Menurut Sumarna 1995, dalam proses pengumpulan buah rotan jernang hal yang penting adalah mengetahui aspek kondisi kemasakan buah optimal yaitu
berwarna merah kecokelatan. Buah yang menghasilkan jernang lebih banyak adalah buah yang tua namun belum terlalu masak. Buah dikumpulkan dengan cara
dipanjat melalui pohon inang di dekatnya. Buah yang rontok atau masih dalam tandan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam keranjang, diusahakan tidak
berjamur. Menurut Winarni et al. 2005, pemanenan buah yang dilakukan oleh suku
Anak Dalam Jambi adalah dengan cara memanjat pohon yang berada di dekat jernang tumbuh. Tandan buah diambil dengan bantuan galah. Buah yang dipungut
adalah buah yang sudah tua dan belum masak. Hal ini disebabkan karena buah yang sudah tua banyak mengandung jernang dibandingkan dengan buah yang
masih muda.
2.4 Pengolahan Buah Rotan Jernang
Menurut Kalima 1991, sampai saat ini pengolahan buah rotan jernang dilakukan secara tradisional dengan hanya menggunakan peralatan yang sangat
sederhana. Cara pengolahan yang dilakukan di tingkat desa masih terbatas pada pengolahan awal yaitu mempersiapkan jernang sebelum dipasarkan. Pengolahan
buah rotan jernang yang dilakukan masyarakat yaitu melalui penumbukan. Dari proses tersebut akan diperoleh serbuk jernang berwarna merah. Menurut
Januminro 2000, cara menumbuk buah rotan jernang dapat mempengaruhi mutu jernang yang dihasilkan. Jika kulit buah tercampur dengan jernang maka mutu
jernang yang dihasilkan akan menurun.
2.5 Mutu Jernang
Menurut Winarni et al. 2005, mutu terbaik berbentuk silindris panjang 30 sampai dengan 35 cm dengan tebal 2 sampai dengan 2,5 cm dan berbentuk bulat
telur. Mutu nomor dua berbentuk lempeng, sedangkan mutu nomor tiga berbentuk lembaran kertas. Mutu yang baik harus jernih dan bila ditumbuk akan diperoleh
serbuk berwarna merah tembaga yang larut dalam spirtus dengan warna terang.
Bila dilarutkan dalam alkohol akan diperoleh 9 residu yang terdiri dari serat dan pasir. Mutu rendah menghasilkan 20 residu.
Tabel 1 Spesifikasi persyaratan mutu jernang
No Jenis uji Satuan
Persyaratan Mutu super
Mutu A Mutu B
1 Kadar resin bb
Min. 80 Min.60
Min.25 2
Kadar air bb Maks.6
Maks.8 Maks.10
3 Kadar kotoran bb
Maks.14 Maks.39
Maks.50 4
Kadar abu bb Maks.4
Maks.8 Maks.20
5 Titik leleh
°C Min.80
Min.80 -
6 Warna
- Merah tua
Merah muda Merah pudar
Sumber : SNI jernang 2010
2.6 Pemanfaatan Jernang
Beberapa pemanfaatan jernang yang dilakukan oleh masyarakat adalah sebagai berikut Purwanto et al. 2005:
a. Bahan pewarna Jernang digunakan sebagai bahan pewarna yang memberikan warna
merah kecokelatan. Misalnya pewarna industri batik, berbagai jenis kerajinan tangan seperti anyaman daun pandan, rotan dan bahan lainnya. Selain itu,
jernang digunakan sebagai pewarna tubuh ornamental body, pada umumnya digunakan sebagai pewarna merah pada bagian sekitar mata dan tato. Para
pelukis menggunakan jernang sebagai bahan pewarna lukisannya yang memberikan warna merah ungu yang indah.
b. Bahan ramuan obat-obatan Secara tradisional pemanfaatan jernang sebagai ramuan obat diare dan
gangguan pencernaan lainnya. Di Eropa digunakan sebagai bahan baku obat- obatan seperti sakit disentri dan diare serta sebagai astringen pada pasta gigi.
Jernang mengandung resin-alcohol, draco-resinotannol dan sekitar 56 bahan tersebut berasosiasi dengan benzoic dan benzoic acid. Di Malaysia, jernang
digunakan sebagai bahan pengobatan gangguan pencernaan sedangkan masyarakat Benua menggunakannya sebagai bahan ramuan penyakit kencing
darah, sariawan dan sakit perut. Di Yunani, pada masa lalu “dragon’s blood” digunakan sebagai bahan obat sakit mata. Pada zamannya Rumphius, serbuk
jernang digunakan sebagai bahan obat penyembuh luka. Sebagai bahan membuat obat-obatan, jernang berkhasiat menghentikan pendarahan, obat luka
memar, melindungi permukaan luka bernanah menjadi busuk dan menghilangkan rasa sakit pada luka yang kronis.
c. Dupa Pada masa lalu, jernang digunakan sebagai dupa karena baunya yang
wangi, maka jernang digunakan sebagai pengganti kemenyan sehingga dinamakan “kemenyan merah”. Namun penggunaan jernang sebagai pengganti
kemenyan sudah jarang dilakukan oleh masyarakat Sumatera, karena orang lebih suka menggunakan kemenyan asli yang harganya lebih murah.
d. Magis Jernang dipercaya sebagai bahan penambah tenaga dalam ritual magis.
Pembakaran jernang pada dupa menyebabkan meningkatnya tingkat magis pada mantra-mantra yang dibacakan, sebagai penambah minyak dan sabun
mandi, dapat juga untuk mengusir setan di sekitar rumah yaitu dengan membakar jernang dan asapnya disebarkan di sekeliling rumah.
e. Jernang digunakan sebagai campuran pembuatan minyak wangi.
2.7 Kandungan Senyawa Kimia