Kondisi Agama SEKILAS TENTANG DESA TEGALDOWO

Apabila dua keluarga sudah saling memberikan “Mblok-mblokan”, biasanya akan dicarikan hari dan tanggal pernikahan oleh “dongke” atau yang biasa disebut dengan dukun jawa, orang yang khusus mencarikan hari yang baik  karena hukum adat masyarakat Desa Tegaldowo masih kuat bahkan terkadang petugas KUA yang menyesuaikan keinginan pihak keluarganya. Ada yang sampai tempat duduk pengantinnya dihitung posisinya, di dalam rumah atau di luar rumah . Ada juga pengantin yang dilarang berjalan melalui pintu depan melainkan melalui jendela  ada pula larangan bertemu di jam-jam tertentu dan masih banyak pantangan yang terkadang tidak masuk akal oleh logika seseorang. 10 b. Tradisi Tayub. Pertunjukkan Tayub merupakan sebuah kebanggaan masyarakat desa Tegaldowo  meskipun mereka tahu bahwa acara tayub tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Biasanya tayub digelar untuk acara perkawinan yang apabila mempelai laki-laki membawa seekor kerbau untuk mempelai perempuan  maka „wajib’ hukumnya bagi pihak mempelai wanita menggelar kesenian tayub pada pesta perkawinannya. Biasanya masyarakat akan tahu ada kesenian tayub jika sudah diberi undangan berupa daging kerbau yang sudah dipotong  dicacah dan dikirimkan kepada orang yang akan joget di acara tayub tersebut. Daging diberikan satu setengah kilogram  yang sekaligus sebagai undangan, 10 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nanik Rahayu pelaku pernikahan dini di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang  pada tanggal 12 Februari 2015. „sinden’ atau „ledek’ pun juga diberikan. Jika yang datang pejabat maka diprioritaskan  bahkan diberi penghormatan untuk menari atau berjoget terlebih dahulu bersama para „ledek’. Saat diadakan kesenian tayub ini kerumunan masyarakat baik yang sekedar menonton maupun yang ikut menari bersama „ledek’ sangat banyak . „Ledek’ atau penari perempuan berjumlah 2 sampai 4 orang, dikelilingi oleh banyak laki-laki bahkan terkadang tangan laki-laki pun ikut sekedar mengelus pipi penari tersebut atau menyentuh bagian yang tak layak disentuh di tempat umum. Meskipun Desa Tegaldowo sebagai wilayah pegunungan yang memungkinkan jauh dari hal-hal yang negatif  tapi ternyata saat kesenian tayub berlangsung masyarakat di sana berani untuk meminum-minuman keras karena dengan meminumnya mereka percaya akan menambah percaya diri saat menari bersama penari perempuan atau „ledek’. c. Upacara anak dalam kandungan. Upacara ini biasanya dilakukan pada usia kandungan empat bulan karena menurut kepercayaan umat Islam bahwa malaikat mulai meniupkan roh kepada sang janin. Biasanya dilaksanakan pada malam hari yang dihadiri oleh sanak keluarga  tetangga para sesepuh serta para tokoh Agama dengan acara yang Islami seperti Tahlilan. d. Metoni. Tradisi masyarakat desa Tegaldowo setelah melahirkan adalah „Metoni’ yaitu ari-ari sang bayi dibungkus dengan kain bagus yang diberikan „kalimat thoyyibah’ dan ditanam dengan lampu selama 40-70 hari  karena ari-ari sang bayi tersebut “dianggap saudara”. Dalam acara ini biasanya akan dibuat tumpeng dan bahkan ada yang menyelenggarakan acara tayub sampai ketoprak  hal itu merupakan tradisi masyarakat turun- temurun. 11 e. Selamatan menurut penanggalan jawa atau yang disebut „kalender jawa’. Di antara kalender-kalender umat Islam yang biasa dilakukan masyarakat Desa Tegaldowo antara lain: 1 Syura  10 Syura untuk menghormati Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad SAW  12 Maulud Robiul Awal untuk merayakan hari kelahiran Nabi SAW  7 Syawal dengan acara katupatan yaitu dengan diramaikan membuat ketupat dan di gunakan untuk selamatan di dekat mushalla terdekat. Di Desa Tegaldowo bisa dikatakan bahwa masalah budaya hubungan antar masyarakat telah terjadi secara turun-temurun dari tradisi nenek moyang  masyarakatnya saling tepo selero tenggang rasa dengan sesamanya. Namun ada keunikan dalam upaya pelanggengan status sosial masyarakat  ada yang berusaha menjaga kualitas sosial dengan melakukan perkawinan dengan masyarakat yang sama statusnya. Selain dengan status sosial  kemampuan mengkawinkan anak perempuan juga menjadi simbol kebanggaan dari 11 Wawancara Pribadi dengan Bapak Irwanto Pelaku Pernikahan Dini di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang  pada tanggal 12 Februari 2015. masyarakat. Bahkan dengan status janda sekalipun  mereka tetap menjadikan perkawinan anak perempuan tersebut menjadi sebuah kebanggaan dan keberhasilan. Perceraian hanya menjadi warna lain dari kehidupan mereka dan bukan menjadi suatu persoalan. 12 3. Pendidikan Desa Tegaldowo apabila ditinjau dari sarana pendidikannya terdiri dari beberapa gedung sekolah, bahkan pemerintah setempat telah menambah beberapa gedung  sebagai upaya mencegah terjadinya pernikahan dini. Tabel 1.6 Data Sekolah Formal di Desa Tegaldowo 13 No Jenis Gedung Jumlah Gedung 1 Gedung SMPSederajat 2 2 Gedung SMASederajat 1 3 Gedung SDSederajat 3 4 Gedung TK 1 5 Gedung Play Group Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014. Masalah pendidikan pada Masyarakat Desa Tegaldowo baru mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat sekitar awal dekade 2000-an  sebelumnya pendidikan yang ada dan tersedia di Desa Tegaldowo hanya setingkat Sekolah Dasar SD. Pada tahun 2004 baru didirikan Sekolah Menengah tingkat Pertama SMP di Tegaldowo  namun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya 12 Wawancara dengan Bapak Mardi Kepala Urusan Kesejahteraan Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang  pada tanggal 12 Februari 2015. 13 Buku Monografi Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kab. Rembang Tahun 2014. pendidikan masih belum disadari dan keinginan anak-anak untuk melanjutkan sekolah mereka ke jenjang SMP masih sangat rendah. Semangat pendidikan anak berbanding terbalik dengan semangat menikahkan anak-anak mereka pada usia dini di bawah umur. Kemudian pada tahun 2012 didirikan Sekolah Menengah Kejuruan SMK di Desa Tegaldowo sebagai upaya menekan arus pernikahan dini  namun ternyata hanya beberapa orang saja yang melanjutkan sekolah mereka ke jenjang SMK. 14 Tabel 1.7 Data Pendidikan Penduduk Desa Tegaldowo Tahun 2014 15 No Jenis Pendidikan Jumlah 1 Taman kanak-kanak 47 2 Sekolah Dasar 97 3 SMPSLTP 92 4 SMASLTA 31 5 AkademiD1-D2 3 6 Sarjana S1-S3 7 Sumber: http:prodeskel.pmd.kemendagri.go.id Tabel tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Desa Tegaldowo  jika ditinjau dari jenis pendidikannya, yang tamat SD lebih besar dibandingkan lainnya. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dan dapat digunakan sebagai acuan lebih untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Desa Tegaldowo. Selain pendidikan 14 Wawancara Pribadi dengan Bapak Bari Kepala Dusun V Desa Tegaldowo Kecamatan, Gunem Kabupaten Rembang  pada tanggal 3 Februari 2015. 15 Materi diakses pada tanggal 25 Februari 2015 dari http:prodeskel.pmd.kemendagri.go.id formal, masyarakat Desa Tegaldowo khususnya anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah  terkadang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan non formal yang diadakan oleh pihak Plan Indonesia. 16 Maka sangat disayangkan apabila tahun ini adalah tahun terakhir pihak Plan Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Rembang untuk membina desa Tegaldowo  karena meskipun perubahan belum dirasakan setidaknya anak- anak di sekolah merasakan pendidikan dari pihak Plan Indonesia. Menyadari makna pentingnya pendidikan  meskipun pada akhirnya nasib mereka menikah pada usia dini karena otoritas kekuasaan orang tua. Namun masih ada harapan perubahan jika ke depannya pola pikir mereka lebih maju  karena pengalaman merekalah yang membuat tidak ingin anak cucu mereka merasakan pernikahan dini seperti yang mereka rasakan. 16 Wawancara Pribadi dengan Ibu Fika Humas Plan Indonesia Rembang  pada tanggal 24 Februari 2015. 51

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN

A. Latar Belakang Terjadinya Ngemblok

Ngemblok merupakan istilah lamaran atau besanan yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo . Sebelum adanya fase Ngemblok maka didahului dengan fase ndhedheki yaitu ketertarikan seorang pria dengan seorang wanita yang diumumkan oleh khalayak ramai bahwa wanita itu sudah ada yang menaksirnya. Adapun yang menjadi latar belakang terjadinya Ngemblok karena adanya persepsi  pemahaman atau keyakinan pada masyarakat sekitar bahwa tradisi tersebut harus dilestarikan dari nenek moyang mereka . Tradisi tersebut sampai saat ini masih karena Ngemblok merupakan sebuah kekayaan budaya pada masyarakat Desa Tegaldowo. 1 Ngemblok merupakan sebuah tradisi pemberian sesuatu berupa makanan atau harta benda pemberian pihak laki-laki untuk pihak perempuan. Tradisi Ngemblok di wilayah Desa Tegaldowo seringkali dijadikan bisnis bagi keluarganya apalagi jika anaknya cantik  putih dan kaya. Apabila Mblokan pemberiannya kurang banyak tidak sesuai harapan keluarga pihak perempuannya  biasanya pernikahannya hanya sebentar saja dan orang tua pihak perempuan akan mencarikan calon suami yang memberikan Mblok yang banyak. Pernah terjadi 1 Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kab.Rembang  pada tanggal 10 Februari 2015. pada salah satu masyarakat Desa Tegaldowo menikah sore hari karena Mblok nya pemberiannya kurang dan mertuanya sering menyindir  saat fajar pihak laki-laki akhirnya kembali ke rumah orang tuanya dan saat itu juga terjadi perceraian. 2 Masyarakat sana tidak terima apabila tidak ada Ngemblok  karena sudah mentradisi bisa bubar jika tidak ada Ngemblok. Tata cara pernikahan dalam tradisi ala masyarakat Desa Tegaldowo adalah sebagai berikut 3 : 1. Fase Ndhedheki Apabila seseorang laki-laki tertarik kepada seorang wanita maka hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat desa Tegaldowo adalah mengumumkan kepada khalayak ramai  bahwa wanita yang diincarnya sudah ingin dilamarnya. Maka dengan begitu wanita tersebut tidak akan menjadi incaran pria lain . Fase ndhedheki ini sudah mentradisi di masyarakat wilayah Kecamatan Gunem khususnya Desa Tegaldowo. 2. Fase Ngemblok 4 Yaitu di mana seorang laki-laki melamar wanita yang telah diincarnya  kemudian wanita akan memberikan jawaban lamaran seminggu kemudian 2 Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang  tanggal 10 Februari 2015. 3 Wawancara Pribadi dengan Bapak Tormen, Kepala Dusun III Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang  tanggal 3 Februari 2015. 4 Wawancara Pribadi dengan Bapak Suwikjo, Kepala Dusun IV Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, pada tanggal 10 Februari 2015. dengan memberikan makanan sebanyak 2-3 truk yang merupakan bagian dari fase Ngemblok. Makanan itu nanti nya akan dibagikan kepada para sanak saudaranya  kerabat dekatnya serta tetangga-tetangganya . Pembagian makanan itu sebagai pemberitahuan bahwa laki-laki itu sudah ngemblok dan akan segera menikah. Seminggu kemudian laki-laki memberikan mblok-mblokan atau seserahan kepada calon pengantin wanita  dan yang menjadi sebuah tradisi adalah laki- laki memberikan kerbau kepada calon pengantin perempuan. Kerbau tersebut diantar keliling kampung sekaligus sebagai sebuah pengumuman pada masyarakat Desa Tegaldowo bahwa laki-laki tersebut akan menikah. Yang menjadi sebuah kebanggaan masyarakat tersebut yaitu “tradisi pertunjukkan tayub” akan dihadirkan pada malam acara pernikahan. 3. Mencari Hari Baik Masyarakat Desa Tegaldowo apabila akan mengadakan acara pernikahan sebelumnya akan datang ke dongke atau dukun jawa  sebagai upaya pencarian hari baik dengan cara; hari dan pasaran nilai dari kelahiran dua calon pengantin yaitu anak perempuan dan anak laki-laki masing-masing dijumlahkan dahulu kemudian masing-masing dibuang dikurangi sembilan 5 . 5 Wawancara Pribadi dengan Bapak Mukhson Penghulu KUA Rembang, pada tanggal 20 Februari 2015. Dan dalam hitungan menurut versi Jawa yang termasuk dalam hari dan pasaran  nama hari Neptu nilai yaitu 6 : a. Ahad : 5 b. Senin : 4 c. Selasa: 3 d. Rabu: 7 e. Kamis: 8 f. Jum’at: 6 g. Sabtu : 9 Adapun nama pasaran Neptu nilai yaitu: a. Legi: 5 b. Pahing: 9 c. Pon: 7 d. Wage: 4 e. Kliwon: 8 Karena berdasarkan realita supranatural menyiasati kegagalan manusia dalam usaha perlu diperhatikan  prediksi primbon bagi kalangan masyarakat Jawa termasuk wilayah Desa Tegaldowo memang masih diyakini dan diakui keberadaannya. 4. Resepsi Pernikahan Pernikahan dan tata caranya sesuai dengan peraturan di negara ini  tetapi yang sering terjadi adalah seorang penghulu harus mengikuti permintaan orangtua kedua mempelai. Biasanya yang berkaitan dengan proses akad nikah seperti tempat duduk pengantin dihitung posisinya dan harus berada di dalam atau luar rumah  ada yang tidak boleh melewati pintu depan tapi harus melalui jendela rumah  menyesuaikan jam bertemu antara pihak calon pengantin laki- laki dan calon pengantin perempuan dan masih banyak hal yang kadang di luar akal manusia. 6 Wawancara pribadi dengan Bapak Nyono, Kepala Dusun II Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang  pada tanggal 12 Februari 2015.