Pernikahan Dini TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERNIKAHAN DINI
3. Pandangan Islam Hukum melakukan pernikahan dini menurut mayoritas besar ulama
fiqh ,sebagai Ijma’ konsensus ulama fiqh, mengesahkan perkawinan di
bawah umur. Menurut mereka masalah perkawinan seperti kriteria baligh dan berakal merupakan persyaratan bagi keabsahannya.
Adapun menurut pendapat para ahli dalam menentukan kedewasaan seseorang bisa dengan melihat beberapa aspek, yaitu:
21
a. Menentukan kedewasaan anak-anak dengan tanda-tanda ialah datangnya masa haid
kerasnya suara tumbuhnya bulu ketiakatau tumbuhnya bulu kasar di sekitar kemaluan.
b. Menentukan kedewasaan dengan umur terdapat berbagai pendapat antara lain:
1. Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah menentukan bahwa masa dewasa itu di mulai dari 15 tahun. Walaupun mereka dapat menerima kedewasaan
dengan tanda-tanda
tetapi karena tanda-tanda itu datangnya tidak sama untuk semua orang
maka kedewasaan ditentukan oleh umur. 2. Abu Hanifah berpendapat bahwa kedewasaan itu datangnya mulai usia
19 tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi wanita. Sedangkan Imam Malik telah menetapkan 18 tahun
baik laki-laki maupun perempuan.
21
Huzaimah T. Yanggo dan Anshari Problematika Hukum Islam Kontemporer
Jakarta:Pustaka Firdaus 2009h. 83-84.
3.
Yusuf Musa mengatakan bahwa usia dewasa itu setelah seseorang berumur 21 tahun. Hal ini dikarenakan pada zaman modern orang
memerlukan persiapan yang matang sebab mereka masih kurang
pengalaman hidup dan masih dalam proses belajar. Namun demikian kepada mereka sudah dapat diberikan beberapa urusan sejak usia 18
tahun. Dalam Islam tidak disebutkan batas umur untuk menikah
orang tuanya boleh menikahkan anaknya dibawah umur seperti yang terkandung dalam
kitab fiqh
dengan syarat tertentu seperti contoh dalam masalah kafa’ah
yaitu sepadan.
22
4. Dampak Psikologis Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Bukan
hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Menurut teori Rousseau yang merekapitulasi meringkas perkembangan individu manusia dalam 4 tahap
perkembangan sebagai berikut
23
: 1. Umur 0-4 tahun atau 5 tahun: masa kanak-kanak infancy. Tahap ini
didominasi oleh perasaan senang pleasure dan tidak senang pain dan menggambarkan tahap evolusi dimana manusia masih sama dengan
binatang.
22
Aisyah Dachlan
Membina Rumah Tangga Bahagia “Peranan Agama Dalam Rumah Tangga” Jakarta: Jamunu 1969h. 81.
23
Sarlito Wirawan Sarwono Psikologi Remaja Jakarta: Rajawali Pers1991h. 22-23.
2. Umur 5-12 tahun: masa bandel savage stage. Tahap ini mencerminkan era manusia liar
manusia pengembara dalam evolusi manusia. Kemampuan akal masih sangat kurang sehingga dikatakan oleh Rousseau
bahwa anak pada kurun usia ini jangan dulu diberi pendidikan formal seperti berhitung dan membaca serta menulis.
3. Umur 12-15 tahun: bangkitnya akal ratio nalar dan kesadaran diri. Dalam masa ini terdapat energi dan kekuatan fisik yang luar biasa serta
tumbuh keinginan tahu dan keinginan coba-coba. 4. Umur 15-20 tahun. Dinamakan masa kesempurnaan remaja dan
merupakan puncak perkembangan emosi. Dalam tahap ini terjadi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri kepada
kecenderungan memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan memperhatikan harga diri. Maka faktor psikologis saat remaja mengalami
perubahan pada tubuhnya
biasanya mereka merasa bimbang disebabkan perubahan tubuhnya bahkan ketidaksiapan mereka dari mulai menikah
sampai terjadinya kehamilan. Tegasnya
usia 19 tahun sudah dipandang sebagai usia dewasa. Karena pada usia ini seorang anak sudah duduk di
bangku kuliah minimal semester 2 atau 3 di perguruan tinggi. Sebaliknya sedang pada usia 18 tahun ke bawah masih di pandang belum dewasa.
Usia ini
mereka masih usia sekolah menegah ke atas. Pada usia ini secara psikologis mereka masih labil dan belum mampu untuk menghadapi
tantangan dalam hidup berumah tangga. Dan secara biologi
organ-organ reproduksinya “belum matang” untuk bereproduksi secara sehat.
24
5. Dampak Terhadap Kualitas Keturunan Perkawinan di bawah umur mudah dihinggapi bahaya
anaknya gugur
lemah atau meninggal dan tak jarang pula sang ibu muda itu yang menjadi korban. Gadis yang masih muda penuh cita-cita untuk hari ke depan
belum pada waktunya dibebani kewajiban-kewajiban berat
dilepas dari asuhan orang tua
diserahi mengurus rumah tangga
bahkan lebih berat lagi
dengan segala anggota tubuh yang masih muda
dengan alat kandungan yang belum cukup matang
ia harus memelihara manusia baru dalam badannya. Maka tak heran apabila banyak terjadi kekecewaan. Badan yang sedang tumbuh masih
membutuhkan perkembangan-perkembangan dalam tubuhnya
tidak diberi kesempatan terlebih dahulu untuk bersiap-siap
sudah diberikan beban lain yang lebih berat.
25
Karena menikah pada usia dini bagi perempuan rentan menimbulkan berbagai resiko
baik bersifat biologis maupun psikologis. Indonesia tercatat sebagai negara yang sangat tinggi angka kematian ibu melahirkan AKI. Hal
ini mesti dihindari. Tingginya angka kematian ibu bukan hanya karena faktor
24
Muhammad Zain dan Mukhtar Alshodiq Membangun Keluarga Humanis Jakarta: Graha
Cipta 2005h.34.
25
Aisyah Dahlan
Membina Rumah Tangga Bahagiadan Peranan Agama dalam RumahTangga
h 81.
kekurangan gizi dan kurang sehatnya organ-organ reproduksi tapi juga masih
dipegangi pemahaman keagamaan yang kurang tepat dengan kita.
26
Aspek yang lain adalah kehamilan yang memiliki keterkaitan erat dengan kondisi sosio ekonomi dan kesehatan msyarakat. Akan tetapi
menurut penelitian yaitu kemungkinan seorang ibu meninggal atau anaknya meninggal
atau menderita penyakit bertambah besar bila ibu melahirkan terlalu awal atau terlalu lambat. Perempuan yang secara fisik belum matang akan menghadapi
bahaya lebih besar ketika melahirkan dan besar kemungkinan akan melahirkan anak yang lemah dibandingkan perempuan yang berumur dua
puluhan atau relatif dewasa.
27
Maka saat menikah diperlukan umur yang telah cukup matang untuk menghadapi sebuah rumah tangga
karena terlalu muda pun akan membahayakan ibu dan calon anaknya. Bahkan pemerintah sendiri melalui
program KB Keluarga Berencana berusaha untuk meningkatkan lagi batas usia perkawinan ke umur 20 tahun untuk wanita
dengan pertimbangan bahwa kehamilan pada wanita di bawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang
beresiko tinggi sehingga harus dihindari.
28
26
Muhammad Zain dan Mukhtar Alshodiq Membangun Keluarga Humanish.34.
27
Ahmad Tholabie Kharlie Hukum Keluarga Indonesia Jakarta: Sinar Grafika 2013h.204.
28
Sarlito Wirawan Sarwono Psikologi Remajah.151.
6. Dampak Terhadap Kependudukan Pernikahan dini memberikan pengaruh hubungan gender yang asimetris,
menyebabkan kurang akses wanita terhadap bermacam hal seperti pangan
kesehatan
pendidikan
dan keterampilan secara langsung mengakibatkan kemiskinan
dan lain sebagainya. Pernikahan dini merupakan gambaran rendahnya kualitas kependudukan dan menjadi fenomena masyarakat
tersendiri.
29
Pernikahan dini juga menimbulkan masalah kependudukan maka hal ini terbukti bahwa batas usia perkawinan yang rendah bagi seorang wanita
mengakibatkan laju kelahiran lebih tinggi lajunya pertumbuhan secara
otomatis akan membantah munculnya permasalahan sosial ekonomi dan
masalah hukum yang akan terjadi di masyarakat.
30
Bahkan WHO menempatkan masalah kesehatan reproduksi dalam konteks kependudukan dan pembangunan. Berarti masalah penduduk kini diarahkan
pada konteks kesehatan dan kesejahteraan sosial individu dan keluarga.
31
29
Pokja Analisis Dampak Sosial Ekonomi terhadap Kependudukan Ditdamduk BKKBN
Kajian Pernikahan Dini Pada Beberapa Provinsi di Indonesia: Dampak Overpulation Akar Masalah
dan Peran Kelembagaan di Daerah Jakarta : BKKBN 2012 h.7.
30
Mohammad dan M.Dlori. Jeratan Nikah Dini Wabah Pergaulan Jogjakarta: Media Abadi
2010 h. 11.
31
Merry Sri Widyanti Kusumaryani . “Determinan Perilaku Pacaran Remaja Analisis Data
Kesehatan Reproduksi Remaja 2002” Tesis S2 Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Jakarta
2005h.3.
7. Tingginya Angka Perceraian Usia awal pernikahan merupakan salah satu prediksi yang paling penting
dari sebuah suksesnya pernikahan
orang yang menikah pada usia yang masih relatif muda lebih memungkinkan untuk bercerai daripada mereka yang
menunggu usia mereka sampai benar-benar matang untuk menikah Heaton 2002: Teachman
2002. T.C Martin dan Bumpass 1989 menyimpulkan bahwa usia pernikahan dalam 5 tahun pertama awal menikah merupakan
prediksi paling kuat dalam bercerai rentan perceraian.
32
Usia dan level kedewasaan merupakan sebuah pertimbangan penting dalam mengevaluasi kesiapan untuk menikah. Teti
Lamb dan Ester 1987 mengemukakan bahwa pria yang menikah sebelum usia 19 tahun lebih mudah
untuk bercerai atau berpisah dibandingkan mereka yang menikah diatas umur
19 tahun. Adapun Booth dan Edward 1985 mengemukakan bahwa pria dan wanita yang menikah ketika masih remaja atau dalam usia muda
maka pernikahannya tidak stabil atau kurangnya keharmonisan.
33
32
Mark Kay De Genova F. Philip Rice Intimate Relationship Marriages and Families
New York: McGraw-Hill 6
th
ed 2005 h.396.
33
Mark Kay De Genova F. Philip Rice Intimate Relationship Marriages and Families
h.157.
36