BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jernang merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK yang telah lama dikenal sebagai barang ekspor. Dunia perdagangan mengenalnya dengan
sebutan “dragon’s blood”. Sumber penghasil utama jernang adalah buah rotan jernang dari kelompok Daemonorops, dengan nama lokal “jernang”. Kegunaan
jernang adalah untuk bahan baku pewarna dalam industri keramik, marmer, alat- alat batu, kayu, kertas dan keperluan industri farmasi Januminro 2000.
Mengingat jernang sebagai salah satu kekayaan keanekaragaman hayati yang memiliki manfaat ekonomi dan ekologi, maka teknik pemanenan dan pengolahan
yang tepat diperlukan untuk meningkatkan produksi jernang. Menurut Januminro 2000, pemanenan buah dilakukan sebelum buah
masak karena buah yang sudah masak resin jernangnya sudah keluar mencair dan jatuh ke tanah. Menurut Winarni et al. 2005, potensi produksi jernang semakin
berkurang. Penyebaran jernang pada umumnya masih terdapat di hutan alam dan hutan lindung. Semakin banyak orang mengetahui manfaat jernang yang cukup
banyak, maka banyak yang memanen tanpa memperhatikan kelestariannya. Menurut Kalima 1991, jika terpaksa pemanenan buah dilakukan dengan cara
rotan di tarik dengan alat pengait atau ditebang dan dipanen batangnya, sehingga teknik pemanenan buah perlu diperhatikan lebih lanjut agar produksi jernang
dapat meningkat. Pada umumnya cara yang digunakan masyarakat dalam menghasilkan
jernang adalah dengan cara menumbuk buah rotan dalam keranjang sampai mengeluarkan resin Januminro 2000. Cara masyarakat tersebut menghasilkan
jernang dengan kadar kotoran yang cukup besar yaitu 16 Waluyo 2002. Berdasarkan SNI jernang 2010, kadar kotoran tersebut termasuk mutu A karena
kurang dari 39. Selain itu, menurut Suwardi et al. 2003, cara masyarakat menghasilkan rendemen sekitar 4 sampai dengan 6.
Beberapa penelitian dilakukan untuk meningkatkan rendemen dan menurunkan kadar kotoran untuk meningkatkan mutu. Menurut Suwardi et al.
2003, cara pengolahan buah yang menggunakan alkohol atau metanol mampu menghasilkan jernang dari sumber buah yang sama akan meningkat sekitar 4
sampai dengan 5 kali cara masyarakat. Bahkan bila ekstraksi hanya dilakukan terhadap daging buah saja, rendemen yang diperoleh mencapai 31,5 dengan
pelarut metanol dan 29 dengan pelarut alkohol. Meskipun cara ekstraksi jernang dengan alkohol menghasilkan rendemen yang tinggi namun investasi alat, biaya
operasional yang akan dikeluarkan jauh lebih besar dan sulit diterapkan oleh masyarakat setempat, sehingga perlu dicari alternatif teknologi pengolahan yang
tepat guna. Menurut Sumarna 2004, cara lain adalah cara basah yaitu dengan
merendam buah dalam air selama 1 sampai dengan 2 hari pada suhu kamar sekitar 25±3°C, selanjutnya dengan cara mengaduk-aduk buah di dalam bejana
maka jernang akan mengendap di dasar bejana. Jernang tersebut dipisahkan dari air dan siap untuk dijemur hingga diperoleh jernang dalam keadaan kering. Cara
basah pernah dikerjakan oleh masyarakat namun cara ini memerlukan waktu yang lama, sehingga tidak digunakan. Oleh karena itu data pengujian mutu belum
ditemukan walaupun menurut masyarakat hasil yang diperoleh akan lebih banyak dibandingkan penumbukan.
Menurut Coppen 1995 dalam Winarni et al. 2005, titik cair resin jernang sekitar 120°C, sehingga alternatif pengolahan yang dapat diterapkan adalah proses
perebusan dalam air. Proses perebusan diduga akan mencairkan jernang yang berada di bagian daging dan kulit buah, sehingga jernang lebih mudah diekstraksi.
Jernang yang berada dipermukaan air diambil dan kemudian akan mengering. Oleh karena itu dibandingkan dengan cara masyarakat, proses perebusan
diharapkan dapat menurunkan kadar kotoran jernang yang dihasilkan. Penelusuran pustaka belum menemukan pengaruh cara perebusan ini terhadap rendemen dan
mutu. Penelitian mengenai jernang masih sangat sedikit, sedangkan potensinya
cukup besar dan masih dapat dikembangkan. Perbaikan teknik pemanenan dan pengolahan untuk mendapatkan mutu jernang yang maksimal masih perlu diteliti.
Untuk itu, penelitian dilakukan dengan membandingkan cara masyarakat dan direbus dalam air.
1.2 Tujuan