9 Pengusaha kecil
menengah dan besar
1 1
10 Buruh tani
112 138
250
Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014
D. Kondisi Agama
Budaya dan Pendidikan
8
1. Agama Dalam bidang Agama, masyarakat Desa Tegaldowo seluruhnya beragama
Islam
pada tahun 2012 tercatat satu orang beragama Kristen yang merupakan warga pendatang. Namun pada tahun 2013 seluruhnya beragama Islam, hal itu
dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.5
No Tahun
Agama Laki-Laki
orang Perempuan
orang Jumlah
orang 1
2012 Islam
2.359 2.375
4.734 2
2013 Islam
2.365 2.378
4.743 3
2014 Islam
2.447 2.465
4.912
Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014.
Desa Tegaldowo meskipun mayoritas beragama Islam dan merupakan salah satu desa yang seluruh penduduknya beragama Islam
akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka masih menganut tradisi nenek moyang yaitu
mempercayai hal-hal yang ghaib. Bahkan mereka dalam kehidupan kesehariannya tak jarang ditemukan di warung-warung kopi pinggir jalan
berani bermain kartu bersama dan bahkan meminum-minuman keras
8
Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014.
kebiasaan tersebut terjadi di kalangan orang tua bahkan sampai pemuda di Desa Tegaldowo.
Sarana penunjang untuk melakukan aktifitas keagamaan masyarakat terbilang relatif banyak
masjid yang ada di Desa Tegaldowo sebanyak 2 buah dengan mushalla sebanyak 24 buah yang tersebar di keenam dukuh.
Bahkan kondisi masjid dan mushallanya cukup baik hanya saja karena tidak terawat
sedikit kotor dan kurang pantas untuk dijadikan sarana peribadatan, maka perlu dibersihkan terlebih dahulu. Terlepas dari hal tersebut, lebih
banyak dari mereka yang sekedar mengaku Islam hanya dalam tataran administratif.
Adapun peran tokoh agama di desa Tegaldowo sangatlah kurang bahkan tidak tersentuh unsur keagamaannya
mereka masih mempercayai unsur kebudayaan kejawen dan masih meminta pertolongan kepada dongke dukun
jawa. Yang mengetahui tentang keagamaan hanya staff dari KUA Gunem saja
namun sangat disayangkan mereka kurang aktif bersosialisasi karena domisili tempat tinggal mereka bukakn di Kecamatan Gunem. Jadi
hanya pada acara tertentu saja mereka mengisi kegiatan keislaman seperti kursus
Catin menghimpun zakat fitrah saat bulan Ramadhan dan mengisi khutbah
nikah. Fathurrohman selaku Penghulu Kecamatan Gunem menuturkan, ketika
menikahkan Calon Pengantin Catin saat akad nikah untuk mengucapkan
kalimat „syahadat’ mesti dituntun begitu pun dengan wali nya corak keagamaan yang terjadi masih kentalnya nuansa kejawen dan mempercayai
hal yang berunsur magic masih melekat. Adat istiadat dari leluhur masih melekat dalam diri mereka
apalagi tingkat pemahaman agama mereka masih rendah.
2. Budaya Adat Istiadat
Budaya ritual yang masih membumi di tengah-tengah masyarakat adalah: a. Tradisi Ngemblok. Sebelum diadakannya pesta perkawinan biasanya laki-
laki akan melamar perempuan itu terlebih dahulu yang akan dijawab beberapa hari kemudian dengan memberikan makanan yang cukup banyak
1-2 truk
dan itulah yang dinamakan “Mblok-mblokan” sang wanita untuk pria memberikan makanan yang cukup banyak kemudian dibagikan ke
tetangga-tetangga sebagai ucapan rasa syukur. Kemudian laki-laki akan datang beberapa hari kemudian memberikan “Mblok-mblokan” atau
seserahan sebagai balasan atas makanan yang dikirimkan dari pihak perempuan beberapa hari yang lalu
dan “Mblok-mblokan” ini bisa berupa
perhiasan uang hewan ternak atau berupa tanah. Inilah yang disebut
dengan Tradisi Ngemblok. Karena sudah mentradisi, jika tidak ada Ngemblok bisa bubar.
9
9
Wawancara Pribadi dengan Siti Nikmah, Pelaku Nikah Dini di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang
pada tanggal 12 Februari 2015.
Apabila dua keluarga sudah saling memberikan “Mblok-mblokan”, biasanya akan dicarikan hari dan tanggal pernikahan oleh “dongke” atau
yang biasa disebut dengan dukun jawa, orang yang khusus mencarikan hari yang baik
karena hukum adat masyarakat Desa Tegaldowo masih kuat bahkan terkadang petugas KUA yang menyesuaikan keinginan pihak
keluarganya. Ada yang sampai tempat duduk pengantinnya dihitung posisinya, di dalam rumah atau di luar rumah
.
Ada juga pengantin yang dilarang berjalan melalui pintu depan melainkan melalui jendela
ada pula larangan bertemu di jam-jam tertentu dan masih banyak pantangan yang
terkadang tidak masuk akal oleh logika seseorang.
10
b. Tradisi Tayub. Pertunjukkan Tayub merupakan sebuah kebanggaan masyarakat desa Tegaldowo
meskipun mereka tahu bahwa acara tayub tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Biasanya tayub digelar untuk
acara perkawinan yang apabila mempelai laki-laki membawa seekor kerbau untuk mempelai perempuan
maka „wajib’ hukumnya bagi pihak
mempelai wanita menggelar kesenian tayub pada pesta perkawinannya. Biasanya masyarakat akan tahu ada kesenian tayub jika sudah diberi
undangan berupa daging kerbau yang sudah dipotong dicacah dan
dikirimkan kepada orang yang akan joget di acara tayub tersebut. Daging diberikan satu setengah kilogram
yang sekaligus sebagai undangan,
10
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nanik Rahayu pelaku pernikahan dini di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
pada tanggal 12 Februari 2015.