24 27.56

Rough 20578.14 2.06 10.83

Pohon 70118.70 7.01 36.90

Lain-lain 37700 3.77 19.84

Total 189995.96 19.00 100.00

Bogor Golf Club Green 4799.25 0.48 2.29

Teebox 5714.12 0.57 2.72

Fairway 52725.73 5.27 25.11

Rough 24571.89 2.46 11.70

Pohon 100118.36 10.01 47.68

Lain-lain 22050.69 2.21 10.50

Total 209980.04 21.00 100.00

The Golf Pantai Indah Kapuk Green 15858.60 1.59 1.98

Teebox 16863.10 1.69 2.11

Fairway 94400.00 9.44 11.80

Rough 248622.70 24.86 31.08

Pohon 284778.43 28.48 35.60

Lain-lain 139477.01 13.95 17.44

Total 799999.84 80.00 100.00

Sumber : Pengolahan Data Pengelola

Secara keseluruhan di tiga lokasi padang golf yaitu masing-masing Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, dan the Golf Pantai Indah Kapuk area yang ditanami oleh pohon mendominasi ± 30 % total persentase luas padang golf (Tabel 7). Sedangkan luasan area yang ditanami rumput golf memiliki kecenderungan luas area masing-masing yang lebih bervariasi antar padang golf.

Pohon pada the Golf Pantai Indah Kapuk memiliki distribusi terbesar terhadap total cadangan karbon di lokasi penelitian, diikuti oleh pohon pada Bogor Golf Club, dan Cibodas Golf Park. Demikian juga halnya dengan cadangan karbon total rumput golf, dimana rumput golf pada the golf Pantai Indah Kapuk


(53)

memiliki cadangan karbon tertinggi diikuti Bogor Golf Club, dan Cibodas Golf Park (Gambar 21).

Gambar 21. Distribusi cadangan karbon total antara rumput golf dan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

The Golf  Pantai Indah 

Kapuk Bogor Golf 

Club Cibodas Golf 

Park

C‐Stock (ton)

Rumput Golf Pohon

pohon di tiga lokasi penelitian.

Gambar 22. Total cadangan karbon dan serapan CO2 di tiga lokasi

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 The Golf Pantai 

Indah Kapuk Bogor Golf Club Cibodas Golf Park

ton

Total C‐Stock Total Serapan CO2

penelitian.

Total nilai cadangan karbon pada pada penelitian ini meningkat mulai dari Cibodas Golf Park, Bogor Golf Club, dan the Golf Pantai Indah Kapuk dengan nilai masing-masing 96.56, 378.58, dan 815.4 ton (Gambar 22). Berdasarkan nilai cadangan karbon yang dihasilkan maka serapan CO2 dapat diketahui. Nilai total serapan CO2 dari tiga lokasi penelitian yaitu sebesar 354.38, 1389.39, 2992.52 ton


(1)

Lampiran 1. Hasil analisis vegetasi di Cibodas Golf Park

No

Nama Ilmiah Famili KR (%)

FR (%)

DR

(%) INP Tiang

1. Cibotium baranetz J. Sm. Dicksoniaceae 25 50 26.61 101.61 2. Schima wallichi (DC.) Korth. Theaceae 75 50 73.38 198.38

Total 100 100 100 300

Pohon 3. Araucaria heterophylla (Salisb).

Franco

Araucariaceae 6.57 8.70 11.73 26.99 4. Bambusa tuldoides Munro Gramineae 27.01 4.35 1.25 32.60 5. Brugmansia suaveolens Bercht. &

J. Presl

Solanaceae 2.92 8.70 0.42 12.03 6. Calliandra haematocephala

Hassk.

Fabaceae 2.92 4.35 0.73 8.00 7. Casuarina equisetifolia L. Casuarinaceae 6.57 8.70 23.44 38.71 8. Casuarina junghuniana Miq. Casuarinaceae 3.65 8.70 21.77 34.12 9. Chrysalidocarpus lutuscens

(H.Wendl.) Beentje & J.Dransf.

Arecaceae 1.46 4.35 2.56 8.37 10. Cibotium baranetz J. Sm. Dicksoniaceae 5.84 17.39 8.55 31.78 11. Ficus ribes Reinw. Moreceae 3.65 4.35 0.55 8.55 12. Melaleuca leucandendra L. Myrtaceae 16.79 8.70 4.44 29.92 13. Pinus merkusii Jungh.& De Vr Pinaceae 0.73 4.35 0.15 5.23 14. Pterocarpus indicus Willd. Fabaceae 21.17 13.04 23.49 57.70 15. Stelechocarpus burahol (Blume)

Hook. & Thomson

Anonaceae 0.73 4.35 0.91 5.99

Total 100 100 100 300

Keterangan :

KR = Kerapatan relatif FR = Frekuensi relatif DR = Dominasi relatif INP = Indeks nilai penting


(2)

Lampiran 2. Hasil analisis vegetasi di Bogor Golf Club

No

Nama Ilmiah Famili KR (%)

FR (%)

DR

(%) INP Tiang

1. Araucaria heterophylla (Salisb). Franco

Araucariaceae 14.29 16.67 10.99 41.94 2. Maesopsis eminii Engl. Rhamnaceae 28.57 16.67 20.18 65.42 3. Pinus merkusii Jungh.& De Vr Pinaceae 14.29 16.67 19.34 50.29 4. Polyahia longifolia Sonn. Annonaceae 14.29 16.67 14.99 45.94 5. Tectona grandis L.f. Lamiaceae 28.57 33.33 34.50 96.41

Total 100 100 100 300

Pohon 6. Paraserianthes falcataria (L.)

Nielsen

Fabaceae 1.85 2.86 0.26 4.97 7. Casuarina junghuniana Miq. Casuarinaceae 7.41 5.71 1.11 14.23 8. Delonix regia Raf. Fabaceae 5.56 5.71 6.97 18.24 9. Dracontomelon dao Merr. Anacardiaceae 3.70 2.86 14.03 20.59 10. Hevea brasiliensis Muell. Arg Euphorbiaceae 1.85 2.86 8.07 12.78 11. Lagerstroemia floribunda L. Lythraceae 3.70 5.71 6.66 16.08 12. Leucaena leucocephala (Lam.) de

Wit

Fabaceae 7.41 8.57 3.40 19.37 13. Maesopsis eminii Engl. Rhamnaceae 5.56 5.71 1.15 12.42 14. Pinus merkusii Jungh.& De Vr Pinaceae 5.56 8.57 6.38 20.50 15. Podocarpus neriifolius D. Don Podocarpaceae 1.85 2.86 0.86 5.57 16. Polyahia longifolia Sonn. Annonaceae 1.85 2.86 0.77 5.48 17. Pterocarpus indicus Willd. Fabaceae 12.96 5.71 22.57 41.24 18. Shorea macrobalanos Ash. Dipterocarpaceae 3.70 2.86 0.06 6.62 19. Swietenia mahogani (L.) Jacq. Meliaceae 9.26 5.71 17.94 32.91 20. Tectona grandis L.f. Lamiaceae 18.52 20.00 7.64 46.15 21. Terminalia catappa L. Combretaceae 1.85 2.86 0.51 5.22 22. Thuja orientalis L. Cupressaceae 1.85 2.86 0.90 5.61 23. Vatica rassak (Korth.) Blume Dipterocarpaceae 5.56 5.71 0.74 12.01

Total 100 100 100 300

Keterangan :

KR = Kerapatan relatif FR = Frekuensi relatif DR = Dominasi relatif INP = Indeks nilai penting


(3)

Lampiran 3. Hasil analisis vegetasi di the Golf Pantai Indah Kapuk

No Nama Ilmiah Famili KR

(%)

FR (%)

DR

(%) INP Pohon

1. Abrus precatorius L. Fabaceae 7.81 4.00 7.66 19.48 2. Arthocarpus altilis Fosberg Moraceae 3.13 4.00 5.97 13.09 3. Avicenia sp L. Acanthaceae 4.69 4.00 1.54 10.22 4. Bismarckia nobilis Hildebrandt &

H.Wendl.

Arecaceae 7.81 8.00 8.61 24.42 5. Carpentaria acuminata (H.Wendl. &

Drude) Becc.

Arecaceae 1.56 4.00 1.46 7.02 6. Chrysalidocarpus lutescens

(H.Wendl.) Beentje & J.Dransf.

Arecaceae 3.13 4.00 0.74 7.86 7. Coccos nucifera L. Aracaceae 3.13 4.00 1.22 8.34 8. Cocos nucifera L. var. eburnea Arecaceae 3.13 4.00 1.24 8.37 9. Cyrtostachys lakka Becc. Arecaceae 3.13 4.00 5.87 13.00 10. Delonix regia Raf. Fabaceae 4.69 8.00 3.42 16.11 11. Dypsis decaryi (Jum.) Beentje &

J.Dransf.

Arecaceae 4.69 4.00 6.23 14.92 12. Erythrina crista-galli L. Fabaceae 6.25 4.00 3.36 13.61 13. Ficus lyrata Warb. Moraceae 4.69 4.00 1.39 10.08 14. Livistona rotundifolia (Lam.) Mart. Arecaceae 3.13 4.00 4.72 11.85 15. Livistonia australis C. Martius Arecaceae 4.69 4.00 10.32 19.00 16. Nerium oleander L. Apocynaceae 3.13 4.00 1.47 8.59 17. Peltophorum pterocarpum (DC.) K.

Heyne.

Fabaceae 4.69 4.00 3.06 11.74 18. Pisonia alba L. Nyctaginaceae 7.81 4.00 0.40 12.21 19. Samanea saman (Jacq.} Merr. Fabaceae 6.25 8.00 22.08 36.33 20. Tamarindus indica L. Fabaceae 3.13 4.00 3.50 10.62 21. Veitchia merillii (Becc.) H. E. Moore. Arecaceae 4.69 4.00 4.02 12.71 22. Wodyetia bifurcata Irvine. Arecaceae 4.69 4.00 1.72 10.41

Total 100 100 100 300

Keterangan :

KR = Kerapatan relatif FR = Frekuensi relatif DR = Dominasi relatif INP = Indeks nilai penting


(4)

Lampiran 4. Kadar zat terbang, kadar abu, dan kadar karbon di rumput golf pada

Cibodas Golf Park

No Area

rumput Bagian

Kandungan (%)

Zat terbang

Abu

Karbon

1.

Green

Akar

59.70

23.74 16.56

Daun

65.86

17.82 16.32

2.

Akar

60.34

18.99 20.67

Daun

63.62

16.98 19.40

3.

Akar

55.17

23.65 21.18

Daun

61.16

18.77 20.08

1.

Teebox

Akar

56.23

21.10 22.67

Daun

64.56

17.59 17.85

2.

Akar

67.11

16.29 16.60

Daun

67.55

12.86 19.60

3.

Akar

62.99

15.08 21.94

Daun

69.23

13.42 17.35

1.

Fairway

Akar

56.78

19.41 23.81

Daun

62.75

18.33 18.92

2.

Akar

64.17

16.97 18.86

Daun

75.56

10.71 13.74

3.

Akar

62.40

17.57 20.03

Daun

68.07

15.51 16.43

1.

Rough

Akar

57.06

20.17 22.77

Daun

57.35

18.89 23.76

2.

Akar

58.33

17.55 24.12

Daun

55.69

18.94 25.37

3.

Akar

60.46

19.93 19.61


(5)

Lampiran 5. Kadar zat terbang, kadar abu, dan kadar karbon di rumput golf pada

Bogor Golf Club

No Area

rumput Bagian

Kandungan (%)

Zat terbang

Abu

Karbon

1.

Green

Akar

66.28

16.81 16.91

Daun

74.56

12.35 13.08

2.

Akar

62.80

23.04 14.17

Daun

74.34

13.64 12.02

3.

Akar

53.31

27.43 19.26

Daun

67.93

18.66 13.41

1.

Teebox

Akar

61.49

20.40 18.11

Daun

67.97

15.62 16.41

2.

Akar

63.06

16.60 20.34

Daun

65.28

19.48 15.23

3.

Akar

58.78

21.83 19.39

Daun

72.51

12.01 15.48

1.

Fairway

Akar

58.78

20.97 20.26

Daun

66.44

17.83 15.73

2.

Akar

61.62

23.19 15.19

Daun

71.90

16.38 11.72

3.

Akar

63.09

19.90 17.01

Daun

68.83

17.16 14.02

1.

Rough

Akar

66.46

13.53 20.01

Daun

55.23

24.79 19.98

2.

Akar

62.58

18.65 18.77

Daun

57.21

25.16 17.63

3.

Akar

64.17

16.42 19.41


(6)

Lampiran 6. Kadar zat terbang, kadar abu, dan kadar karbon di rumput golf pada

the Golf Pantai Indah Kapuk

No Area

rumput Bagian

Kandungan (%)

Zat terbang

Abu

Karbon

1.

Green

Akar

73.72

12.94 13.35

Daun

73.77

12.35 13.87

2.

Akar

73.98

18.85 7.17

Daun

64.63

7.57 27.80

3.

Akar

68.07

22.56 9.37

Daun

21.90

37.26 40.85

1.

Teebox

Akar

80.34

4.15 15.51

Daun

82.62

4.92 12.46

2.

Akar

47.95

11.58 40.47

Daun

71.17

0.36 28.47

3.

Akar

39.16

40.30 20.54

Daun

42.88

3.72 53.40

1.

Fairway

Akar

76.29

7.99 15.72

Daun

75.96

8.87 15.16

2.

Akar

68.89

19.63 11.48

Daun

13.59

68.80 17.61

3.

Akar

17.75

64.39 17.86

Daun

29.23

51.11 19.65

1.

Rough

Akar

77.30

8.16 14.53

Daun

21.14

9.55 69.31

2.

Akar

60.04

13.48 26.49

Daun

15.78

31.99 52.23

3.

Akar

54.09

28.31 17.60