Latar Belakang Masalah Pendahuluan
semestinya pernikahan dini dihindari agar tidak membawa efek yang kurang baik, baik terutama bagi pribadi yang melaksanakannya.
7
Dan yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo yang berpenduduk 4.912 jumlah penduduk yang tinggal di Desa tersebut
dengan jumlah penduduk laki-laki 2.447 dan 2.465 jumlah penduduk perempuan. Mata pencaharian masyarakat
mayoritas petani secara persentase petani mencapai 95 dari jumlah ini petani
persil mencapai 75.Sesuai data statistik rata-rata jenjang pendidikan yang mereka tempuh adalah lulusan SD Sekolah Dasar
paling tertinggi yaitu SMP Sekolah Menengah Pertama.
8
Mereka mempunyai sebuah tradisi turun-temurun yaitu budaya Ngemblok melamar sang gadis yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini bahkan
banyaknya janda muda.Adapun tradisi pernikahan dini yang dilakukan oleh masyarakat Tegaldowo Kabupaten Rembang merupakan sebuah kekayaan budaya
atau adat istiadatmasyarakat pegunungan Tegaldowo dan sekitarnya yang berlaku. Sebuah tradisi praktek perkawinan usia dini atau kawin paksa, masyarakat
sekitarnya atas nama adat telah melestarikan praktek nikah dini tanpa peduli bahwa sebenarnya zaman telah berubah.
7
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi Kritis
Perkembangan Hukum Islam dari Fikih
UU No 11974 sampai KHI Jakarta : Prenada Media, 2014
.h 71-72.
8
Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014.
Tradisi Ngemblok “melamar anak gadis” merupakan tradisi turun-temurun yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo Kabupaten Rembang
Jawa Tengah. Sebelum terjadi ngemblok biasanya didahului oleh tahapan awal yang
bernama “ndhedheki” yaitu ketertarikan seorang pria kepada seorang wanita dengan cara pengumuman
si pria akan mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa wanita itu telah ditaksirnya. Dan berharap para pria yang menyukainya
mengurungkan niatnya untuk menyukainya apalagi melamar sang gadis.
9
Dan setelah “ndhedheki” maka apabila sang pria ingin menikahi wanita tersebut meskipun belum cukup umur maka keluarga sang pria akan melakukan
„Ngemblok’ di mana orang tua sang wanita harus menerima lamaran sang pria dari pada anaknya harus menjadi „perawan tua’ menurut kepercayaan masyarakat
setempat. Dan ada lagi sebuah tradisi saat diadakannya perkawinan yaitu kesenian tayub
apabila sang pria memberikan seekor kerbau maka wajib hukumnya untuk mengadakan kesenian tayub.
Kesenian tayub itu membutuhkan biaya yang besar di mana tuan rumah harus mendatangkan ledek penari pasangan wanita dan pria
dan menari bersama dan harus menghibur para penonton. Biasanya kesenian tayub diadakan mahal atau
tidaknya tergantung ledeknya penari terkenal atau tidaknya dan saat kesenian
tayub diadakan tidak segan-segan mereka meminum-minuman keras sampai mabuk dan menari bersama ledek.
9
Ditjen Bimas Islam Kemenag RI Jurnal Bimas Islam Jakarta: Ditjen Bimas Islam 2013
h. 23-25.
Bahkan dengan adanya tradisi Ngemblok dan praktek pernikahan dini menyebabkan angka perceraian di Desa Tegaldowo semakin meningkat, karena
pernikahan dilaksanakan hanya karena tidak ingin menolak tawaran si pria karena “lebih baik menjadi janda muda”. Tradisi nenek moyang di Desa Tegaldowo
menyebabkan persepsi masyarakat bahwa apabila menolak pinangan, maka akan menjadi perawan tua yang tak laku sehingga praktek pernikahan dini terjadi
secara turun-temurun. Maka adat istiadat masyarakat Tegaldowo yang saat ini tidak sesuai dengan
UU, secara psikologis pun merugikan masa depan calon mempelai atau dengan ketidaksiapan mereka terjadi hal-hal negatif dalam rumah tangganya dan tindakan
memaksanya pun dikategorikan sebagai pelanggaran HAM dan sebagai bentuk kekerasan terhadap anak. Karena pedoman mereka dalam menjalani hidup adalah
adat-istiadat peninggalan nenek moyang mereka yang berlaku secara turun temurun.
Berangkat dari fenomena di atas pula yang akhirnya mendorong penulis untuk mengkaji lebih jauh dalam bentuk skripsi yang mungkin akan berimplikasi
kepada kehidupan masyarakat mengenai pernikahan dini. Adapun judul yang penulis angkat:
TRADISI NGEMBLOK: FENOMENA PERNIKAHAN DINI DAN JANDA MUDA STUDI KASUS DESA TEGALDOWO, KEC.GUNEM,
KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH