1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk: a.
Menganalisis potensi rotan penghasil jernang di Kabupaten Sarolangun, Jambi.
b. Menguraikan teknik pemanenan buah rotan jernang yang dilakukan
masyarakat desa. c. Menganalisis rendemen dan mutu jernang yang dihasilkan dari pengolahan
cara masyarakat dan cara perebusan.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yaitu dapat menambah wawasan ilmu dan menunjang sumbangan pemikiran bagi
pengembangan ilmu kehutanan serta diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang teknik pemanenan buah rotan jernang yang benar dan
pengolahan jernang yang mampu meningkatkan rendemen dan mutu jernang melalui cara tepat guna.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK
Sesuai ketentuan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 23, disebutkan bahwa pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan bertujuan
untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya. Dalam pedoman ini
pemanfaatan HHBK adalah pemanfaatan HHBK melalui pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan menerapkan prinsip kelestarian dan tetap
memperhatikan fungsi hutan. Pemanfaatan HHBK dalam pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tetap memperhatikan fungsi hutan dan aspek
kelestarian hutan. Beberapa jenis HHBK mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, antara lain: rotan, madu, kemiri, gaharu, ulat sutera, gondorukem dan lain-lain.
Jenis-jenis tersebut memiliki prospek pasar baik di dalam maupun di luar negeri.
2.2 Rotan
Semua jenis bahan berkayu yang dipakai sehari-hari adalah produk dari tanaman yang termasuk subdivisi Gymnospermae dan Angiospermae. Dari
subdivisi gymnospermae yang banyak menghasilkan kayu berasal dari kelas Coniferales
kayu konifersoftwood, sedangkan dari sub-divisi Angiospermae terbagi menjadi dua kelas, yaitu Monocotyledoneae dan Dicotyledoneae. Dari
kelas dicotyledon dihasilkan kayu daun lebar hardwood. Adapun rotan berasal dari subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo Arecales, family
palmae Arecaceae Uhl dan Dransfield 1987 dalam Rachman dan Jasni 2008.
Rotan tergolong tumbuhan hutan dari anggota kelompok tumbuhan Palmae Arecaceae
yang memanjat liana. Indonesia sebagai negara tropis memiliki potensi sumberdaya rotan tertinggi. Sebanyak 516 jenis rotan yang sudah tercatat
dan diketahui diseluruh Asia Tenggara dan sebanyak ± 306 jenis telah teridentifikasi dan menyebar di Indonesia. Rotan telah dipungut, dipakai, diolah
dan diperdagangkan oleh penduduk Indonesia yang tinggal disekitar hutan untuk memenuhi permintaan rotan lokal dan internasional Januminro 2000. Hingga
saat ini rotan dikenal hanya bentuk produk berupa batang dengan ragam jenis dan sebagian besar memiliki peruntukan sebagai bahan baku industri tikar, berbagai
jenis barang kerajinan serta perlengkapan rumah tangga dan berbagai produk mebeler furnitur. Produk komoditas rotan yang akhir-akhir ini menjadi perhatian
dunia adalah produk turunan dari buah rotan jernang yang dapat menghasilkan produk berupa resin. Produk resin yang sejak masa penjajahan Belanda telah
diketahui adalah resin jernang yang lebih dikenal dengan nama “darah naga“ dan dalam perdagangan internasional dikenal sebagai “dragon’s blood “ Arifin 2007.
2.2.1 Rotan penghasil jernang
Jernang merupakan hasil ekstraksi buah beberapa jenis rotan dari kelompok Daemonorops
. Jernang adalah suatu padatan yang mengkilat, bening atau kusam, rapuh, meleleh bila dipanaskan dan mudah terbakar dengan mengeluarkan asap
Sumadiwangsa 2000 dalam Winarni et al. 2005. Diakui bahwa potensi resin jernang tergolong semakin menurun disebabkan oleh pola produksi yang tidak
lestari. Masyarakat Suku Kubu di Sumatera dan Suku Dayak di Kalimantan telah lama memanfaatkan resin jernang sebagai bahan pewarna pakaian. Namun, karena
tidak disertai upaya penanaman kembali, serta pemanenan yang dilakukan dengan cara memotong batang sehingga dapat mengakibatkan kelestarian produksi tidak
terjamin. Saat ini, masyarakat sudah mulai kesulitan memperoleh jernang di hutan alam Arifin 2007.
Dragon’s blood merupakan resin yang dihasilkan dari genus Daemonorops
yang terdapat pada daging dan permukaan kulit buah rotan jernang dewasa. Berikut beberapa jenis Daemonorops penghasil jernang Purwanto et al. 2005:
a. D. acehensis Rustiami
Merupakan jenis endemik di Aceh Utara. Tergolong jenis rotan berukuran kecil, batang bisa mencapai 5 m, diameter batang tanpa pelepah 10
mm, diameter batang dengan pelepah 25 mm, panjang ruas batang mencapai 50 mm. Buahnya bulat berukuran 2,2x1,8 cm
2
dan kulit buahnya menghasilkan jernang berwarna merah kecokelatan.
b. D. brachystacliys Furt.
Penyebaran jenis ini meliputi daerah Kelantan, Kedah, Perak, Selangor, Sumatera Utara dan Jambi. Diameter batang tanpa pelepah 4 cm, diameter
batang dengan pelepah 6 cm dan panjang batang ± 1 m. Buahnya berukuran 2,5x2 cm
2
. Kulit buahnya menghasilkan jernang berwarna merah kecokelatan. c. D. didymophyllus
Becc. Daerah penyebarannya meliputi Kalimantan, Sumatera, Semenanjung
Malaysia dan Thailand Selatan. Buahnya hanya sedikit menghasilkan jernang. Jenis rotan ini bisa tumbuh dari pantai hingga ketinggian 1000 mdpl.
Karakteristik morfologi dari jenis rotan ini adalah tumbuh merumpun, batangnya berukuran sedang berdiameter sampai 12 mm tanpa pelepah daun
dan 30 mm dengan pelepah daun dengan ruas batang berukuran 10 sampai dengan 12 cm
2
. Warna batangnya kusam kecokelat-cokelatan dan bagian dalam berwarna cokelat muda. Mutu batangnya tergolong rendah sehingga
masyarakat menggunakannya sebagai bahan pembuatan peralatan rumah tangga seperti keranjang. Buahnya dapat dimakan digunakan sebagai obat sakit
diare. d. D. draco
Willd. Blume Daerah penyebaran jenis ini adalah Sumatera dan Kalimantan. Jenis rotan
ini tumbuh merumpun di kawasan lembah dan banyak ditemukan di kawasan sekitar limpahan air Sungai. Panjang batang bisa mencapai 15 m dan panjang
ruasnya 15 sampai dengan 35 cm
2
. Diameter batang tanpa pelepah 8 sampai dengan 14 mm, diameter batang dengan pelepah 30 mm. Warna batang cokelat
kekuningan dan mengkilat. Jenis ini penghasil jernang terbanyak dibandingkan jenis lainnya. Pada umumnya buah yang dipanen untuk menghasilkan jernang
terbanyak yaitu buah yang menjelang masak. Apabila buah terlalu masak maka resin yang diperoleh sedikit dan batangnya digunakan untuk membuat
peralatan rumah tangga. Mutu rotannya termasuk mutu rendah. e. D. dracuncula
Ridl. Merupakan jenis endemik Siberut, Kepulauan Mentawai Sumatera Barat.
Jenis ini merupakan jenis rotan yang tumbuhnya soliter, batang berukuran kecil berdiameter 30 mm dengan pelepah daun dan 20 mm tanpa pelepah daun.
panjang batang hanya sekitar 2 m. Buah berukuran 2,2x0,9 cm
2
dan kulit buahnya menghasilkan jernang berwarna merah kecoklatan tua. Buahnya dapat
dimakan dan rasanya agak sepat.
f. D. dransfieldii Rustiami
Daerah penyebarannya meliputi daerah Sumatera Barat dan Batang Palupuh Bukit Tinggi. Jenis ini dikategorikan sebagai rotan berbatang kecil
dengan panjang dapat mencapai 6 m. Diameter 25 mm dengan pelepah daun dan 15 mm tanpa pelepah daun. Buahnya berukuran 2,5x1 cm
2
dan kulit buahnya menghasilkan jernang berwarna merah kecokelatan. Buahnya dapat
dimakan dan rasanya agak manis serta batangnya dapat digunakan sebagai tali. g. D. maculata
J. Dransf. Jenis ini merupakan endemik di Kalimantan dan Brunei. Jenis ini
tumbuh soliter dan batang bisa mencapai 5 m. Diameter 20 mm dengan pelepah daun dan 12 mm tanpa pelepah daun. Buah menghasilkan jernang
berwarna merah tua dan merupakan jenis rotan penghasil jernang cukup banyak.
h. D. micracantha Griff. Becc.
Penyebarannya meliputi wilayah Semenanjung Malaysia, Serawak, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Jenis ini tumbuh memanjat, soliter
dan banyak ditemukan di hutan dataran rendah dekat Sungai atau dekat kawasan tergenang pada ketinggian 0 sampai dengan 500 mdpl. Panjang
batang bisa mencapai 20 m, diameter 11 sampai dengan 20 mm dengan pelepah daun dan 6 sampai dengan 11 mm tanpa pelepah daun. Buah
berukuran 1,5x1,5 cm
2
. Jernang yang dihasilkan memiliki mutu terbaik dengan warna merah tua yang mengkilap. Selain sebagai rotan penghasil jernang,
batangnya mempunyai mutu cukup baik dan digunakan untuk bahan kerajinan rumah tangga seperti tikar, kursi dan tali.
i. D. rubra Blume
Daerah penyebarannya di Sumatera dan Jawa. Jenis ini tumbuh merumpun dengan ketinggian mencapai 10 m. Diameter 40 mm dengan
pelepah daun dan 15 mm tanpa pelepah daun. Buahnya berukuran 2x2 cm
2
. Buah menghasilkan jernang cukup banyak.
j. D. siberutensis Rustiami
Masyarakat Palembang
menyebutnya sebagai rotan bugkus, Suku Kubu menyebutnya rotan kelemunting. Jenis ini termasuk rotan kecil dan tumbuh
merumpun dengan panjang batang bisa mencapai 5 m. Diameter 17 mm dengan pelepah daun dan 9 mm tanpa pelepah daun. Buahnya berukuran 2x1,2
cm
2
dapat dimakan dan rasanya agak manis dan sepat. Kulit buah dapat menghasilkan jernang berwarna merah kecokelatan. Batangnya tidak bisa
digunakan sebagai bahan tali karena mudah putus. k. D. sekundurensis Rustiami Zumaidar
Penyebarannya di Sumatera Utara dan Aceh. Tumbuh di kawasan lereng perbukitan dan hutan-hutan terganggu pada ketinggian 800 mdpl. Jenis rotan
ini dikategorikan sebagai rotan kecil dengan panjang batang mencapai 2 m. Diameter 9 mm dengan pelepah daun dan 5 mm tanpa pelepah daun. Buahnya
berukuran 1,5x1 cm
2
dan menghasilkan jernang berwarna merah kecokelatan.
2.2.2 Ciri dan sifat morfologi rotan Daemonorops draco Willd. Blume
a. Akar rotan Menurut Januminro 2000, akar rotan merupakan bagian tanaman yang
sangat penting karena memiliki beberapa fungsi yaitu memperkuat tanaman berdiri secara keseluruhan, menyerap air dan zat-zat makanan yang tersedia
dari dalam tanah dan mengangkut air dan zat makanan yang sudah terserap kebagian tubuh lainnya. Seperti halnya tanaman lain dari suku Palmae
Arecaceae , akar rotan memiliki sifat yaitu sistem perakaran serabut dan akar
rotan berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan. b. Batang rotan
Batang rotan jenis Daemonorops draco Willd. Blume bisa mencapai 15 m. Jenis ini tumbuh berumpun Kalima 1991. Pada beberapa jenis tampak
adanya tonjolan dan lekukan pada sisi yang berlawanan sepanjang ruas. Tonjolan dan lekukan ini tampak lebih jelas pada buku yang berasal dari jejak
daun yaitu ikatan pembuluh yang menuju ke daun Rachman dan Jasni 2008. c. Daun
Menurut Kalima 1991, pangkal tandan daun berlutut jelas, sepanjang tandan daun terdapat duri-duri panjang tersusun mengelompok, makin ke ujung
dahan duri berukuran pendek. Kedudukan sirip daun berselang-seling. Panjang sirip daun mencapai 44 cm, lebar 2,5 cm dan jumlah sirip daun mencapai 50
pasang. Jarak pangkal tandan sampai sirip daun pertama 55 cm dan panjang daun sampai 3 m.
d. Bunga Bunga rotan terbungkus oleh seludang. Jika seludang terbuka, maka
bunga jantan siap membuahi, sedangkan bunga betina mulai masak pada hari ke-13 sampai hari ke-27 setelah seludangnya pecah. Ukuran bunga rotan relatif
kecil, hanya beberapa jenis saja yang ukurannya mencapai 1 cm atau lebih. Warna bunga rotan bervariasi yaitu kecokelatan, kehijauan, atau krem. Masa
berbunga sampai buah masak selama 7 sampai 13 bulan. Berdasarkan pengalaman, buah rotan akan masak berkisar bulan Agustus Januminro 2000.
e. Buah rotan jernang Buah rotan jernang terdiri atas kulit luar berupa sisik pericarp yang
berbentuk trapesium dan tersusun secara vertikal dari toksis buah. Ukuran sisik bervariasi, tergantung pada ukuran buah masing-masing, makin besar ukuran
buah maka makin besar pula ukuran sisiknya. Bentuk permukaan buah rotan jernang halus laevis atau kasar berbulu glaberous, sedangkan bentuk buah
rotan jernang pada umumnya bulat, lonjong, atau bulat telur. Kulit buah rotan jernang yang sudah matang berwarna cokelat, cokelat merah dan kemerah-
merahan yang terdapat produk turunan buah berupa resin berwarna merah dan dalam perdagangan internasional dikenal sebagai produk darah naga atau
“dragon’s blood”. Bagian bawah kulit buah terdapat sejenis selaput tipis berwarna putih membungkus daging buah, setelah buah terdapat biji rotan
Gambar 1.
Gambar 1 Penampang buah rotan jernang Arifin 2007. Biji buah rotan jernang memiliki permukaan rata dan halus atau kasar
berlekuk dangkal. Setiap biji rotan memiliki 1 sampai dengan 3 embrio yang tertutup oleh lapisan selaput keras sebagai pelindung embrio. Jenis buah rotan
Kulit buah rotan Daging buah
Biji Resin jernang yang berada diluar kulit
jernang dari marga Daemonorops, dibawah permukaan kulit buahnya mengandung banyak resin Januminro 2000.
f. Alat perambat Assesory Tanaman rotan dilengkapi sejenis alat perambat yang dikenal dengan
nama sulur panjat. Sulur panjat ini tumbuh dari ruas batang dan panjangnya bervariasi antara 3 sampai 5 cm, tergantung pada jenis dan varietasnya.
Sepanjang sulur dengan jarak tertentu ditumbuhi duri-duri pendek yang kuat. Fungsi sulur panjat ini, selain melapisi batang agar tumbuh kuat adalah sebagai
alat perambat atau pengikat disekitar tempat tumbuh rotan Januminro 2000.
2.2.3 Fisiologi perkembangan tumbuh
Berdasarkan pengamatan Sumarna 2009, jernang ditemukan di Taman Nasional TN Bukit 12 Jambi pada kondisi topografi relatif datar dan
bergelombang. Jenis tanah podsolik merah kuning dengan ketinggian tempat tumbuh 150 sampai dengan 200 mdpl. Secara ekologis, parameter suhu udara 22,3
sampai 32°C dengan kelembaban nisbi 81 dan intensitas cahaya 56,3. Potensi populasi jenis rotan jernang Daemonorops draco Willd. Blume rata-rata
berjumlah 3 rumpun dengan jumlah anakan 6 batang.
2.3 Teknik Pemanenan Buah Rotan Jernang
Menurut Januminro 2000, selain menghasilkan batang, rotan dari marga Daemonorops
juga menghasilkan resin dari buahnya. Pemungutan buah rotan jernang dilakukan sekitar bulan Agustus dan Oktober, karena pada bulan-bulan
tersebut buah rotan jernang siap untuk dipanen. Panen buah rotan jernang dilakukan 2 kali dalam setahun. Adapun tata cara pemungutan buah rotan jernang
adalah sebagai berikut: 1.
Buah yang dipanen adalah buah yang sudah tua tapi belum masak, karena buah yang sudah masak resin jernangnya sudah mencair dan jatuh ke tanah.
2. Buah yang dipanen dipotong tandannya dengan pisau atau dengan alat
pemotong lainnya. 3.
Buah dipisahkan dari tandannya dan dimasukkan ke dalam tempat yang telah disiapkan.
4. Buah rotan jernang siap ditumbuk.
Menurut Sumarna 1995, dalam proses pengumpulan buah rotan jernang hal yang penting adalah mengetahui aspek kondisi kemasakan buah optimal yaitu
berwarna merah kecokelatan. Buah yang menghasilkan jernang lebih banyak adalah buah yang tua namun belum terlalu masak. Buah dikumpulkan dengan cara
dipanjat melalui pohon inang di dekatnya. Buah yang rontok atau masih dalam tandan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam keranjang, diusahakan tidak
berjamur. Menurut Winarni et al. 2005, pemanenan buah yang dilakukan oleh suku
Anak Dalam Jambi adalah dengan cara memanjat pohon yang berada di dekat jernang tumbuh. Tandan buah diambil dengan bantuan galah. Buah yang dipungut
adalah buah yang sudah tua dan belum masak. Hal ini disebabkan karena buah yang sudah tua banyak mengandung jernang dibandingkan dengan buah yang
masih muda.
2.4 Pengolahan Buah Rotan Jernang