4.2 Aksesibilitas Bedasarkan Bursa Transmigrasi 2010, akses menuju Desa Lamban Sigatal
adalah sebagai berikut: a
Dari Ibu Kota Provinsi Jambi ke Ibukota Kabupaten Sarolangun dengan jarak 179 km
2
melalui jalan darat, ditempuh selama 4 jam dengan mobil. b
Dari Ibukota Kabupaten Sarolangun ke Kecamatan Pauh dengan jarak 25 km
2
melalui jalan darat, ditempuh selama 1 jam dengan mobil. c
Dari Kecamatan Pauh ke Lokasi Lamban Sigatal dengan jarak 38 km
2
melalui jalan darat waktu tempuh 1,5 jam dengan mobilmotor. Gambar 3 Sketsa lokasi penelitian Anonim 2006.
4.3 Topografi dan Iklim Wilayah
Topografi wilayah antara lain datar 0 sampai dengan 3 sebesar 436,88 ha 70,58, berombak 3 sampai dengan 8 sebesar 158,27 ha 25,57, agak
bergelombang 8 sampai dengan 15 sebesar 23,81 ha 3,85. Jenis tanah podsolik merah kuning, aluvial. Curah hujan terdiri dari bulan basah Agustus
sampai dengan Desember dan bulan kering Januari sampai dengan Juli dengan suhu rata-rata berkisar 29 sampai dengan 30,39
C Bursa Transmigrasi 2010.
4.4 Penduduk
Desa Lamban Sigatal memiliki penduduk sebanyak 843 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 435 jiwa dan perempuan sebanyak 408 jiwa. Jumlah Kepala
Keluarga KK sebanyak 180 KK atau rata-rata setiap keluarga beranggotakan 4 sampai dengan 5 jiwa. Sebagian keluarga memiliki pekerjaan sampingan sebagai
pencari jernang Gita Buana 2009.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Jernang
Kabupaten Sarolangun memiliki sumber daya hutan yang cukup berpotensi untuk dimanfaatkan dan dikelola sehingga mewujudkan kehidupan masyarakatnya
yang baik secara berkelanjutan. Tercatat di kabupaten tersebut seluas 252.377 ha wilayah atau 40 dari luas total wilayah daerah merupakan kawasan hutan yang
terdiri atas: hutan produksi 99.851 ha, hutan produksi terbatas 89.357,87 ha, hutan lindung 54.285 ha, kawasan taman nasional 8.810 ha dan cagar alam
73.740 ha Disbunhut Kab. Sarolangun 2009. Berdasarkan wawancara masyarakat desa, pada Hutan Tanaman Rakyat
HTR dalam 1 ha terdapat 500 rumpun jernang dengan jarak tanam 4 m x 5 m. Dalam satu rumpun terdapat lima batang, diperoleh 2.500 batangha. Menurut
masyarakat 60 batang betina, sehingga 1.500 batang siap berbunga. Dalam satu batang menghasilkan lima sampai enam tandan buah, pada umumnya dalam satu
kali panen hanya tiga tandan yang berbuah, sehingga dapat menghasilkan 4.500 tandan buah. Dari 50 tandan dapat menghasilkan 1 kg jernang dan dari 4.500
tandan buah dapat menghasilkan jernang sebanyak 90 kgha. Panen dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun yaitu panen raya dan panen sela sehingga
menghasilkan jernang sebanyak 180 kghath. Hasil inventarisasi Siswanto dan Wahjono 1996 di hutan Sarolangun-
Bangko, dalam 1 ha ditemukan jernang sebanyak tiga rumpun. Namun, pencari jernang menyatakan bahwa dalam 1 ha hutan blok Bukit Bahar Tajau Pecah
paling sedikit ditemukan tiga rumpun jernang. Berdasarkan wawancara masyarakat, dalam satu rumpun terdapat lima batang, sehingga terdapat 15
batangha. Menurut masyarakat 60 betina sehingga sembilan batangha siap berbunga. Dalam satu batang menghasilkan lima sampai enam tandan buah, pada
umumnya dalam satu kali panen hanya tiga tandan yang berbuah, sehingga menghasilkan 27 tandan buahha. Dari 50 tandan dapat menghasilkan 1 kg jernang
sehingga dari 27 tandan menghasilkan 0,54 kgha. Panen dilakukan dua kali dalam
satu tahun yaitu panen raya dan panen sela sehingga dapat menghasilkan 1,08 kghath.
Menurut masyarakat, pencarian jernang di Kabupaten Sarolangun terdapat di dua tempat yaitu Kecamatan Air Hitam dan Pauh. Potensi jernang di Hutan Alam
blok Bukit Bahar Tajau Pecah sebesar 96,51 tonha dan di HTR Lamban Sigatal sebesar 130,16 tonha. Total potensi jernang di Kabupaten Sarolangun dapat
dihitung sebesar 226,66 tonha Tabel 4. Jernang dijual dengan harga Rp 400.000kg sampai dengan Rp 700.000kg.
Tabel 4 Potensi jernang di Kabupaten Sarolangun
No Kecamatan Lokasi
Jenis hutan
Luas Jernang
Potensi ha
kghath kgth tonth
1. Air Hitam Hutan blok Bukit Bahar tajau pecah
Hutan Alam
89.357,87 1,08
96.506,50 96,51
2. Pauh
Lamban Sigatal HTR
723,09 180
130.156,20 130,16
226.662,70 226,66
Sumber: Disbunhut 2009dan Gita Buana 2008
Berdasarkan data BPS 2010, produksi jernang semakin menurun. Produksi terakhir pada tahun 1995 tercatat sebanyak 15 ton jernang yang dihasilkan di
Provinsi Jambi. Setelah tahun 1995 sampai 2010, produksi jernang tidak tercatat lagi. Produk jernang di Kabupaten Sarolangun sampai tahun 2010 juga tidak
tercatat. Menurut Sumarna 2009, secara keseluruhan populasi rotan Daemonorops draco Willd. Blume di TN Bukit 12 Jambi relatif semakin
menurun, selain karena tidak berlangsungnya sistem regenerasi alami secara optimal, juga lebih disebabkan oleh pola panen produksi buah yang dilakukan
masyarakat terkadang dengan cara menebang batang rotan. Menurut masyarakat, mereka menghindari memotong batang rotan walaupun sulit mengambil buah.
Pencari jernang menyatakan bahwa tidak ada pemeliharaan rotan di dalam hutan. Apabila dilihat dari kondisi di lapangan tergambar bahwa proses pengambilan
buah rotan jernang bersifat hanya mengambil apa yang disediakan alam.
5.2 Tahapan Pemanenan Buah Rotan Jernang yang Dilakukan Masyarakat